39. VIRULEN

140 12 2
                                    

[39. ANTARA KEIKHLASAN DAN KEEGOISAN]

Elin sudah membicarakan hal yang kemarin ia bicarakan dengan Lista pada ibunya dan Lia menolak keras tidak mengizinkan Elin untuk membantu Lista yang menginginkan mayat sahabatnya itu di pindahkan.

Bahkan Lia menolak keras agar Elin tidak berhubungan lagi dengan Lista sebab ibunya itu takut kalau Elin hanya akan di bodohi. Belum lagi sekarang anaknya itu buronan polisi dengan mengizinkan Elin keluar dari rumahnya sama saja dengan menjebloskan anaknya sendiri ke penjara.

Akan tetapi dengan keras kepalanya gadis itu diam-diam kabur dari rumah sekitar pukul sepertiga malam. Kini ia dan Lista berada di pemakaman tempat Asila di makamkan.

"Hanya ini cara terakhir," ujar Lista seraya menatap batu nisan yang bertuliskan Aza Amalia Binti Wijayanto. Begitu pula dengan Elin yang sama menatap nisan dan Lista secara bergantian.

Pukul tiga dini hari kedua gadis itu sedang berada di pemakaman yang sangat gelap dan sepi, tidak ada siapa pun di sana kecuali mereka berdua dengan lampu yang terikat di kepalanya.

"Kita bongkar makam Aza,"

"Apa ini tidak terlalu beresiko? Bagaimana kalau kita dapat masalah!" Elin jelas akan menolah hal gila seperti ini tidak pernah ia bayangkan akan ia lakukan. Membongkar makam seseorang? Bukankah itu sangat keterlaluan.

Lista memang sengaja tidak mencari lelaki yang bisa membantu mereka untuk membongkar makam karena mereka akan di cegah bahkan tidak akan ada yang percaya bahwa yang di kubur ini bukan Aza.

Lista melirik Elin sinis. "Gak ada cara lain. Gue mau memenuhi permintaan terakhir sahabat gue. Lagi pula ini satu-satunya cara yang bisa kita lakukan, sebentar lagi waktunya akan habis. Ray minta buktinya malam ini!" gadis itu beristirahat sejenak ketika ia mulai mencangkul tanah kuburan. "Dengan ini lo akan terbebas dari tuduhan,"

"Lista masih ada cara lain untuk membawa Aza kehadapan Ray. Tapi bukan gini caranya," gumam Elin merasa cara yang ia lakukan salah.

"Harus pake cara apalagi El. Kita udah nyari Aza ke seantero Bandung, kita juga udah melacak keberadaan Aza tidak ada satu pun bukti yang menunjukan keberadaan gadis itu!" semenjak dua hari yang lalu Lista dan Elin mencari-cari keberadaan Aza tapi mereka tidak menemukan jejak apa pun. Sedangkan ini adalah hari ke tiga kesempatan terakhir yang di berikan Ray untuk membuktikan kalau Elin tidaklah salah.

Lista menyerahkan peralatan seperti cangkul dan skip pada Elin. "Lakuin apa yang gue katakan atau semua usaha yang kita lakukan akan sia-sia!"

"Apa kamu yakin kalau Aza masih hidup?" Elin masih merasa ragu dengan Lista yang mengatakan kalau Aza masih hidup.

"Lo gak percaya sama gue?" Lista merasa tersinggung.

"Bukan begitu Lis. Hanya saja--entahlah aku bingung siapa yang harus aku percayai,

"Gue tahu lo pasti ragu. Tapi apa yang gue katakan itu yang sebenarnya, kalau Aza memang masih hidup," balas Lista tanpa ragu. "Lo bantu gue mindahin mayatnya ke mobil setelah mayat Asila di pindahkan gue akan buktiin kalau lo gak salah,"

Elin duduk di tanah karena kakinya yang sakit tak mampu membuat ia berdiri lebih lama, ia hanya memperhatikan Lista yang masih mencangkul kuburan baru tersebut.

VIRULEN (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang