"Makan dulu, beberapa suap aja biar ga terlalu lemes."
Laksa mendekatkan sendok berisi bubur itu pada mulut Mira. Mira menolak pelan itu,
"Gue ga suka bubur,"
Laksa menghela nafas.
"Sekali ini aja Mir, kalau ga makan bubur juga harus makan apa? Kan kata dokter ga boleh makan makanan yang lain dulu,"
"Bubur ga ada rasanya, Laksa."
"Ada tau, nih ya gue cobain," Laksa melahap satu sendok bubur. "Tuh, buburnya lumayan enak."
"Yaudah, tapi sama gue aja. Lo balik ngerjain tugas aja,"
Laksa menggeleng.
"Gue suapin, kalo sama Lo sendiri nanti Lo makannya cuma sedikit."
"Ngga Laksa, gue bakal makan banyak kok. Lo kerjain tugas Lo aja, nanti tugas Lo ga selesai lagi."
"Biarin aja, udah sama gue aja suapin." Mira melahap bubur itu sambil cemberut. Laksa memang keras kepala.
"Harusnya Lo ga usah maksain buat rawat gue, Lo kan lagi banyak tugas."
"Kesehatan Lo lebih penting dari tugas tugas gue, tugas bisa gue kejar." Laksa menyuapkan satu suap bubur lagi pada Mira.
"Gue jadi ngerepotin Lo, Lo kan pasti capek. Harus kerja, harus kerjain tugas juga, masa Lo harus urusin gue juga? Padahal gue kan bisa urus diri gue sendiri. Gue jadi ga enak,"
"Lo ga ngerepotin gue, lagian kan ini kemauan gue juga. Tugas gue sebagai pacar Lo ya ngerawat Lo, kalau Lo sakit ya bakal gue rawat ngga bakal gue biarin. Gue bakal rawat Lo sampe sembuh."
"Sepeduli itu? Apa Lo ga marah Sa sama gue karena waktu itu gue ga bisa rawat Lo waktu sakit?"
"Kapan?"
"Waktu itu kan Lo sakit, tapi gue malah sibuk ngerjain tugas."
"Oh, yaudah yang dulu dulu lupain aja. Gue juga ngga marah kok, kan Lo emang lagi sibuk ngerjain tugas tugas kuliah Lo. Bukan sibuk ga jelas, lagian masa depan Lo lebih penting dari pada gue."
"Tapi itu kan ga adil, Sa. Gue ngerasa ga sempurna buat bisa jadi pacar Lo."
"Manusia kan emang ga ada yang sempurna, gue juga ga bisa sempurna seratus persen buat jadi pacar Lo."
Ting!
"Sebentar, Devan nelpon." Laksa mengangkat telepon dari Devan.
"Apaan?"
"Kok Lo jam segini belum balik? Kita udah mau makan malem nih,"
"Makan aja duluan, Gue lagi di rumah sakit. kasian Mira ga ada yang jagain."
"Tapi Lo kan belum makan dari siang Laksa, pulang aja sebentar buat makan."
"Tapi Van, kalo gue balik Mira ga ada yang jagain. Lagian gue bisa beli makan disini,"
"Beli makan dari mana duitnya? Kan duit Lo tadi di pinjem gue." Itu Hendi yang berbicara.
Laksa dan Mira langsung saling tatap.
"Anj—gue udah makan. Kalian makan aja," Laksa membuang pandangannya saat Mira terus menatapnya.
"Jangan bohong Laksa, Lo rawat Mira biar sembuh tapi Lo malah ga rawat diri Lo sendiri." Devan masih keras kepala.
"Gue udah makan,"
"EH LAK—"
Laksa mematikan teleponnya lalu kembali mengambil mangkuk bubur.