2

145 35 0
                                    

Tong ... Tong ... Tong ...!

Kentongan dipukul dengan keras oleh Anna. Gadis itu berharap para pekerja yang tertidur lelap di rumahnya bisa terbangun.

Dan, benar saja. Tidak membutuhkan waktu lama untuk membuat para pekerja di Perkebunan Tuan Eickman  bangun dan keluar berkerumun. Diantara mereka ada yang masih berjalan terhuyung karena rasa kantuk. Tapi, ada juga yang siap dengan golok di pinggang.  

"Ada apa, Non?"

"Maling! Ada maling! Dia berlari ke arah kandang kuda!"

Sontak, semua orang berlari ke arah kandang kuda. Diantara mereka ada yang memegang lampu minyak sambil memegang senjata di tangan. Golok, pentungan bahkan cangkul disiapkan untuk menyergap.

Ketika orang-orang berdatangan, hewan-hewan pun ikut merasakan ketegangan. Banyak diantara mereka yang terkaget-kaget dengan kedatangan para pekerja yang membawa lampu petromak. Seekor sapi tiba-tiba melenguh, dan membangunkan tetangganya sesama sapi. Ayam-ayam berkotek karena merasakan riuh-rendah yang terjadi di kandangnya. 

Anna berjalan menyusul para pekerja itu. Gaun tidurnya bergoyang-goyang terhempas angin malam. Gadis itu tidak terlalu memperdulikan dinginnya angin yang menerpa wajah.   Hal yang dipikirkan Anna saat itu hanyalah bagaimana bisa menangkap orang yang telah melukai ayahnya.

"Nona, bagaimana ciri orang itu?"

"Dia berpakaian serba hitam, bertopeng kain hitam."

"Kita menyebar, agar ...."

"Jangan! Dia lihai beladiri. Centeng dan polisi pun lumpuh karena ulahnya."

"Hah, mereka pun kalah berduel?"

Anna menganggukan kepala.

"Dia berbahaya ... kalau begitu."

"Tapi, saya berhasil menembak bahunya."

"Kalau begitu, sepertinya dia belum jauh dari sini."

Anna kembali menganggukan kepala. Gadis itu begitu serius memperhatikan kegelapan, sehingga lawan bicaranya pun tidak diliriknya. Suara-suara hewan ternak cukup mengganggu konsentrasi gadis itu.

"Kita mundur dulu, Paman."

"Mundur?"

"Biarkan dulu hewan-hewan ini tenang. Suara berisik mereka menguntungkan orang itu."

"Oh, saya mengerti."

"Simpan lampu itu di sini, Paman."

Seorang pekerja meletakan lampu petromak yang dibawanya  di dekat tempat pakan sapi. Berharap bisa membantu penglihatan.

Anna dan  pria-pria pekerja perkebunan itu mundur ke arah halaman belakang rumah utama. Semakin jauh mereka mundur, hewan-hewan yang tadinya berisik kini berangsur tenang. Mereka terdiam.

Membutuhkan waktu beberapa menit bagi Anna untuk memperhatikan ada siapa diantara deretan kandang ternak. Apakah orang itu masih ada di sekitar kandang kuda, kandang sapi atau kandang domba?

Kenapa dia tidak muncul-muncul? Mungkinkah dia sudah pergi? Batin Anna memperkirakan.

Anna berjongkok, sebagaimana yang lain pun berjongkok. Salah satu kaki berada di depan, bersiap berlari jika dibutuhkan. Gadis itu memegang senapan dengan kedua tangannya. Jemari tangan kanan bersiap menarik pelatuk.

Waak!

Seekor angsa berteriak kencang. Sontak semua perhatian tertuju pada sumber suara itu.

Itu dia!

Panca dan 3 Gadis TangguhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang