5

110 29 0
                                    

Sebutir peluru melesat membelah malam. Peluru itu terus melesat hingga jauh. Tidak memiliki tempat untuk mendaratkan tubuhnya. Hingga, dia pun terjatuh diantara semak-semak di pinggir hutan.

Bidikan Anna meleset, dia salah memperhitungkan ke arah mana sosok serba hitam itu akan mengelak. Gadis berambut pirang itu sangat gusar karena melihat orang yang ditembaknya kini pergi. Dia berlari sangat kencang ke arah kebun teh yang gelap.

Semua orang berusaha mengejarnya, tapi mereka pun tidak tahu harus mengejar ke arah mana. Perkebunan teh milik Tuan Eickman begitu luas.  Ditambah, gelapnya malam begitu pekat.

"Bangsat! Dia kabur ke mana?"

"Mungkin dia bersembunyi di tengah perkebunan."

"Petugas penjaga menara ke mana? Kenapa dia tidak menyalakan lampu sorot?"

"Dia pingsan."

"Ahh, dibayar mahal buat menjaga keamanan malah pingsan."

"Ah, kau juga bakal begitu jika berkelahi dengan pencuri itu."

"Ya, tapi aku tidak dibayar untuk berkelahi ...."

Dua orang pekerja terus menggerutu karena 2 alasan. Alasan pertama, karena tidak berhasil mengejar pencuri yang menyatroni rumah majikannya. Alasan kedua, karena para orang-orang yang bertugas menjaga keamanan tidak sanggup menjalankan tugasnya.

"Kenapa pula langit begitu gelap?"

"Lha, kan ini malam hari."

"Bukan, maksudku ... ini pertengahan bulan ... seharusnya bulan purnama menyinari ...."

"O iya ya, kenapa langit tertutup mendung."

Memang benar, malam begitu pekat. Anna dan para pekerja perkebunan itu tidak bisa mengikuti gerak langkah si terduga pencuri. Sosok serba hitam itu semakin tidak terlihat sama sekali setelah pekatnya malam dan rimbunnya hamparan pohon teh memudahkan orang itu untuk berlari serta bersembunyi.

Anna hanya berdiri sambil memegang senapan di tangannya yang menjuntai. Gadis itu kelelahan sekaligus mulai kehilangan harapan.

"Bagaimana, ada yang menemukan dia?" Anna berteriak dari ujung jalan setapak menuju perkebunan.

"Tidak ada, Nona. Nihil."

"Ahhh, ke mana dia?"

"Di sini terlalu gelap."

Gelap? Dalam hatinya dia mempertanyakan penyebab kenapa terduga pencuri itu begitu mudah melarikan diri. Ternyata tempat yang gelap menguntungkan orang itu.

Oh, aku tahu! Terbersit dalam pikirannya gagasan untuk melakukan sesuatu. Anna pun berlari ke arah ujung bukit. Gadis itu mengangkat gaun tidurnya hingga ke lutut.  Dia berlari cepat ke menuju menara yang ada di sisi timur pekarangan rumah keluarganya yang luas.

Menara itu terletak di belakang deretan rumah pekerja. Bangunan itu baru saja selesai dibuat sekitar sebulan yang lalu. Dimana, sebelumnya tidak ada menara di perkebunan Tuan Eickman. Setelah begitu banyak kejadian yang mengganggu keamanan, Tuan Eickman berinisiatif untuk membangun menara yang berfungsi sebagai tempat menyorotkan lampu berukuran besar.

Anna sampai di dasar menara dalam waktu singkat. Pintunya terbuka, tidak terkunci sebagaimana biasanya. Gadis remaja itu masuk ke dalam bangunan tinggi berbentuk tabung itu kemudian melangkah menaiki tangga melingkar. Gelap, tidak ada satu pun lampu yang menyala.

Membutuhkan waktu dan tenaga ekstra untuk bisa sampai di puncak menara. Anna menghela nafas panjang sekaligus menahan nafas setelah tahu penjaga menara tergeletak di bawah lampu sorot yang seharusnya dinyalakan.

Anna berusaha kembali menyalakan lampu itu. Lampu minyak sebagaimana yang biasa digunakan di rumah, hanya saja ukurannya jauh lebih besar. Perbedaannya, cahaya lampu itu akan dipantulkan oleh cermin cekung berdiameter sekitar 1 meter. Ukurannya hampir sama dengan tempah yang biasa digunakan untuk menempah beras.

Slrrr .. cahaya lampu itu bisa berfungsi kembali. Anna mengarahkannya ke hamparan kebun teh yang luas. Jika dilihat dari kejauhan, sorot cahayanya seperti sebatang bambu  berukuran raksasa.

Lampu itu disorotkan ke arah timur kemudian bergerak secara perlahan ke sisi barat perkebunan. Hingga, lampu itu menyorot ujung perkebunan yang berbatasan dengan jalan desa.

"Dia berkuda ke arah utara!" seorang pekerja berteriak meminta perhatian rekannya.

Sialan, dia kabur!

Panca dan 3 Gadis TangguhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang