32. VIRULEN

132 13 7
                                    

[32. Putusnya ikatan]



Elin sedang berbaring di atas kasur dengan memeluk gulingnya. Tatapan gadis itu tak teralihkan dari sebuah foto yang ada di atas meja di samping ranjangnya, Elin sedang mengamati foto dirinya dan Ray.

Ketika di ingat-ingat dadanya terasa sesak mengingat kejadian satu bulan yang lalu ketika Ray memukul wajahnya pas di rumah sakit dan menendang dirinya saat di suruh meminta pada Aza.

"Aku marah banget sama kamu. Tapi kenapa aku gak bisa benci meski kamu udah nyakitin aku berkali-kali?" gumamnya dengan suara pelan.

Mulutnya tak henti-hentinya mengunyah buah stroberi kesukaannya untuk melupakan kekusutan yang ada dalam pikirannya.

Oh, ya setelah kejadian di mana Lia meminta Elin untuk tidak menemuinya. Gadis itu memutuskan berhenti untuk menemui Lia lagi dan kembali tinggal bersama Defin. Sebab Elin- tidak mau kehadirannya akan merusak kebahagiaan Lia. Sungguh miris sekali ketika ibu kandungnya sendiri tidak pernah mengharapkannya.

Ceklek!

Elin langsung memejamkan matanya pura-pura tidur ketika mendengar suara pintu kamarnya terbuka.

"Papa tahu kamu gak tidur," ujar Defin seraya menyalakan lampu kamar anaknya. "Cepat bangun terus makan,"

Akting Elin pura-pura tidur tidak berhasil gadis itu langsung bangun menuju dapur dan makan bersama Defin. Acara makan malam telah selesai dan Elin menutupnya dengan memakan stroberi.

"Kamu suka?"

Elin mendongakkan kepalanya ketika Defin berbicara, dahinya berkerut dalam menatap Defin yang berada di ujung meja makan.

Defin menatap Elin datar. "Kamu suka stroberi?"

Gadis itu menganggukkan kepalanya perlahan. "S-suka,"

Tidak tahu kenapa berbicara seperti ini dengan Defin rasanya seolah-olah sedang berbicara dengan malaikat maut.

"Kalau mau ambil di kulkas," balas Defin yang masih fokus menyantap makan malamnya.

Elin langsung bangkit dari duduknya menuju lemari es yang ada di dapur, ia di kejutkan saat melihat isinya yang penuh dengan buah stroberi.

"P-papa beli ini semua?" tanya Elin yang masih tak percaya senyuman indah terpancar di wajahnya.

"Iya. Kenapa itu semua masih kurang? Kalau kurang tinggal petik di kebun belakang rumah,"

"Kan kebun di belakang rumah punya pak Tedy,"

"Papa udah beli,"

Gadis itu membelalakkan kedua matanya yang nyaris melompat. Setahu Elin pak Tedy tidak akan pernah menjual kebun stroberi yang bulan ini akan panen meski dengan harga tinggi lantas kenapa Defin bisa membelinya?

Bola mata Elin beralih pada Defin yang masih setia makan. "Kebun stroberi itu Papa membelinya?"

"Ya. Kenapa semua itu masih kurang? Butuh berapa hektar kebun stroberi yang mau Papa  beli?"

"K-kok Papa bisa beli kebunnya bukan kah kebun itu kebun kesayangan Pak Tedy yang gak mau di jual meski dengan harga mahal?"

"Cukup kasih ancam di bunuh sama bangkrutin perusahannya Papa mampu beli semua kebunnya," sahut Defin dengan santai.

Elin berlari ke arah jendela ia membuka gorden rumahnya dan melihat beberapa orang sedang merenovasi kolam renangnya. Terlihat dari jendela bahwa kebun pak Tedy terlihat karena tembok yang menjadi pembatas kawasan rumah Elin dan Tedy di hancurkan, di sana banyak tanaman stroberi yang mulai berbuah dan siap untuk di panen.

VIRULEN (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang