12. VIRULEN

165 14 3
                                    

[12. Sisi buruk keluarganya]


"Itu pasti Papa," ujar Elin.

Terukir senyuman sumringah menghiasi wajahnya. Benar saja saat pintu terbuka Defin muncul dan hal itu yang membuat Elin senang.

"Papa Elin mau nunjukin sesuatu," ucap Elin pada ayahnya.

Defin terus melanjutkan langkahnya tanpa menggubris ucapan Elin yang terdengar tidak penting. "Besok aja papa capek!" jawabnya cuek.

"Ini kabar penting dan papa harus tahu," Elin melihat air muka Defin yang terlihat sangat kelelahan bahkan tidak bersemangat. Mungkin memang benar Defin sangat kecapean tapi Elin tidak bisa menahan diri untuk menyembunyikan kabar baik yang harus disampaikan kepada ayahnya itu.

"Besok aja Zelin!" balas Pria tua itu yang terlihat lelah.

"Ayolah pah ini cuma sebentar Papa harus tahu!"

"Zelin papa capek jangan ganggu Papa!"

"Cuma sebentar Pa gak sampai lima menit. Elin yakin papa pasti seneng dengarnya, papa tahu gak coba liat ini deh," Elin berusaha menunjukan bingkai foto yang di kirimkan oleh Mamanya. Sungguh ia hanya ingin kalau Defin mengetahui kabar baik ini kalau Lia akan pulang sekitar lima bulan lagi. "Aku dapetin sesuatu ini hadiah ulang tahunku-"

"Diam Zelin!" tampik Defin naik darah sembari siap melayangkan pukulan akan tetapi tertahan. Sedangkan Elin tercengang karena bentakan dari Defin. "Papa tidak mau mengetahui apa pun itu. Jangan membicarakan sesuatu yang tidak penting!"

Elin langsung membeku di tempat, ia memundurkan beberapa langkah ke belakang akibat dorongan kuat dari Defin.

"Lima bulan lagi mama akan pulang!"

Refleks langkah Defin langsung berhenti, pria itu yang tadinya ingin langsung memasuki kamarnya lantas kembali berbalik menatap Elin yang sama tengah menatap ke arahnya.

"Jangan asal bicara!" ucap Defin penuh dengan penekanan.

Elin menunjukan selembar kertas tersebut bersamaan dengan bingkai foto keluarganya yang terakhir kalinya. Tanpa menunggu lama Defin merampas kertas beserta bingkai tersebut.

"Papa bohong kan? Mama tidak meninggalkan kita gitu aja, kepergian mama pasti ada alasannya. Buktinya mama mengirimkan pesan itu,"

"Sialan!" Defin langsung berjalan ke kamar Elin ia memunguti foto Lia dan Elin yang ada di kamar anaknya itu.

Setelah itu ia berjalan ke arah dapur dengan langkah gusar di susul dengan Elin dari belakang. Amarahnya langsung bergelora saat sesudah membaca pesan tersebut dan melihat bingkai foto yang sangat ia benci.

"Papa mau apakan surat sama semua foto mama?"

"Papa jangan! Elin mohon jangan rusak bingkainya juga," Elin membungkukkan badannya ia berusaha merebut bingkai foto yang sebagian sudah Defin pecahkan sampai hancur akibat di banting keras dan di injak-injak.

"Minggir!"

"Enggak! Maaf kalau papa gak suka. Tapi Elin mohon jangan rusak semua foto mama!" Elin memegang kedua kaki Defin memohon-mohon.

VIRULEN (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang