[35. Kematian dia]
Sampai saat ini masih belum ada kabar tentang Elin dokter maupun tenaga medis yang lain belum bisa memastikan keadaan Elin bagaimana. Dan hal itu yang membuat Ray tidak bisa tidur, di pikirannya hanya ada Elin.
Kemarin malam Ray sudah mengunjungi rumah Elin untuk mencari Defin akan tetapi tidak ada rumah gadis itu sangat kosong seperti tak berpenghuni. Bahkan ketika Ray menelpon Defin panggilannya pun tidak di angkat sama sekali. Padahal ia berniat kalau kedua orang tua Elin ada di saat masa-masa Elin yang kritis seperti ini nyatanya tidak.
Banyak hal yang tidak Ray ketahui tentang sahabatnya itu, sampai-sampai ketika Elin mengalami guncangan di dalam hidupnya cowok itu tidak ada bahkan tidak pernah tahu sama sekali tentang Elin termasuk Elin yang selalu di tuntut banyak oleh Defin. Ia pikir keluarga Elin adalah keluarga yang harmonis dan bahagia nyatanya tidak.
Entah sudah berapa puluhan luka yang sering gadis itu dapatkan dari tindakan kasar Defin. Dan yang paling menyedihkannya adalah ketika Ray memohon-mohon pada Lia ibu Elin untuk datang ke rumah sakit justru wanita itu tidak peduli sama sekali.
"Gimana keluarga lo?"
"Mereka jelas-jelas sangat menyayangiku Ray. Seperti tuan putri yang selalu di sepesialkan, kamu tahu ayah pernah bilang kalau aku adalah putri kesayangannya, mama juga sangat bangga punya seorang putri sepertiku!"
"Terus mama lo mana? Selama ini gue cuma liat dari foto. Gue pengen ketemu,"
"Mama sibuk mana sempet mama bisa ketemu sama kamu. Katanya mama harus kerja keras biar bisa bahagiain aku,"
"Gue seneng dengernya. Lo terlahir di keluarga yang beruntung,"
"Hm. Aku memang beruntung punya orang tua yang sangat-sangat menyayangiku."
Ray tersenyum hambar ketika mengingat momen pas ia dan Elin saat masih duduk di bangku SMP. Ia ingat betul kejadian waktu itu, dimana Ray bertanya tentang keluarga Elin ia merasa senang mendengarnya ketika gadis itu bercerita dengan wajah yang berseri-seri. Sampai-sampai Ray tak sadar kalau senyuman itu hanyalah tipu daya Elin untuk menyembunyikan keretakan kedua orangtuanya.
"Berapa banyak luka yang lo tutupi dari gue?"
"Lo nyembunyiin segalanya seolah-olah gue gak layak buat tahu apa yang lo alami,"
Sesak semakin menyeruak, kesalahan yang tak seharusnya mendapatkan kata maaf semakin menyiksa Ray. Ia ingat betul bagaimana perlakuannya pada Elin belakangan ini, meski ia tahu kalau Elin juga sangat berbeda dan telah banyak berubah.
"Cepat bangun. Gue kangen suara lo," Ray mengusap jendela yang menjadi penghalang antara dirinya dengan Elin. Sampai saat ini tidak boleh ada salah seorang yang masuk ruang ICU kecuali para tenaga medis.
Cowok itu membalikan badan dan menarik langkah untuk mencari udara segar, untuk menenangkan pikirannya yang sangat kusut. Ray memegang dadanya ketika ia merasakan perasaan yang aneh, perasaan yang semakin ia rasakan semakin menyakitkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
VIRULEN (TAHAP REVISI)
Dla nastolatków░v░i░r░u░l░e░n░ [ᶜᴱᴿᴵᵀᴬ ᴹᴱᴺᴳᴬᴺᴰᵁᴺᴳ ᴮᴼᴹᴮᴬʸ, ᵀᴬᴿᴵᴷ ᵁᴸᵁᴿ ˢᴱᴾᴱᴿᵀᴵ ᴸᴬʸᴬᴺᴳᴬᴺ, ᵀᴱᴷᴬ⁻ᵀᴱᴷᴵ ʸᴬᴺᴳ ᴬᴷᴬᴺ ᴹᴱᴹᴮᵁᴬᵀ ᴼᵀᴬᴷ ᴷᴬᴸᴵᴬᴺ ˢᴱᴺᴬᴹ ᴶᵁᴹᴮᴬ ᵀᴬᴷ ᴸᵁᴾᴬ ᴺᴬᴵᴷ ᴰᴬᴿᴬᴴ ᴰᴬᴺ ᴵᴺᴳᴵᴺ ᴮᴬᴺᵀᴵᴺᴳ ᴴᴾ ᴹᴱᴹᴮᴬᶜᴬᴺʸᴬ] 🅆🄰🅁🄽🄸🄽🄶⚠️ ☠️🄺🄾🄽🅃🄴🄽 🄳🄴🅆🄰🅂🄰 🄱🄰🄽🅈🄰🄺 🄰🄳🄴🄶🄰🄽 �...