[11. Harapan baru]
Lista dan Clarin mengintip lewat jendela atas ruangan kepala sekolah hanya karena mereka penasaran dengan apa yang terjadi di ruangan tersebut. Mereka rela naik ke atas tumpukan meja dan kursi yang telah mereka susun untuk menyaksikan secara langsung bagaimana sang ratu bully di marahi habis-habisan oleh kepala sekolah.
Karena mereka tidak di izinkan masuk hanya Elin Wafa dan Arsha saja yang boleh. Untuk itu Lista menyiapkan sebuah alat yang langsung tersambung pada telinga Elin agar gadis itu tidak lemah saat diberikan tuntutan oleh Arsha.
Dengan alat itu akan mempermudah Lista untuk menginterupsi Elin agar mau menuruti ucapannya. Sebab takut kalau si cupu Elin itu berbohong hanya karena takut pada Arsha.
"Semua tuduhan itu bohong Pak. Saya tidak ada sangakut pautnya sama kecelakaan Elin! Bukti rekaman tersebut pasti di manipulasi," ujar Arsha sembari menangis di hadapan kepala sekolah yang telah memarahinya habis-habisan.
"Cukup! Besok kalian akan saya kirim ke asrama," keputusan kepala sekolah telah bulat tidak bisa di ganggu gugat.
"Enggak!" teriak Arsha dan Wafa bersamaan. "Pak mohon jangan!"
"Ya ampun Pak saya gak mau masuk sekolah penjara itu. Saya janji tidak akan mengulanginya lagi,"
"Ampun Pak, hukum kita apa saja tapi jangan masukan saya ke asrama!"
Wafa dan Arsha kompak memohon-mohon pada kepala sekolah. Mendengar keputusan saja sudah membuat mereka ketakutan hebat. Pasalnya asrama itu sangatlah ketat dengan peraturannya, semua kegiatan murid di sana sangat di batasi.
"Bu urus mereka berdua. Saya ada rapat," ujar pak kepala sekolah pada Bu Diah. Setelah itu pak kepala sekolah langsung menarik langkah keluar ruangan.
"Baik pak." Jawab Bu Diah.
Lista dan Clarin tertawa pelan melihat Arsha yang sekacau itu bahkan penampilan mereka sangatlah kusut dan berantakan akibat menangis dan memohon kejer-kejeran pada kepala sekolah akan tetapi permohonannya itu tidak akan membawakan hasil apa pun.
"Kalian yang sabar. Tinggal di asrama itu gak semenyeramkan itu kok, lagian cuma sebentar satu tahun itu gak lama," ujar Elin berusaha menyemangati mereka. "Semangat-aaaa!"
Elin terkejut dan berteriak sangat keras ketika Arsha mendadak menjambak rambutnya sangat kuat.
"Puas lo? Mau ngejek gue hah!" teriak Arsha. "Harusnya lo itu gak cuma jatuh dari tangga. Kalau emang lo semua ngira gue yang nuduh, lo seharusnya beneran mati!"
Bu Diah membulatkan mata terkejut melihat tingkah Arsha yang menyerang Elin secara brutal. Lantas ia berusaha melerai amukan Arsha, akan tetapi anak itu tidak sedikit pun mendengarkan nasihat Bu Diah.
"Arsha cukup. Kamu sudah melewati batas!" teriak Bu Diah.
"Aaa! Zelin gue benci sama lo!" Arsha terus menjambak rambut Elin tanpa sedikitpun ada niatan untuk berhenti menyerangnya.
Elin tak mampu melawan, ia hanya diam dan menangis saja karena kepalanya yang masih di perban belum sembuh sempurna ditambah lagi rambutnya yang ditarik secara beringas membuat kepala Elin pusing tujuh keliling.
"Ampun Sha, kepalaku sakit. Nanti kalau aku botak gimana?"
"Gue gak peduli!"
"Kepalaku bisa putus. Kalau putus nanti aku mati, kalau aku mati sumpah aku bakalan gentayangin kamu tiap malem untuk balas dendam!"
"BERANI LO NGANCEM GUE HAH?!"
Clarin menatap Lista yang santai melihat Elin di serang habis-habisan. "Woy. Bantuin Elin buruan,"
![](https://img.wattpad.com/cover/284453131-288-k665945.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
VIRULEN (TAHAP REVISI)
Teen Fiction░v░i░r░u░l░e░n░ [ᶜᴱᴿᴵᵀᴬ ᴹᴱᴺᴳᴬᴺᴰᵁᴺᴳ ᴮᴼᴹᴮᴬʸ, ᵀᴬᴿᴵᴷ ᵁᴸᵁᴿ ˢᴱᴾᴱᴿᵀᴵ ᴸᴬʸᴬᴺᴳᴬᴺ, ᵀᴱᴷᴬ⁻ᵀᴱᴷᴵ ʸᴬᴺᴳ ᴬᴷᴬᴺ ᴹᴱᴹᴮᵁᴬᵀ ᴼᵀᴬᴷ ᴷᴬᴸᴵᴬᴺ ˢᴱᴺᴬᴹ ᴶᵁᴹᴮᴬ ᵀᴬᴷ ᴸᵁᴾᴬ ᴺᴬᴵᴷ ᴰᴬᴿᴬᴴ ᴰᴬᴺ ᴵᴺᴳᴵᴺ ᴮᴬᴺᵀᴵᴺᴳ ᴴᴾ ᴹᴱᴹᴮᴬᶜᴬᴺʸᴬ] 🅆🄰🅁🄽🄸🄽🄶⚠️ ☠️🄺🄾🄽🅃🄴🄽 🄳🄴🅆🄰🅂🄰 🄱🄰🄽🅈🄰🄺 🄰🄳🄴🄶🄰🄽 �...