20. VIRULEN

156 9 3
                                    

[20. Sepenggal karakter tentangnya]

Brak!

Gadis itu menendang pintu rumahnya sangat kasar, sampai-sampai pintu tersebut terbuka lebar dan menimbulkan suara keras akibat bentrokan pintu kayu dengan tembok. Dengan langkah gusar dan penuh amarah gadis gitu selamat menuju kamar mandi.

Kemudian ia menyalakan shower lalu membasahi seluruh badannya, lambat-laun air tersebut mulai membersihkan dirinya yang sangat kotor. Gadis itu matikan shower dengan sangat kasar.

Napasnya memburu hebat, dadanya sangat bergemuruh memendam amarah yang menumpuk dalam dirinya.

"AAA LISTA!" gadis itu berteriak sekencang-kencangnya berbarengan dengan melempar benda yang ada di sekitarnya seperti sabun mandi, sampo, dan lain-lainnya.

Ya, ia adalah Aza Amalia. Tatapan sinis dan berbisa itu menatap pantulan dirinya yang ada di cermin, sekujur tubuhnya basah dan tetesan demi tetesan air berjatuhan ke lantai. Hal yang paling menambah aura kemurkaan ketika kedua tangannya terkepal sangat kuat, bahkan urat-urat di lehernya mengetat.

Amarannya sangat meletup-letup mengingat bagaimana hari ini suatu hal yang rendahan terjadi padanya. Ia memejamkan mata sebentar lalu menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan.

Beberapa jam yang lalu.

Byurr!

"Sorry. Gue gak liat ada lo di sana," ujar Lista yang tak sengaja ingin membuang air kotor bekas pelan pada Aza yang baru saja keluar dari toilet.

Sekujur tubuh gadis itu basah akibat air yang menumpah pada dirinya, ia melirik ke samping melihat Lista yang berdiri tak jauh darinya.

Aza mendekati Lista kemudian ia mendorong tubuhnya sampai membentur tembok begitu keras. Jari-jari tangannya mencengkeram kuat kedua lengan atas milik Lista.

"Sengaja?" tanya Aza sinis.

Lista menunjukan isi kertas bersamaan dengan cangkang obat pada Aza.

"Kejadian waktu itu bukan gara-gara kepala Ray terbentur tiang gawang maupun Elin yang kasih Ray obat kedaluarsa. Tapi lo sendiri yang kasih Ray racun supaya penyakitnya semakin parah!" tampik Lista pada gadis itu.

Bola mata Aza langsung melebar ketika membaca sekilas surat pernyataan tentang khasiat obat yang di dapatkan dari rumah sakit kemarin malam.

"Kamu gila? Ray itu pacar aku gak mungkin aku ngelakuin hal itu sama Ray. Aku cuma kasih dia obat kelasi besi," decak Aza tak terima jika ia di tuduh seperti ini.

"Gak usah munafik anjing. Cepat atau lambat gue akan tahu siapa lo!"

Aza tersenyum sinis. "Bukanya orang yang ingin terlihat baik yang munafik?"

Aza tertawa keras ketika mengingat kejadian tadi di toilet, gadis itu  menatap dirinya di cermin. "Baru kali ini ada orang yang berani memperlakukan gue kayak sampah!"

Ting!

Suara notifikasi HP mengalihkan perhatiannya, ia segera membuka isi pesan yang ada di HP-Nya.

VIRULEN (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang