Orang bercaping itu muncul lagi.
Tubuh pria itu basah kuyup. Air bercucuran dari caping yang digunakannya. Matanya masih melihat ke arah Anna dan A Ling yang sedang berdebat.
"Hei, kalian sudah membuatku sangat marah ...," laki-laki itu berjalan menapaki tanah landai di pinggir kanal.
Anna dan A Ling berhenti berdebat. Kedua gadis itu memasang kuda-kuda untuk bersiap menghadang orang di hadapannya.
"Aaaa!"
Laki-laki itu melompat ke arah Anna. Dengan sigap, Anna mengarahkan kaki kanannya ke perut si penerjang. Srrb, kaki gadis itu hampir saja mengenai tubuh si penerjang. Tapi, perkiraan Anna meleset. Laki-laki itu memutarkan tubuhnya di udara.
Tangan kanan si penerjang malah menggapai leher Anna. Dari arah belakang, leher Anna ditarik sehingga dia tercekik.
"Aaahh!"
"Diam! Atau, gadis ini mati di tanganku!"
Leher Anna dicekik dengan tangan kanan sedangkan tangan kiri laki-laki itu mengarahkan pisau ke wajah Anna.
A Ling bermaksud menerjang, tetapi niatnya diurungkan setelah tahu temannya tersandera. A Ling hanya menatap mata Anna dan mata si penyandera secara bergantian.
A Ling tidak bisa berbuat banyak. Begitu juga warga yang kebetulan melihat kejadian itu. Mereka tidak bisa berbuat apa-apa, hanya menyaksikan dari kejauhan.
"A Ling, pergi saja. Ini bukan urusanmu," Anna menyuruh A Ling untuk pergi.
"Anna, apa maksudmu? Kau sedang dalam bahaya pun masih berpikir begitu?"
A Ling memasang kuda-kuda. Gadis itu berpikir keras bagaimana bisa menyelamatkan Anna dari dekapan orang itu. A Ling memperhatikan sekeliling. Di kuda yang sedang merumput, tergantung senapan di pelana.
"A Ling, jangan coba-coba untuk menggunakan senapan itu ... gadis ini bisa kubunuh!"
Suasana sangat tegang ketika sebilah pisau menempel di leher Anna. Tidak ada satupun yang sanggup menghentikan penyanderaan itu. Orang-orang hanya melihat begitu saja tanpa bisa berbuat apa-apa.
"Hei, kau menunggu apa? Bukankah ini yang kau inginkan, membunuhku?" Anna mencoba menguji nyali orang yang menyanderanya.
"Kau menantangku, Nona?"
"Ah, aku hanya menawarkan diri. Bukankah kau ingin menyingkirkanku?"
"Menyingkirkanmu? Buat apa?"
"Bukankah kau membenciku?"
Pria bercaping itu tidak memberi tanggapan pada pertanyaan Anna.
"Hei, ternyata nyalimu kecil ...."
"Ini bukan masalah nyali, Nona. Tapi tugasku bukan untuk membunuhmu."
"Siapa yang menugaskanmu?"
"Kau ingin sekali tahu, Nona? Sayang aku tidak ingin mengatakannya."
Anna mencoba bersikap tenang. Dia terus menggali informasi dari orang yang hampir saja melukainya.
Lagi, Anna menemukan kejanggalan. Orang yang mendekapnya tiba-tiba melepaskan tangannya dan berlari menjauh. Orang itu berlari menyusuri pinggir kanal. Dari sana, terlihat dia melompat ke arah jembatan. Kemudian menghilang.
"Panca ... lagi-lagi dia bisa membuat orang jahat bisa menghentikan aksinya," Anna bergumam pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Panca dan 3 Gadis Tangguh
AksiAnna menatap wajah Ayahnya. Meskipun samar, dia bisa melihat sorot mata pria itu. Ada sesuatu yang dipikirkan orang itu. Tapi, Anna tidak tahu sebelum dia tahu apa yang terjadi. "Apa yang sebenarnya terjadi?" "Nanti kita bicara, kejar dia Anna. Beri...