Anna kembali datang ke rumah Tuan Van De Meer. Didapatinya suasana rumah menjadi ramai.
"Hei Nona, ternyata kau sudah kembali," seorang polisi menyambut Anna yang tiba dengan berkuda.
Anna hanya tersenyum pada mereka yang sedang berkumpul di pekarangan. Setelah menambatkan kuda di pinggir jalan, gadis itu berjalan menyusuri kerumunan. Dia masuk ke ruang tamu dengan langkah perlahan.
"Oh, sayang ... kau sudah kembali. Syukurlah kau baik-baik saja. Kami mengkhawatirkanmu," Nyonya Van De Meer berdiri menyambut Anna ketika sebelumnya dia duduk di kursi ruang tamu.
"Saya baik-baik saja, Nyonya. Pencuri itu pergi."
"Hei, kau tidak perlu mengejar dia. Keselamatanmu yang utama."
Anna menganggukan kepala sambil sama-sama memeluk tubuh si nyonya rumah. Mata Anna kemudian teralihkan pada Tuan Van De Meer yang nampak menggebu-gebu menceritakan kejadian penyanderaan yang terjadi di rumah itu beberapa saat yang lalu. Setelah melepaskan pelukan, Anna berjalan perlahan ke arah seorang polisi yang sedang memperhatikan si tuan rumah berbicara.
"Tuan Polisi, apakah Anda tahu kira-kira siapa orang yang telah berani menyatroni rumah ini?"
"Belum tahu, Nona. Kami akan segera melakukan penyelidikan."
"Mungkinkah dia orang yang sama dengan orang yang mencuri di perkebunan keluarga saya?"
"Entahlah, kita lihat saja nanti."
"Dia sama-sama mencuri ...," Anna tidak meneruskan kalimatnya. Lagi-lagi dia sulit menaruh kepercayaan pada sembarang orang. Polisi yang ada di hadapannya adalah seorang pribumi, karena itulah dia sulit menaruh kepercayaan pada petugas negara itu.
Anna kemudian berjalan gontai ke arah meja makan. Pembantu rumah tangga yang nampak sibuk menyediakan jamuan menunjuk makanan dan minuman yang tersedia di atas meja makan. Dia mempersilakan Anna untuk menikmati hidangan itu. Gadis itu menganggukan kepala sambil tersenyum tipis.
Setelah cukup lama menunggu, tiba giliran Anna untuk dimintai keterangan. Seorang polisi memintanya untuk bercerita bagaimana kejadian percobaan pencurian dan penyanderaan yang telah terjadi di rumah Van De Meer.
Anna bercerita apa adanya sesuai dengan apa yang dia lihat dan apa yang dia dengar. Mulai dari suara berisik yang terdengar dari ruang makan hingga kejadian pengejaran yang tidak membuahkan hasil.
Setelah polisi mengumpulkan keterangan, mereka pulang dengan beriringan. Hari masih gelap, tetangga pun nampaknya masih tertidur lelap. Tidak ada yang keluar rumah dan memperhatikan apa yang tengah terjadi. Suasana kembali sepi, seperti sediakala.
Anna pun masuk ke dalam kamar, meletakan senapan di sudut ruangan. Begitu juga tas selempang kulit lembu yang memuat cukup banyak peluru.
Tangan Anna menyentuh jendela yang terpasang di dinding. Entah apa yang mendorong hatinya untuk membuka jendela kemudian menyaksikan suasana dini hari yang sepi. Jendela model jelusi itu terbuat dari kayu dan dipasang saling berhadapan, kiri dan kanan. Cukup berat untuk dibuka, tetapi suasana yang didapatinya begitu menyejukkan pikiran.
Anna memandang rembulan yang bersinar di langit. Bulatannya nyaris sempurna.
Cukup lama gadis itu mendongakkan wajahnya ke langit. Dia menikmati pemandangan yang masuk ke bola matanya. Begitu juga suara katak dan serangga malam yang masuk ke telinganya.
"Hei, ternyata kau belum tidur."
"Oh, Nyonya. Saya sedang menikmati rembulan purnama."
"Langit nampaknya lebih cerah dibandingkan tadi siang."
"Saya suka menyaksikan bulan purnama bersama anak-anak di perkebunan. Mereka sering bersenandung, dengan bahasa Sunda yang tidak saya mengerti. Tapi, saya sangat menikmatinya."
"Kini kau menikmati purnama di sini. Tanpa kehadiran mereka."
Anna menganggukan kepala sambil tersenyum hangat, "sepertinya saya merindukan mereka."
"Mungkinkah mereka pun melihat rembulan yang sama?"
"Mungkin saja, karena mereka sulit tidur jika sudah bermain-main di malam bulan purnama."
"Anna, bagaimana ... apakah kau masih akan tetap di Batavia untuk beberapa hari atau kau akan pulang. Bila kau ingin pulang, sebaiknya kau menceritakannya pada kami. Biar kami mengantarmu pulang."
"Sebenarnya saya ingin segera pulang. Biarlah Tuan Van De Meer menyelesaikan urusannya. Tapi, Panca mengajak saya berkeliling Batavia."
"Besok pagi?"
"Ya, dia ingin menunjukan sesuatu pada saya, sebelum saya pulang ke perkebunan."
"Menunjukan apa?"
"Entahlah, anak itu tidak mengatakannya pada saya."
"Kalau begitu, kau harus segera tidur. Beristirahatlah. Bisa jadi besok adalah hari yang panjang buat kalian."
Anna tersenyum sambil terus menatap Nyonya Van De Meer yang meninggalkan kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Panca dan 3 Gadis Tangguh
AcciónAnna menatap wajah Ayahnya. Meskipun samar, dia bisa melihat sorot mata pria itu. Ada sesuatu yang dipikirkan orang itu. Tapi, Anna tidak tahu sebelum dia tahu apa yang terjadi. "Apa yang sebenarnya terjadi?" "Nanti kita bicara, kejar dia Anna. Beri...