48. VIRULEN

161 26 18
                                    

[48. Virulen itu semakin meraja rela]

Elin yang baru saja keluar dari kantin, mendadak lengannya di tarik lalu di bawa ke tempat sepi di mana tidak ada orang disana. Punggung Elin terbentur ke tembok ketika orang tersebut mendorongnya sangat kuat.

"R-ray," ucap Elin gelagapan karena terkejut dengan kedatangan cowok itu.

"Kenapa lo kembali?" ujar Ray dengan sorot penuh kebencian.

Elin menatap Ray datar ketika lelaki itu mencengkeram kuat bahunya. "Gue kembali mau buat hidup lo sengsara!" ketusnya.

Ray semakin mencengkeram kuat bahu Elin. "Ini baru satu tahun. Gue gak pernah siap akan hal ini, gue gak tahu dengan alasan apa lo di bebasin dan polisi pun malah menutup kasus ini. Sialan!"

"Ya karena gue gak salah!"

"LO SALAH!"

Elin membiarkan Ray dengan sudut pandangannya dari dulu nama Elin sudah tercoreng dan di anggap sebagai penjahat bagi Ray. Ia juga terlalu lelah menjelaskan pada cowok itu yang tidak akan pernah percaya dengan apa yang ia katakan.

"Habis duit berapa untuk nyogok polisi sama hakim?"

Elin memutar bola matanya seraya berdecih. "Nyogok?"

"Lo mau bilang gue nuduh? Gue tahu semuanya. Lo udah bebas semenjak satu tahun yang lalu,"

Elin sedikit tercengang entah dari mana Ray mengetahui tentang kebebasan dirinya. Akan tetapi ia bersikap biasa saja, sungguh tidak enak bukan kalau pertemuan mereka harus berawal dengan adu mulut.

"Hakim yang waktu itu di pengadilan mutusin hukuman lo, dua bulan kemudian dia mati. Kematiannya bersangkutan sama kebebasan lo!"

"Apa hubungannya sama gue? Kematian itu di tangan Tuhan!"

"Tidak ada bedanya. Karena lo sama-sama kematian bagi semua orang!" Ray semakin merapatkan jarak di antara mereka, biarkan Elin melihat kebencian yang ada dalam dirinya yang tidak akan pernah hangus.

"Berapa orang yang harus lo bunuh demi ambisi lo untuk membuktikan kalau lo itu gak salah."

"Gak hanya itu. Bahkan polisi pun sudah menutup kasus kematian Aza, selesai gitu aja sementara pembunuhnya bebas berkeliaran!"

Saat Ray mengetahui kalau Elin di bebaskan, ia sudah puluhan kali melaporkan Elin atas kasus pembunuhannya akan tetapi polisi menolak mentah-mentah laporannya dan mengatakan kalau Elin tidaklah bersalah.

Bukankah ini tidak adil?

"Lo itu kegelapan, lo penderitaan, lo duri yang menyakitkan. Kenapa lo kembali dengan membawa kepedihan yang sama?"

"Harusnya lo pergi. Harusnya kita gak pernah bertemu lagi!"

Gadis itu mencoba untuk sabar sebisa mungkin. "Lo pikir gue sudi ketemu sama manusia bajingan kayak lo. Enggak! Gue kembali hanya untuk membuktikan kalau gue gak salah!"

Elin mengigit bibir bawahnya, sungguh miris kedatangannya tidak di sambut satu orang pun. Bahkan mereka semua lebih senang jika Elin benar-benar tiada, sungguh menyedihkan dirinya di anggap sebagai pelenyap segalanya.

VIRULEN (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang