Hewan-hewan ternak di kandang kembali riuh. Mereka merasa terganggu ketika manusia-manusia mengganggu istirahatnya. Apalagi, di depan mereka tersaji pertarungan sekelompok manusia melawan sesosok yang tak dikenali.
Hewan-hewan itu seakan bisa merasakan bagaimana ketegangan yang terjadi. Aura ketegangan menjalar hingga anak domba yang baru lahir pun ikut mengembik. Ayam-ayam yang tadinya mulai tenang, kini kembali berkotek.
Tidak jauh dari deretan kandang ternak, para pekerja perkebunan Tuan Eickman sedang menghadang seseorang yang dicurigai sebagai pencuri. Orang itu memakai topeng kain hitam serta berpakaian serba hitam. Dia berdiri tenang, tidak nampak gugup meskipun dirinya sudah terkepung. Atau, mungkin saja di balik topengnya orang itu memasang wajah gugup, hanya saja tidak terlihat.
Anna pun tidak melihat tanda-tanda orang itu akan menyerah. Sepertinya dia menantang berduel dengan orang-orang yang mengepungnya. Dari jarak sekitar sepuluh langkah, Anna membidik orang yang berdiri di lingkaran pengepungnya. Gadis remaja itu berharap ada celah untuk bisa menembak dan sebutir peluru bisa menembus tubuhnya.
Terbersit dalam pikiran Anna, sesuatu yang mengherankan. Dia tidak mencuri apa-apa. Atau, dia datang hanya untuk melukai ayah.
Orang itu hanya berdiri bertumpukan kakinya yang telanjang. Dia tidak terlihat mengeluarkan senjata dari balik bajunya. Dan, dia pun tidak terlihat membawa barang curian, sebagaimana awalnya Anna mengira dia seorang pencuri.
"Hei, menyerahlah!"
Orang yang terkepung itu tidak menjawab. Dia terus berdiri terpaku.
"Kau sudah terkepung, maka menyerahlah!"
Sosok serba hitam itu tidak bergeming. Dia tetap berdiri mematung. Tidak ada tanda-tanda jika ia akan memulai menyerang.
Diantara mereka yang bersiap meringkus sosok hitam itu, ternyata ada seorang pekerja yang memberanikan diri untuk menyerang terlebih dahulu. Kaki kanan lelaki itu mulai melangkah dan ... dia menyabetkan goloknya ke arah wajah si sosok berbaju hitam.
"Hiaaa!"
Orang yang menjadi sasaran ternyata lincah dalam menghindari serangan. Kaki kanannya bergeser ke kanan. Sedangkan kaki kirinya menendang ulu hati si penyerang.
"Ouu!"
Si penyerang terhuyung ke arah depan, goloknya terjatuh. Sosok hitam di hadapannya merangkul tubuh si penyerang.
Sosok hitam itu memandang ke arah Anna. Mereka berdua saling pandang. Dua bola mata di balik topeng itu terlihat bercahaya. Pantulan cahaya lampu mengenai matanya.
Pintar, dia menjadikan penyerangnya sebagai tawanan.
Anna mengarahkan bidikan ke arah sosok hitam itu. Tapi dia segera menjadikan tubuh yang dirangkulnya sebagai tameng. Tangan kiri orang itu dikalungkan ke leher orang yang setengah sadar di pelukannya.
Tangan kanannya, memegang benda yang sebelumnya digantungkan di pundak. Anna memperhatikan sesuatu yang tidak biasa dipegang oleh orang itu. Itu bukan senjata tajam. Ah, ternyata sebilah bambu. Bambu berukuran kurang dari 1 meter dengan diikat tali di kedua ujungnya.
Anna bertanya-tanya dalam hatinya, buat apa dia membawa sebilah bambu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Panca dan 3 Gadis Tangguh
ActionAnna menatap wajah Ayahnya. Meskipun samar, dia bisa melihat sorot mata pria itu. Ada sesuatu yang dipikirkan orang itu. Tapi, Anna tidak tahu sebelum dia tahu apa yang terjadi. "Apa yang sebenarnya terjadi?" "Nanti kita bicara, kejar dia Anna. Beri...