41. VIRULEN

153 14 1
                                    

[41. Keinginannya telah tuntas]



"Musik kali ini akan di nyanyikan oleh tikus itu dengan merdu. Sungguh malam ini akan memebuatku tidur nyenyak dan mimpi indah," ujar Aza seraya tersenyum antusias.

Saat ini gadis itu telah berdiri di depan kamar Lia bersamaan dengan seorang suster, dokter dan tiga anak buahnya.

Salah seorang anak buah Aza membuka pintu kamar Lia kedua orang lainnya menuntun seorang suster dengan kedua pistol yang mengarah pada suster tersebut. Aza dan yang lainnya masuk ke dalam lalu pintu ter tutup rapat.

Aza menjentikkan jarinya semua lampu yang ada di rumah sakit langsung padam total kecuali ruangan Lia, gadis itu pun melirik anak buahnya untuk melakukan tugasnya. Anak buahnya itu mengangguk paham dengan instruksi atasannya, kemudian ia mengangkat pistol ke arah CCTV lalu menembaknya sampai peluru tersebut menghancurkan CCTV yang ada di sana.

Aza melangkah mendekati Elin, ia menekan tombol di kursi yang sedang Elin duduki. Kursi yang di rancang khusus itu kemudian mengeluarkan rantai yang langsung mengikat seluruh tubuh Elin dengan ketat.

Byur!

"Arghh," Elin langsung terperanjat dari tidurnya ketika wajahnya di siram air oleh Aza menggunakan air dingin. Setelah itu Aza menendang kursi Elin sampai terpanting ke tembok menjauh dari tempat Lia tertidur.

Kedua bola mata Elin terbuka lebar-lebar, ia menatap semua orang yang di sana secara bergantian. Ia cukup terkejut dengan kedatangan Aza secara mendadak, dan yang menjadi pertanyaan kenapa anak buah Aza mengancam sang Dokter yang merawat ibunya selama ini?

Dahi Elin berkerut, kemudian ia celingak-celinguk mencari anak buah Lia yang menjaga ketat ruangannya. Tapi tidak ada satu pun yang berjaga-jaga.

"Aza? Bagaimana bisa kamu ada di sini?"

"Surprise!" sorak Aza bergembira. "Elin, gue mau kasih lo kejutan yang gak pernah lo duga,"

"J-jangan," ucap Elin ketika Aza akan menyentuh ibunya.

"Gue mau main-main sama ibu lo kalau Lia kalah dia akan mati. Huhuhuyyy!" Aza tertawa sangat keras. Ia akan menjalankan tugas selanjutnya.

"E-enggak Aza jangan," lirih Elin.  Gadis itu memberontak hebat melepaskan dirinya yang di ikatan besi.

"Tante Lia bangun!" Aza menarik tangan Lia sekaligus sampai wanita yang sedang tidur itu terjatuh ke lantai bersamaan dengan cairan infusan yang ikut terjatuh.

"JAUHI IBU GUE AZA!"

"JANGAN PERNAH MENYENTUHNYA!"

"MAMA BANGUN!" teriak Elin histeris.

Lia merasa tubuhnya yang teramat sakit segera membuka matanya, ketika berusaha ingin bangun Aza menendang wajah Lia biadab sampai wajah Lia menghantam lantai sekaligus.

"Arkhh!"

"Aza tolong jangan sakiti ibuku," Elin menangis dan menjerit kuat akan tetapi ucapannya sama sekali tak di gubris oleh Aza. "Mama sedang sakit!"

Amarah Aza semakin memuncak rasanya ia ingin segera menghabisi wanita itu akan tetapi bermain-main dengannya dan membuat Lia tersiksa itu akan jauh lebih menyenangkan.

"Ini baru pemanasan. Sebelum mati bermain-main dengan dulu itu akan jauh lebih menyenangkan dan berkesan. Bagaimana Lia?" ujar Aza seraya menarik selang infusan dengan kasar sampai terlepas dari punggung tangan Lia.

"A-aza," panggil Lia tercekat. Ketika selama beberapa tahun ini tidak bertemu dengan Aza yang ia kira bahwa anak dari sahabatnya itu telah tiada.

Aza berjongkok di hadapan Lia. "Hanya dengan cara ini dosa kalian bisa terhapus. Semuanya adil, nyawa akan di balas dengan nyawa!"

VIRULEN (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang