Anna menatap tajam laki-laki gempal di depannya. Orang yang ditatap tidak bisa menatap lebih tajam, matanya berkedip-kedip seperti orang yang mengantuk.
"Anda mabuk, Tuan. Saya harap Anda bisa mengendalikan diri," Panca mencoba melerai Anna.
"Ah, kau bocah tengik. Terlalu banyak omong!"
Anna sudah tidak kuat menahan bau yang keluar dari mulut laki-laki di hadapannya. Gadis itu mendorong si gempal dengan moncong senapan. Laki-laki itu pun terdorong mundur ke belakang beberapa langkah. Dia limpung.
"Hahahahaha!"
Pengunjung yang menyaksikan kejadian itu tertawa terbahak-bahak. Bagi, mereka ini seakan sebuah hiburan. Lagipula apa yang dilihatnya adalah kejadian langka, seorang gadis Eropa berkunjung ke rumah makan orang Cina, malam-malam pula.
Si gempal merasa tersinggung oleh sikap Anna. Dia berjalan dengan langkah tegap sembari mengarahkan tangannya ke wajah gadis itu.
Sontak, Anna pun mengayunkan pangkal senapan ke wajah orang itu.
"Eittt ...," laki-laki bisa mengelak tetapi gerakannya masih terlalu lamban.
Duk!
Anna memukulkan moncong senapan ke wajah orang itu. Tepat di keningnya.
"Awww!'
Anna kembali bersiap memukul jika laki-laki itu terus mendekat. Dia berdiri dan memasang kuda-kuda.
"Argghhh!" laki-laki gempal itu murka. Dia melompat sambil mengepalkan tangan. Wushhh! Tangan kanannya mengarah ke pipi Anna.
Gadis itu sigap menendang bangku dengan kaki kirinya. Bangku pun bergeser dan menghantam kaki kanan si gempal. Duk! Ujung bangku menghantam lutut laki-laki itu. Dia limpung.
Dalam keadaan tanpa kendali, laki-laki itu tidak sadar jika Anna sudah melayangkan pangkal senapan ke lehernya. Dreek! Suara keras terdengar ketika lehernya terkena hantaman senapan. Tubuh si gempal terhuyung ke depan dan ini menjadi kesempatan bagi Anna untuk menyelesaikan perkelahian itu.
"Iyaaa!"
Kaki kiri gadis itu menerjang ulu hati si gempal. Pyungg! Si gempal pun terjungkal. Dan, drukkk! Tubuh pria itu menghantam meja.
Sialnya, meja menjadi berantakan. Makanan yang tersaji berjatuhan ke lantai. Gelas minuman tumpah. Suasana rumah makan seketika berubah menjadi arena perkelahian antara sekelompok pria Cina dengan seorang gadis Eropa.
"Hei, kau sudah keterlaluan!"
Anna tidak menyangka jika tendangannya berakibat fatal. Si gempal tidak sadarkan diri. Dia pingsan. Tubuhnya tergeletak di lantai, berdampingan dengan meja yang tidak lagi pada posisinya semula.
Sialan, teman-temannya marah.
Jantung Anna berdegup semakin kencang. Jika awalnya dia marah karena merasa dilecehkan, sekarang ketakutan mulai menggerayangi dirinya. Ada 7 laki-laki berpakaian cheongsan berdiri dengan tatapan mata begitu tajam. Kulit mereka yang kemerahan akibat terbakar matahari, kini semakin memerah karena amarah.
Bagi Anna, bertemu orang Cina memang bukan pertama kali. Tetapi mengenai karakter orang Cina, Anna tidak tahu sama sekali. Apalagi orang yang dihadapi adalah kuli-kuli pelabuhan atau pelaut yang terbiasa berhadapan dengan deburan ombak. Mereka bukan pria perkebunan yang cenderung tenang karena tidak sering diterpa angin kencang. Mereka garang ataukah mereka pengampun ... pada seorang gadis Eropa.
"Tuan ... Tuan sekalian, saya minta maaf. Sekali lagi saya minta maaf. Saya mewakili teman saya ... saya minta maaf." Panca berdiri diantara Anna dan komplotan pelaut itu.
"Tidak semudah itu, Nak."
"Saya akan ganti rugi semuanya. Termasuk makanan dan minuman yang telah dipesan. Saya akan menggantinya."
Ketika Panca memohon-mohon untuk meminta maaf, Anna masih saja mengarahkan moncong senapan kepada para lelaki Cina itu.
"Nona Anna, sudahlah. Kita anggap selesai semua ini."
"Tapi, Panca ...." Anna bersikukuh.
Panca mengedipkan mata sembari memegang moncong senapan. Tangan kanannya menurunkan moncong senapan agar tidak mengarah pada bidikan.
"Kau tahu, ini bukan masalah yang bisa diselesaikan begitu saja."
"Saya tahu, Tuan. Sekali lagi saya minta maaf."
Cling! Suara pedang keluar dari sarungnya. Panca kaget ketika salah satu diantara mereka malah terlihat semakin marah.
"Baiklah, Tuan. Bagaimana kalau masalah ini kita selesaikan di hadapan Ketua Serikat Orang Cina?"
Komplotan itu saling lirik.
Salah seorang pengunjung berjalan menghampiri komplotan pelaut itu. Dia membisikan sesuatu ke telinga orang yang terlihat dituakan. Mungkin sekali dia adalah seorang kapten kapal atau ketua perkumpulan mereka.
Orang yang dibisiki telinganya langsung melotot. Sepertinya dia kaget.
"Baiklah, kami pergi."
Anna heran dengan mereka yang langsung reda amarahnya ketika mendengar nama seseorang disebutkan. Panca, apa hubunganmu dengan orang itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Panca dan 3 Gadis Tangguh
AksiAnna menatap wajah Ayahnya. Meskipun samar, dia bisa melihat sorot mata pria itu. Ada sesuatu yang dipikirkan orang itu. Tapi, Anna tidak tahu sebelum dia tahu apa yang terjadi. "Apa yang sebenarnya terjadi?" "Nanti kita bicara, kejar dia Anna. Beri...