[44. Penjara bawah tanah]
Seorang gadis yang memakai masker sedang duduk di tanah bola mata sembabnya menatap pemakaman Lia.
"Selamat kan Elin. Penjara dan persidangan itu palsu, malam ini Elin akan di pindahkan ke penjara bawah tanah!"
Gadis itu terkejut ketika seseorang misterius yang jelasnya adalah salah satu anggota geng Kimberly sebab terlihat dari cara berpakaiannya yang memakai jubah merah dan topeng. Ketika ia mendengar suara orang-orang yang akan datang gadis itu bersembunyi di balik pohon besar dan mengintip puluhan anak buah Aza yang sedang menangkap seseorang yang memberitahukan informasi padanya.
"Tangkap dia dan bawa ke markas!"
Anak buah Aza yang melarikan diri itu langsung di ringkus.
"Siapa pun lo tolong selamat kan Elin atau dia tidak akan selamat!"
Anak buah Aza yang menjadi buronan itu langsung di ringkus dan di masukan ke dalam mobil.
"Awasi di sini. Tangkap orang yang berbicara dengan dia!"
Sebagian anak buah Aza menelusuri pemakaman untuk mencari gadis yang memakai masker tersebut dengan lihai gadis itu naik ke atas pohon yang menjulang tinggi untuk bersembunyi setelah semua anak buah Aza pergi ia turun kembali.
Ia melangkah ke pemakaman Lia dan menemukan sebuah kertas yang terjatuh. Ia memungutnya kemudian melihat isi kertas tersebut.
"Gue akan bebasin Elin saat ini juga. Siapa pun lo gue akan balas kebaikan lo,"
Isi kertas tersebut berisikan sebuah alamat penjara bawah tanah yang sengaja di jatuhkan oleh anak buah Aza agar dirinya mampu membebaskan Elin secepatnya.
__VIRULEN__
Kondisi kesehatan Ray semakin hari malah semakin memburuk, sudah beberapa hari ini ia di rawat di rumah sakit. Laki-laki itu mengidap penyakit thalasemia mayor sejak dua tahun yang lalu, thalasemia adalah penyakit kelainan genetik yang merusak sel darah merah, sehingga darah tidak dapat menyebarkan oksigen keseluruh tubuh dengan baik.
Awalnya Ray tidak merasakan gejala apa pun akan tetapi semakin ke sini tubuh Ray semakin banyak yang sakit, Ray mengabaikan rasa sakitnya itu karena ia pikir bahwa itu adalah rasa sakit biasa yang tidak perlu di cek ke dokter.
Sebenarnya Ray bukan tidak mampu membayar biaya rumah sakit, cowok itu sengaja mengabaikan rasa sakitnya karena ia takut dengan yang namanya suntikan.
Akan tetapi Ray sering kali mengalami kelelahan untuk itu ia memberanikan diri ke rumah sakit ternyata dokter mendiagnosis kalau ia mengalami penyakit kelainan darah yang di turunkan dari ibunya.
"Dulu gue takut banget dengan yang namanya suntikan. Sekarang suntikan itu udah kayak temen," kata Ray seraya menatap cahaya lampu yang menghiasi kota Jakarta dengan sangat indah. Cowok itu sedang duduk di sisi pembatas rooftop untuk mencari udara segar.
"Gue pengen terbebas dari semua ini Tuhan,"
"Dengan penyakit sialan ini gue ngerasa kalau hidup gue gak normal. Semua aktivitas gue serba di batasi dan terganggu!" Ray bergerutu pada dirinya sendiri, cowok itu benar-benar merasa lelah. Lelah dengan keadaan yang tidak pernah sesuai dengan keinginannya.
Ray ingin hidupnya seperti anak-anak normal seperti biasanya, bisa beraktivitas bebas tanpa di batasi. Sedangkan ia setiap tiga minggu sekali cowok itu harus melakukan transfusi darah dan meminum obat untuk mengurangi kadar zat besi yang berlebihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
VIRULEN (TAHAP REVISI)
Teen Fiction░v░i░r░u░l░e░n░ [ᶜᴱᴿᴵᵀᴬ ᴹᴱᴺᴳᴬᴺᴰᵁᴺᴳ ᴮᴼᴹᴮᴬʸ, ᵀᴬᴿᴵᴷ ᵁᴸᵁᴿ ˢᴱᴾᴱᴿᵀᴵ ᴸᴬʸᴬᴺᴳᴬᴺ, ᵀᴱᴷᴬ⁻ᵀᴱᴷᴵ ʸᴬᴺᴳ ᴬᴷᴬᴺ ᴹᴱᴹᴮᵁᴬᵀ ᴼᵀᴬᴷ ᴷᴬᴸᴵᴬᴺ ˢᴱᴺᴬᴹ ᴶᵁᴹᴮᴬ ᵀᴬᴷ ᴸᵁᴾᴬ ᴺᴬᴵᴷ ᴰᴬᴿᴬᴴ ᴰᴬᴺ ᴵᴺᴳᴵᴺ ᴮᴬᴺᵀᴵᴺᴳ ᴴᴾ ᴹᴱᴹᴮᴬᶜᴬᴺʸᴬ] 🅆🄰🅁🄽🄸🄽🄶⚠️ ☠️🄺🄾🄽🅃🄴🄽 🄳🄴🅆🄰🅂🄰 🄱🄰🄽🅈🄰🄺 🄰🄳🄴🄶🄰🄽 �...