[56. Pengakuan Ray]
Ray menghembuskan nafas kasar, iya menggaruk kepalanya yang terasa panas kemudian cowok itu melempar ponselnya saat selesai membaca balasan dari Elin.
"Sial. Gue udah capek-capek nunggu!"
"Tiga jam gue nunggu di sini anak setan itu malah gak dateng!"
Cowok itu duduk seraya menyandarkan tubuhnya ke tembok, bola matanya mengarah ke langit-langit malam yang indah berharap bahwa amarahnya itu hilang segera.
"R-ray!"
Elin yang baru saja sampai di rooftop gedung rumah sakit, celingak-celinguk mencari keberadaan Ray. Terlihat di ujung rooftop ada seorang lelaki yang memakai pakaian pasien rumah sakit tengah duduk di sana sendirian.
Gadis itu segera menghampiri Ray.
"Ray, sorry tadi gue ada urusan." Ujar Elin seraya mengatur napasnya yang ngos-ngosan.
Elin melambaukan tangannya tepat di depan wajah Ray akan tetapi cowok itu menepisnya jemudian berdiri.
"Ray!" panggil Elin dongkol ketika di abaikan.
"BRISIK MONYET. GAK PUNYA JAM LO DI RUMAH INI UDAH JAM 10 DUA JAM GUE NUNGGU LO DISINI! KENAPA LO BARU DATENG!" teriak murka Elin pun refleks menutup telinganya.
"Iyaaa maafin gue, tadi gue sibuk!" balas Elin tak kalah tinggi.
"Sibuk tai lo jalan-jalan sama si Alanka tolol. Seenggaknya kalau lo gak mau dateng kasih tahu dulu gue, mungkin waktu istirahat gue gak akan terbuang sia-sia!" bentak Ray yang masih ngamuk.
"Kan udah minta maaf gak usah marah-marah lagi napa. Nih gue udah dateng lo mau apa?"
"Tau ah basi. Ngapin juga lo ke sini? Lo lagi sibuk kan sama si Alanka. Ya udah balik sana!" Ray menyingkirkan Elin secara kasar sebab gadis itu menghalangi jalannya.
Elin mengikuti langkah Ray yang bergegas pergi. "Gitu doang ngambek. Lagian lo mau apa si mumpung gue masih ada di sini!"
"Udah gak butuh. Buru balik lo sana!" usir Ray kasar.
"Ya udah gue balik lagi," tangan Elin di tarik ke belakang sekaligus oleh Ray. "Apa lagi sih! Katanya gue boleh balik!"
"Lo emang bego! Kalau gue ngusir lo berarti lo itu gak boleh pergi ngerti dikit coba. Harus lo minta maaf karena udah buat gue nunggu di sini, bujuk gue atau apa gitu biar gue gak emosi!" Emosi Ray malah semakin membeludak melihat tingkah Elin yang tidak memahami dirinya.
"Siapa?"
"Apanya!"
"Yang peduli!"
"Setan!"
Elin menarik kasarnya. "Lagian lo ngeselin banget di wa ngamuk-ngamuk gak jelas ke gue. Gue udah dateng ke sini lo masih ngamuk-ngamuk, gak jelas lo!"
Ray mencoba merendam emosinya, takut kebablasan aampai lupa tujuan ia ingin bertemu dengan gadis itu. Ia menunjukan dokumen pada Elin.
"Apa?" tanya Elin bingung.
"Baca lah setan! Apa lagi?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
VIRULEN (TAHAP REVISI)
Teen Fiction░v░i░r░u░l░e░n░ [ᶜᴱᴿᴵᵀᴬ ᴹᴱᴺᴳᴬᴺᴰᵁᴺᴳ ᴮᴼᴹᴮᴬʸ, ᵀᴬᴿᴵᴷ ᵁᴸᵁᴿ ˢᴱᴾᴱᴿᵀᴵ ᴸᴬʸᴬᴺᴳᴬᴺ, ᵀᴱᴷᴬ⁻ᵀᴱᴷᴵ ʸᴬᴺᴳ ᴬᴷᴬᴺ ᴹᴱᴹᴮᵁᴬᵀ ᴼᵀᴬᴷ ᴷᴬᴸᴵᴬᴺ ˢᴱᴺᴬᴹ ᴶᵁᴹᴮᴬ ᵀᴬᴷ ᴸᵁᴾᴬ ᴺᴬᴵᴷ ᴰᴬᴿᴬᴴ ᴰᴬᴺ ᴵᴺᴳᴵᴺ ᴮᴬᴺᵀᴵᴺᴳ ᴴᴾ ᴹᴱᴹᴮᴬᶜᴬᴺʸᴬ] 🅆🄰🅁🄽🄸🄽🄶⚠️ ☠️🄺🄾🄽🅃🄴🄽 🄳🄴🅆🄰🅂🄰 🄱🄰🄽🅈🄰🄺 🄰🄳🄴🄶🄰🄽 �...