"Som, liat Laksa ngga?" Sang empunya menoleh ketika menyadari jika bahunya ditepuk pelan dari belakang.
"Lah, gue ga liat Mir, Kenapa emangnya?" Tanya Somia.
"Katanya dia nunggu di sini kalo gue udah beres rapat, tapi gue cari cari gada." Mira berdecak kesal.
"Telpon coba," Saran Somia yang membuat Mira mematikan layar ponselnya.
"Gue udah telpon dari tadi tapi ga diangkat angkat, terus gue chat juga ceklis satu dari kemaren." Jelasnya kesal.
"Som—" keduanya menoleh kearah sebias suara dan mendapat Haikal yang sudah stay di motornya dengan helm yang terpasang di kepalanya.
"Lo samperin aja kerumahnya, gue duluan ya Mir," Somia menepuk pundak Mira lalu menaiki motor Haikal.
Tak selang beberapa lama, ada sebuah sepeda motor yang berhenti tepat di depan Lumira.
"Mir?"
"Loh Juan?"
Juan terkekeh, "Kenapa jam segini masih ada di kampus? Belum balik Lo?" Tanya Juan.
Mira menggeleng, "Katanya Laksa mau jemput gue, tapi gue gatau dia nunggu dimana."
Juan sedikit berpikir, "Lo udah coba telfon dia? Atau chat dia gitu. Udah?"
Mira menghela nafas, "Chat gue yang kemarin aja belum dibaca sama Laksa."
"Yaudah, kalo Lo balik bareng gue aja gimana? Udah malem nih, gue takut Lo kenapa Napa." Tawar Juan yang membuat Mira sedikit kaget.
"Gapapa emang? Kalo mama Lo liat gimana? Nanti Lo di marahin lagi,"
"Santai aja kali, gue kan cuma ngajak Lo pulang bareng, bukan ngajak balikan. Lagian mama ga bakal marah."
"Tapi—"
Mira yang baru saja mau naik ke motor Juan pun tak jadi.
"Kenapa?"
"Laksa ga bakal marah kan kalo Lo dianter sama gue?"
Mira sedikit berpikir.
"Ga bakal kali, lagian ini juga salah dia sendiri. Harusnya kan dia yang jemput gue." Mira duduk di jok belakang motor Juan.
"Mir—"
"Hmm?"
"Udah lama juga kita ga boncengan gini ya, jujur gue ngerasa kangen." Mira hanya mematung tak menjawab ucapan Juan seolah olah dirinya tak mendengar itu semua.
Drt...
Juan menghentikan motornya saat lampu lalu lintas berubah menjadi merah. Sedangkan Mira fokus mengambil ponsel di tasnya.
Mira menatap kesal pada ponselnya yang menampakan nama Laksa disana. Dengan cepat ia menggeser tombol hijau di layar ponselnya.
"Kebiasaan ya, Lo kemana sih? Gue cari cari sampe muter muter kampus ga nongol nongol." Laksa tertawa saat Omelan Mira langsung terdengar dari balik sambungan telepon.
"Udah ngomelnya?"
Mira mendengus. "Ngomelnya udah, tapi sebelnya belum ilang ya! Lo kemana aja sih? Chat gue kemarin aja Lo ga baca. Selingkuh ya Lo?"
"Itu your lambe minta di cipok apa gimana ye? Sembarang lu kalo ngomong. Gue sibuk tau!"
"Sibuk kemana? Lo ga kuliah tadi!"
"Ih ka—"
"Gue datang ke kelas Lo, dan gue nanyain ke sekretaris. Shania bilang kalo mahasiswa bernama Laksana Sastranagara ga masuk kuliah! Alias mabal!" Cerocos Mira.
"Sialan si Shania. Gue mabal aja kagak, di fitnah tuh gue!" Cerocos Laksa tak terima.
"Jadi seharian ini Lo kemana? Terus kenapa chat gue ga Lo bales dari kemaren? Gue butuh penjelasan ya Sa."
"Gue sibuk, Lumira sayang pacarnya Laksa. Udah deh gausah banyak bacot, Lo masih di kampus kan? Gue jemput nih."
"Telat!"
"LOH LOH! KOK TELAT? LO UDAH BALIK? LO UDAH NYAMPE RUMAH? LO PULANG SAMA SIAPA? KOK LO GA BILANG GUE DUL—"
"Siapa yang nelpon Mir?"
Laksa langsung berhenti berbicara saat mendengar suara Juan di dekat Mira.
"Laksa yang nelpon, eh itu lampunya udah ijo. Kebiasaan Lo mah." Mira tertawa saat Juan malah diam saja saat lampu lalu lintas sudah berubah menjadi hijau.
Laksa tak seheboh tadi, ia mendadak diam. Semua pertanyaannya sudah terjawab.
"Eh iya, gue pulang sama Ju—"
Mira langsung menatap ponselnya. Laksa mematikan sambungan teleponnya?
"Loh loh kok dimatiin?"
Haikal
Nape lu Chan ಥ‿ಥ
Somia