[42. Persidangan dan terkuaknya jati diri]
"B-buktikan k-kalau k-kamu t-tidaklah bersalah. J-jangan b-biarkan i-iblis i-itu m-menghancurkan se-segalanya," tenggorakan Lia tercekat ia tidak mampu lagi berkata-kata. Dadanya terasa sesak, bahkan sekujur tubuhnya mati rasa, nyawanya terasa sudah sampai pada tenggorokan.
Lia telah sadar setelah beberapa jam lalu ketika sudah di tangani oleh dokter Elin pun di bantu oleh anak buah Lia yang baru datang untuk bisa melepaskannya dari kursi pengikat itu.
Elin menggenggam tangan Lia sangat kuat. "Mama tolong bertahan demi Elin,"
"Dokter!"
"Dokter!"
"Siapa pun tolong ibu saya!" Elin berteriak meminta pertolongan. Beberapa detik kemudian beberapa petugas tenaga medis datang dan langsung mencek kondisi Lia yang kritis.
"Gadis itu pelakunya," ucap Ray yang berdiri di ambang pintu.
"Tangkap dia!" instruksi pimpinan polisi tersebut. Dua orang polisi langsung mengepung Elin untuk meringkusnya.
Elin menatap para polisi yang menahan kedua tangan gadis itu, sementara Elin berusaha memberontak tak terima jika ia akan di tahan. "Apa-apaan ini? Lepaskan saya!"
"Anda kami tangkap,"
"Apa salah saya?"
"Anda telah melakukan aksi pembunuhan kepada saudari Aza Amalia,"
"Itu semua bohong. Saya tidak bersalah!"
"E-elin..." panggil Lia sebelum kedua bola matanya terpejam rapat, atau mungkin tatapan itu adalah tatapan terakhir Lia memandang putrinya.
Elin menggelengkan kepala tak percaya. "Mama! Mama bangun!"
"Lepas! Saya tidak bersalah. Aza masih hidup!" Elin berusaha menggenggam tangan Lia kuat akan tetapi para polisi tersebut menyeretnya secara paksa sampai genggaman itu perlahan-lahan terlepas.
"Bawa dia!"
"MAMA!" Elin menjerit histeris. Ia memberontak sebisanya ketika ia ingin mendekati Lia para polisi tersebut malah mengikat kedua tangannya menggunakan borgol.
"Ray tolongin aku. Aku gak bersalah! Aza masih hidup, gadis itu ada di sini! Dia ada di sini Ray. Tolong percaya aku mohon!" Elin memohon-mohon di hadapan Ray, ia tidak ingin di bawa.
"Gue gak akan pernah percaya dengan mulut kotor lo. Aza harus mendapatkan keadilan!" sarkas Ray yang membuat Elin langsung terdiam mendengar kalimat yang begitu menusuk ulu hatinya.
Ray tidak akan pernah mempercayai gadis itu.
Elin sudah membuatnya kehilangan kepercayaan.
Elin menatap Ray dengan tatapan yang begitu menusuk dan tajam, wajah keduanya sangat dekat dan berjarak hanya beberapa centmeter. Ray melihat kembaran dalam kedua bola mata Elin.
"Kalau begitu jangan pernah percaya sampai-sampai lo menyesali segalanya."
__VIRULEN__
Plak!
"Kamu yang melakukan aksi pembunuhan kepada korban yang bernama Aza Amalia. Tepat pada tanggal 15 September pukul sepuluh malam. Ngaku?!"
Entah sudah berapa kali tamparan bahkan pukulan di bagian tubuh Elin yang lainnya agar dirinya mengakui kesalahan yang tidak pernah ia lakukan. Sudah hampir dua jam ia berada di ruang interogasi yang hanya ada dieinya dan dua orang polisi di sana.
![](https://img.wattpad.com/cover/284453131-288-k665945.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
VIRULEN (TAHAP REVISI)
Teen Fiction░v░i░r░u░l░e░n░ [ᶜᴱᴿᴵᵀᴬ ᴹᴱᴺᴳᴬᴺᴰᵁᴺᴳ ᴮᴼᴹᴮᴬʸ, ᵀᴬᴿᴵᴷ ᵁᴸᵁᴿ ˢᴱᴾᴱᴿᵀᴵ ᴸᴬʸᴬᴺᴳᴬᴺ, ᵀᴱᴷᴬ⁻ᵀᴱᴷᴵ ʸᴬᴺᴳ ᴬᴷᴬᴺ ᴹᴱᴹᴮᵁᴬᵀ ᴼᵀᴬᴷ ᴷᴬᴸᴵᴬᴺ ˢᴱᴺᴬᴹ ᴶᵁᴹᴮᴬ ᵀᴬᴷ ᴸᵁᴾᴬ ᴺᴬᴵᴷ ᴰᴬᴿᴬᴴ ᴰᴬᴺ ᴵᴺᴳᴵᴺ ᴮᴬᴺᵀᴵᴺᴳ ᴴᴾ ᴹᴱᴹᴮᴬᶜᴬᴺʸᴬ] 🅆🄰🅁🄽🄸🄽🄶⚠️ ☠️🄺🄾🄽🅃🄴🄽 🄳🄴🅆🄰🅂🄰 🄱🄰🄽🅈🄰🄺 🄰🄳🄴🄶🄰🄽 �...