Laksa melirik Teon yang sibuk melihat jalan dari balik jendela mobil.
"Ngapain kita berhenti disini?" Teon yang mendengar pertanyaan dari Laksa pun menolehkan kepalanya.
"Apa Lo gak mau pamit sama Mira sebentar aja?" Tanya Qian yang duduk di kursi kemudi.
Laksa menghela nafasnya.
"Mira kan belum siuman, kalaupun dia udah siuman kayaknya dia bakal lupa sama gue." Tutur Laksa agak sedih.
"Belum tentu dia lupa sama Lo, lagian dokter bilang itu kan masih kemungkinan. Udah cepet temuin dia, pamit sama dia. Gue tunggu di mobil." Sahut Devan yang diangguki oleh Yasa dan Wira.
"Udah gak usah sedih gitu, cepetan sana temuin ayang Lo." Usir Hendy yang membuat Laksa membuka pintu mobil.
"Mau gue anter?" Tawar Teon yang dibalas anggukan kecil oleh Laksa.
Laksa berhenti melangkah saat ia sudah benar benar berada di depan ruangan Mira. Disana Mira masih belum siuman, bahkan hanya ada Jasson dan El disana.
"Lo aja yang masuk, gue tunggu diluar." Jelas Teon sambil menyenggol lengan Laksa, memberi instruksi agar temannya itu segera masuk kedalam ruangan.
"Cepet Laksa,"
Dengan lemas Laksa masuk kedalam ruangan, kedatangannya disambut girang oleh El.
"Om Acaaa!!!!" El berlari sembari memeluk kedua lutut Laksa. Merasa gemas Laksa dengan cepat menggendong El ke pangkuannya.
"Om Aca mawu Kemana? Kok rapih baneut??" Tanya El dengan mata berbinar.
Sedangkan Laksa dan Jasson hanya berkontak mata dalam beberapa detik sebelum menjawab pertanyaan El.
"Om mau pergi,"
Wajah El berubah menjadi sedih.
"Om mawu pelgi kemana? Om mawu tindalin kak miya cama El?"
"Om nggak tinggalin kalian, om pergi cuma sebentar kok. Cuma satu hari beneran," Bohong Laksa pada El dengan wajah meyakinkan.
"Om mawu pelgi kemana? El ikwut boyeh ya??" Pinta El dengan berbinar.
"Loh anak kecil gak boleh ikut! El disini aja ya jagain kak Mira."
"Kawo El kangeun?" Tanya El sambil memainkan wajah Laksa dengan gemas.
"Masa sih El bakal kangen sama om? Kerjaan El sama om kan berantem terus." Laksa mencubit hidung El gemas.
El hanya merengek.
"Seliyus ommmm!!"
Laksa terkekeh kecil.
"Kalo El kangen, El tinggal telepon om aja. Sekalian kalo telepon om ajakin kak Mira juga ya!!"
El mengangguk semangat.
"Tapi om—"
"Kenapa lagi?"
"Kawo El mawu esklim gimanahh?"
Laksa lagi lagi tertawa kecil.
"Kalo El mau ice cream, minta aja sama om Cocon. Nanti uang Om Cocon, om Aca ganti."
"Tuh dengel ya om! Om Cocon Ndak boyeh pelit sama El!!"
Jasson hanya memasang wajah malasnya.
"Iya iya nanti gue beliin," El tersenyum lalu turun dari pangkuan Laksa.
"Loh El mau kemana?"
"El mawu pipis bentall!!" Ucap El sembari menahan kencing.
"Dianter om Teon gak apa apa ya? Om Teon ada diluar tuh, samperin aja." El mengangguk lalu berlari keluar ruangan.
Laksa duduk disebelah bangsal Mira, Jasson dan Laksa sama sama diam. Bahkan Jasson lebih memilih sibuk memainkan ponselnya dibanding harus berbicara dengan Laksa, jujur Jasson masih agak kesal pada pria jangkung didepannya itu.
"Apa ada kabar lagi dari dokter soal kondisinya Mira?" Jasson berhenti melakukan aktivitas nya.
"Dokter cuma bilang, keadaan Mira udah agak membaik. Beberapa jam ke depan juga Mira pasti siuman."
Laksa hanya menatap Mira yang terbaring dan sesekali mengusap pergelangan tangannya lembut.
"Selama gue pergi ke Belanda, gue cuma mau minta tolong jagain Mira ya selama gue nggak ada." Ucap Laksa sambil menatap nanar wajah pucat Mira.
"Jangan sampe ini ke ulang lagi buat kedua kalinya,"
Jasson menatap Laksa yang mengecup tulus pergelangan tangan Mira.
"Gue sayang sama dia,"
Jasson masih tak menjawab, sedangkan Laksa kini membenarkan rambut Mira yang sedikit teracak. Laksa menyelipkan rambut panjang itu tepat di belakang telinga Mira.
"Mir baik baik ya disini," Ucap Laksa dengan pilu.
"Kalaupun nanti pas siuman Lo amnesia, gue harap Lo nggak lupa sama gue Mir."
"Maaf ya kalau gue brengsek, dan gue gak sempurna buat Lo." Pada mengusap ubun ubun kepala Mira lembut.
"Lo sembuh ya, nanti kalau kita udah sama sama sembuh. Gue mau ajak Lo pergi ke konsernya kak Fiersa." Bisik Laksa di telinga Mira.
"Gue bakal selalu doain Lo yang terbaik, semoga Lo juga sebaliknya ya Mir." Laksa tersenyum perih sembari menyingkirkan poni yang sempat menghalangi kening Mira.
"Gue pamit ya Mir,"
Laksa mengecup kening Mira cukup lama, amarah Jasson pada Laksa pun seketika padam saat melihat ketulusan hati Laksa secara langsung.
Bahkan tak sengaja Teon juga melihat hal itu, hatinya sedikit perih namun bibirnya tetap melengkungkan sebuah senyuman kecil.
"Thanks Laksa, karena Lo udah mau tulus sama cewe yang paling gue sayang."
"Om Ndak ikut macuk?" Teon langsung menggeleng cepat pada El.
"Om tunggu diluar aja ya,"
"Oke, El macuk duwu ya om. Makacih kalena udah antel El ke toyiyet." Teon tersenyum lalu saat El sudah benar benar masuk ke dalam ruangan.
Teon duduk di dikursi ruang tunggu, ia mencoba menahan air matanya namun tetap tidak bisa.
"Tuhan, Teon boleh minta sesuatu ngga?" di sela sela ucapannya Teon menghapus air matanya.
"Tolong hapus perasaan Teon ke Mira, tuhan."
"Karena Mira milik Laksa tuhan, bukan milik Teon."