[68. Menunggu janjinya terpenuhi]
Beberapa jam yang lalu.
Elin duduk di atas ranjang dengan memeluk kedua lututnya, tak henti-hentinya gadis itu menangis sampai matanya bengkak dan menghitam. Sudah hampir tiga hari Elin di kurung di tempat ini dengan tangan yang masih di ikat oleh rantai.
"G-gue gak gila," bibir gadis itu bergetar hebat. "R-ray gue gak gila. Kenapa lo bawa gue ke tempat ini?"
"T-tolong jemput gue."
Air matanya kembali luruh saat mengingat janji Ray dua hari yang lalu katanya lelaki itu akan menjemputnya. Tapi tidak ada tanda-tanda kehadiran Ray.
"Itu dia ruangannya cepat masuk." Seorang pria ran wanita paruh baya masuk ke dalam sebuah ruangan rahasia yang di jaga dengan ketat.
"Elin," panggil seseorang yang langsung memeluk gadis itu dengan erat.
Bola mata sayu Elin menatap lelaki yang memeluk dirinya. "A-alanka,"
"Maaf baru bisa nemuin Elin sekarang,"
"Di mana Ray? Dia udah janji mau jemput gue. Kenapa dia belum datang juga? Gue nunggu dia Alanka, di mana Ray?"
Lelaki itu menggigit kuat bibir bawahnya, bagaimana ia akan menjelaskan pada Elin kalau Ray tidak akan pernah datang untuk menjemputnya. Ia ikut terpukul saat Lista memberitahukan bahwa Ray adalah anggota inti dan Kimberly.
Sementara Elin masih mengharapkan lelaki itu di saat Ray membuatnya menjadi manusia paling buruk di dunia ini. Lihatlah kondisi Elin bagaikan binatang yang di cabuli majikannya.
"Elin kita pergi dari sini ya,"
Gadis itu menggelengkan kepalanya pelan. "Gue gak mau pergi kalau Ray gak jemput gue Alanka."
"Tempat ini gak layak buat kamu. Kita pergi sekarang," Alanka mengeluarkan sebuah kunci kemudian ia membuka gembok kunci yang terpasang di rantai yang mengikat tubuh gadis itu.
Tangan Alanka bergetar saat melihat pergelangan tangan Elin yang lecet sampai berdarah akibat ikatan yang kuat. Belum lagi luka sayatan di tangannya.
"Ayol Zel," ajak lelaki yang tengah menahan isakannya.
"Gue mau nunggu Ray. Mungkin sebentar lagi Ray akan datang, gue gak mau pergi Alanka. Gue mau Ray nepatin janjinya buat jemput gue, dia yang bawa gue ke sini dia juga yang akan bawa gue pergi dari tempat ini." Elin enggan untuk ikut bersama Alanka.
"Dia gak akan pernah datang Zel," lirih Alanka.
"Ray gak pernah ingkar janji," jawab Elin dengan suara parau.
"Ray yang sekarang udah beda El,"
"Lo gak kenal dia, Ray gak akan pernah berubah Alan,"
Alanka mengambil hoodie yang ia bawa lalu memakaikannya pada tubuh gadis itu agar menutupi lukanya. "Ayok kita pulang,"
Elin menepis tangan Alanka. "Gak mau Alanka gue mu nunggu Ray di sini, gak pa-pa gue nunggu lebih lama mungkin Ray sibuk. Tapi gue gak mau pergi sebelum Ray menjemput gue,"
"Kamu bukan orang gila. Ini bukan rumah kamu Zel,"
"Gue gak peduli. Gue cuma mau di jemput sama Ray, cari dia Alanka. Suruh Ray buat jemput gue," tangisan Elin semakin membeludak. Alanka yang melihat Elin sehancur ini tak sanggup menatap bola matanya yang menyiratkan kehancuran.
"ALANKA GUE MAU RAY DATANG BAWA DIA KEMARI ALANKA. KAPAN DIA AKAN JEMPUT GUE, BERITAHU RAY GUE AKAN NUNGGU DIA DI SINI. TOLONG SURUH RAY BUAT NEPATIN JANJINYA!"
KAMU SEDANG MEMBACA
VIRULEN (TAHAP REVISI)
Teen Fiction░v░i░r░u░l░e░n░ [ᶜᴱᴿᴵᵀᴬ ᴹᴱᴺᴳᴬᴺᴰᵁᴺᴳ ᴮᴼᴹᴮᴬʸ, ᵀᴬᴿᴵᴷ ᵁᴸᵁᴿ ˢᴱᴾᴱᴿᵀᴵ ᴸᴬʸᴬᴺᴳᴬᴺ, ᵀᴱᴷᴬ⁻ᵀᴱᴷᴵ ʸᴬᴺᴳ ᴬᴷᴬᴺ ᴹᴱᴹᴮᵁᴬᵀ ᴼᵀᴬᴷ ᴷᴬᴸᴵᴬᴺ ˢᴱᴺᴬᴹ ᴶᵁᴹᴮᴬ ᵀᴬᴷ ᴸᵁᴾᴬ ᴺᴬᴵᴷ ᴰᴬᴿᴬᴴ ᴰᴬᴺ ᴵᴺᴳᴵᴺ ᴮᴬᴺᵀᴵᴺᴳ ᴴᴾ ᴹᴱᴹᴮᴬᶜᴬᴺʸᴬ] 🅆🄰🅁🄽🄸🄽🄶⚠️ ☠️🄺🄾🄽🅃🄴🄽 🄳🄴🅆🄰🅂🄰 🄱🄰🄽🅈🄰🄺 🄰🄳🄴🄶🄰🄽 �...