[40. Kalah]
Suara langkah seseorang dan isakkan tangis terdengar sehingga perhatian mereka teralihkan pada seorang gadis yang menghampirinya. Dia adalah Elin bersama Lista.
"Lakukan secepatnya," ujar Lista penuh penekanan pada Elin.
"Udah gue bilang jangan libatin diri lo dalam kasus ini!" decak Aidan pada Lista. Tidak ada jawaban dari gadis itu, Aidan menghela napas ia memilih untuk merangkul bahu Lista yang berusaha mengusap air mata yang berjatuhan.
Elin melangkah semakin mendekati Ray, setelah di hadapannya Elin hanya menundukkan kepala tak berani menatap bola mata cowok itu.
"Cepat Elin katakan!" teriak Lista parau ketika waktu terus berjalan. Waktu tinggal lima belas menit lagi sebelum kereta tiba.
"Katakan," ucap Ray tanpa basa-basi. "Bukti apa yang lo punya,"
Aza dan anak buahnya mengintip kejadian yang akan membuat hidup Elin tambah hancur gadis itu telah menunggu bertahun-tahun kini ia akan bahagia ketika akan mencapai puncak balas dendamnya.
Tenggorokan Elin tercekat ia kesulitan untuk mengatakannya. Bahu gadis itu bergetar karena menahan tangisan yang ia tahan. "A-aku pelaku atas pembunuhan Aza,"
Aku gagal membuktikannya. Elin menggigit bibir bawahnya.
"A-aku p-pembunuhnya," gadis itu memberanikan diri menatap Ray yang menatapnya bengis. Ia melirik ke samping tempat di mana Aza bersembunyi.
Dia ada di sini. Aku mohon liat ke samping, Elin berusaha memberikan kode hanya saja Ray tidak menatapnya.
Ia bisa saja berteriak memberitahukan bahwa Aza ada di sini tapi di balik bangunan stasiun ini ada anak buah Aza yang bersembunyi jika Elin bertindak melenceng semua orang yang ada di sini bisa mati karena tertembak.
Tolong tatap aku Ray. Gadis itu berusaha membuat Ray menoleh ke arahnya.
Jantung Ray mencelos. Bahkan air matanya ikut menetes, seharusnya ia tidak ikut merasakan sesaknya entah kenapa hatinya ikut sesak ketika Elin mengakui hal yang tidak ingin ia dengar. Ya sejak awal Ray memang berharap kalau Elin akan membuktikan ucapannya nyatanya tidak.
"Udah gue duga," ucap Ray seraya tertawa sinis.
"R-ray Az-,"
"Enyah lo dari hadapan gue!" Ray menghempas tangan Elin yang memegangnya. Bahkan lelaki itu menendang kruk yang Elin gunakan sehingga Elin terjengkang.
"Gue mau lo di hukum mati."
Sedangkan Elin hanya menangis tersedu-sedu di tempat ketika Ray dan yang lainnya pergi dari sana. Begitu pula dengan Lista yang sama ikut bersedih ia gagal untuk menyelamatkan Elin dari tuduhan ini.
"Pulang bareng gue," Aidan menarik tangan Lista untuk membawanya pergi akan tetapi gadis itu menahan diri.
"Gue gak bisa. Lo pergi duluan," balas Lista.
"PULANG BARENG GUE LISTA!" sentak Aidan. "Gue gak mau lo terlibat dengan Virulen itu!"
"Gue gak butuh lo sialan. Jadi pergi!" usir Lista kasar pada Aidan.
"Terserah lo!" Aidan pergi dengan emosi yang menggebu-gebu.
Tut! Tut!
Suara kereta mulai terdengar samar-samar. Lista langsung pergi ke tempat dimana adik-adiknya masih di sekap. Lista langsung pergi ke belakang stasiun di susul dengan Elin meski kakinya terasa sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
VIRULEN (TAHAP REVISI)
Dla nastolatków░v░i░r░u░l░e░n░ [ᶜᴱᴿᴵᵀᴬ ᴹᴱᴺᴳᴬᴺᴰᵁᴺᴳ ᴮᴼᴹᴮᴬʸ, ᵀᴬᴿᴵᴷ ᵁᴸᵁᴿ ˢᴱᴾᴱᴿᵀᴵ ᴸᴬʸᴬᴺᴳᴬᴺ, ᵀᴱᴷᴬ⁻ᵀᴱᴷᴵ ʸᴬᴺᴳ ᴬᴷᴬᴺ ᴹᴱᴹᴮᵁᴬᵀ ᴼᵀᴬᴷ ᴷᴬᴸᴵᴬᴺ ˢᴱᴺᴬᴹ ᴶᵁᴹᴮᴬ ᵀᴬᴷ ᴸᵁᴾᴬ ᴺᴬᴵᴷ ᴰᴬᴿᴬᴴ ᴰᴬᴺ ᴵᴺᴳᴵᴺ ᴮᴬᴺᵀᴵᴺᴳ ᴴᴾ ᴹᴱᴹᴮᴬᶜᴬᴺʸᴬ] 🅆🄰🅁🄽🄸🄽🄶⚠️ ☠️🄺🄾🄽🅃🄴🄽 🄳🄴🅆🄰🅂🄰 🄱🄰🄽🅈🄰🄺 🄰🄳🄴🄶🄰🄽 �...