[37. Terbongkar]
"Anjing!"
"Sialan kenapa lo bunuh Aza. Dia sahabat gue satu-satunya!" teriak Anya histeris gadis itu berniat menyerang Elin akan tetapi di tahan oleh teman-temannya.
Berita tentang kasus pembunuhan Elin langsung menyebar cepat ke seantero sekolahan bahkan menggegerkan satu negara ini. Akibat video rekaman penusukan Elin yang mulai beredar di sosial media.
"Manusia gak punya hati!"
"Aza punya salah apa sampai lo ngehukum dia sekeji ini Zelin!"
Bugh!
Gadis itu tercengang ketika seseorang melempari Elin menggunakan bola voli sampai rasanya rahang Elin retak akibat pukulan keras. Gadis itu ketakutan bukan main ketika ia di kepung hampir seluruh murid Cakrawala.
Elin dan Ray yang sedang berada di tengah-tengah lapangan langsung dikepung seluruh murid satu sekolahan.
"Gak punya akal kali!"
"R-ray tolongin aku. A-aku- gak salah," cicit Elin pada Ray yang ada di sampingnya.
"Minggir bangsat!" Ray mendorong Elin sampai tersungkur kemudian ia memungut hpnya lalu pergi meninggalkan lapangan.
"Pantesan orang tuanya enggan mengakui dia sebagai anaknya. Orang kelakuannya kayak Dajjal!"
"Lo harus di hukum mati sebagai penebusan dosa lo!"
Elin menangis sejadi-jadinya ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang, mereka memang benar harusnya Elin lenyap karena nyawa harus dibalas dengan nyawa. Bagaimana Elin menyangkal ini semua mereka wajar kalau marah, bahkan Elin layak mendapatkan kebencian dari semuanya.
Karena dia memanglah seorang pendosa.
"Aku minta maaf," tidak ada kata lain yang pantas Elin ucapkan selain permintaan maaf.
Anya menjambak rambut Elin sehingga kepalanya yang di perban dan masih terasa sakit kembali mengeluarkan darah. Bola mata Elin yang memerah menatap Ray yang di sisi lapangan sedang menatapnya.
"T-tolong," ucap Elin pada Ray yang jaraknya cukup jauh lewat pergerakan mulutnya.
Rahang Ray mengetat kuat ada sedikit rasa iba ketika Elin di hajar habis-habisan oleh anak Cakrawala yang kejam dalam hal perundungan. Tapi rasa untuk menolong gadis itu sudah lenyap tergantikan dengar rasa kebencian.
"Lo pantas mendapatkan itu El!" gumam Ray dengan suara kecil. Kemudian ia benar-benar meninggalkan lapangan tanpa melihat ke belakang Elin yang menjerit histeris karena semua siswa menghakimi sendiri.
"Lo mati aja sekarang!" teriak Anya menarik kuat rambut Elin agar gadis itu berdiri.
Elin menatap Clarin dengan sorot memohon. "C-la t-tolong,"
Clarin memalingkan wajahnya enggan menatap Elin. "Lo manusia menjijikan yang pernah gue kenal. Bahkan lo jauh lebih kotor di bandingkan air liur seekor anjing!"
Tangisan Elin kian menjadi-jadi ketika sahabatnya pun sendiri ikut membencinya. Sekarang tak akan ada lagi orang yang berada di pihaknya.
"Benar apa yang di katakan Ray. Lo itu virulen virus ganas mematikan!"
"Aku bukan Virulen!" pekik Elin.
Anya menendang perut Elin, Elin sedikit membongkok merasakan sakit linu di perutnya. Ia ambruk tak mampu untuk berdiri lagi, gadis itu hampir kehilangan kesadarannya.
Anya mengambil ember yang berisikan air kencing sapi yang mereka siapkan untuk membersihkan dosa Elin. Gadis itu tersenyum miring menatap Elin yang sudah tak berdaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
VIRULEN (TAHAP REVISI)
Teen Fiction░v░i░r░u░l░e░n░ [ᶜᴱᴿᴵᵀᴬ ᴹᴱᴺᴳᴬᴺᴰᵁᴺᴳ ᴮᴼᴹᴮᴬʸ, ᵀᴬᴿᴵᴷ ᵁᴸᵁᴿ ˢᴱᴾᴱᴿᵀᴵ ᴸᴬʸᴬᴺᴳᴬᴺ, ᵀᴱᴷᴬ⁻ᵀᴱᴷᴵ ʸᴬᴺᴳ ᴬᴷᴬᴺ ᴹᴱᴹᴮᵁᴬᵀ ᴼᵀᴬᴷ ᴷᴬᴸᴵᴬᴺ ˢᴱᴺᴬᴹ ᴶᵁᴹᴮᴬ ᵀᴬᴷ ᴸᵁᴾᴬ ᴺᴬᴵᴷ ᴰᴬᴿᴬᴴ ᴰᴬᴺ ᴵᴺᴳᴵᴺ ᴮᴬᴺᵀᴵᴺᴳ ᴴᴾ ᴹᴱᴹᴮᴬᶜᴬᴺʸᴬ] 🅆🄰🅁🄽🄸🄽🄶⚠️ ☠️🄺🄾🄽🅃🄴🄽 🄳🄴🅆🄰🅂🄰 🄱🄰🄽🅈🄰🄺 🄰🄳🄴🄶🄰🄽 �...