30. VIRULEN

148 15 4
                                    

[30. Harapan buruk]

Sebelumnya kalau kepanjangan tinggal skip aja narasinya dan langsung baca ke percakapan

"Ray," Elin mematung di tempat ketika melihat Ray yang berdiri di ambang pintu. Buru-buru Elin menarik tangannya dari genggaman Aza yang sedang mencakar wajahnya sendiri.

"R-ray aku bisa jela-"

Bugh!

Bukan tamparan yang cowok itu berikan melainkan sebuah pukulan di wajahnya sampai Elin tersungkur mengenai meja yang ada di dekatnya. Tulang pipi dan rahang Elin rasanya remuk, gadis itu merasakan cairan kental keluar dari kedua lubang hidungnya. Ketika lengannya menyusut cairan itu benar saja yang keluar adalah darah.

Sementara Aza jangan ditanyakan lagi kalau gadis itu sedang melakukan perannya menjadi tokoh protagonis yang selalu menjadi korban jahat dari antagonis.

Cowok itu menarik paksa tangan Elin untuk berdiri. "Sekali lagi lo nyakiti Aza. Gue bakalan balas jauh lebih kejam dari pada pukulan!"

Elin berusaha menyeimbangkan tubuhnya ketika Ray mendorongnya sangat kuat.

"Pergi!" teriak Ray yang terdengar samar-samar di telinga Elin. Pasalnya kepala gadis itu terasa sangat pusing bukan main. "PERGI SEKARANG JUGA ELIN!"

Dengan kesadaran yang tersisa Elin menatap Ray dengan kedua bola mata yang memerah, tumpukan cairan bening mulai menggenang di kelopak mata sampai membuat penglihatan gadis itu sedikit meremang.

"K-kamu sama jahatnya dengan mereka!" pekik Elin parau.

Ray sama dengan Defin yang sering melukainya. Rasa tonjokkannya tak sebanding dengan rasa sakit di hatinya, bukan kah hal yang menyakitkan ketika kita di sakiti orang yang selama ini kita anggap sebagai obat melainkan mereka sama-sama racun mematikan.

"Elo yang jahat. Lo selalu nyelakain Aza karena lo cemburu sama dia iya?!"

"IYA!" pekik Elin melengkung tinggi. "Aku cemburu sama Aza karena dia yang merebut segalanya. Itu kan yang mau kamu dengar, puas hah?!"

Elin mendorong tubuh Ray kuat, biarkan ia berbicara sesuai dengan apa yang ingin Ray dengar.

Ray tertawa sinis. "Lo bilang Aza merebut segalanya? Bukannya elo yang gak pernah bersyukur? Kurang apa hidup lo?"

"Hidup lo itu sempurna El, lo cukup terbilang cantik dan lo lahir di kalangan yang berkecukupan punya keluarga yang utuh dan yang sayang sama lo!"

Rasanya Elin tertawa keras mendengarnya. Keluarga mana yang sayang padanya? Bahkan mereka semua tidak pernah menganggap kehadiran Elin. Tidak ada yang menginginkan dirinya sebagai anak.

"Lo gak pernah sadar kalau semua orang itu iri sama lo!"

Ray tidak tahu bagaimana hancurnya keluarga Elin bahkan lelaki itu pun tidak tahu bahwa Lia pergi meninggalkannya. Sementara lelaki itu percaya ketika Elin membawa ibu palsu agar Ray percaya bahwa hidupnya memang bahagia bersama keluarga yang ia punya karena Elin tidak mau Ray khawatir tentangnya.

"Sedangkan gue sama Aza sama-sama anak yatim piatu, gue baru memulai suatu hal yang baru bareng Aza tapi dalam sekejap lo hancurin semuanya. Lo hancurin persahabatan kita karena cinta gak jelas lo itu!"

Elin diam tak berkutik. Menangis dalam sesak, semuanya benar apa yang di katakan Ray benar.

Ray gak tahu yang senarnya. Keluarga yang Elin punya gak seindah yang cowok itu bayangkan, kalau Elin disuruh milih. Lebih baik gadis itu berada di posisinya meski tidak ada keluarga tapi seenggaknya ada seseorang yang membuatnya bahagia.

VIRULEN (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang