Eline hanya menatap lembaran foto yang berada dalam genggaman kedua tangannya. Perlahan jari jemarinya mengusap wajah laki laki yang berada dalam lembar foto kusam tersebut.
Matanya perlahan dipenuhi oleh genangan air mata. Ingatan sembilan tahun yang lalu semakin kuat dalam pikirannya.
Rasa rindu itu kini semakin bangkit, hati yang hampir sembilan tahun mati rasa pun kini ikut bangkit, kembali merangkai rasa yang dulu pernah mati menjadi hidup kembali.
"Eline, dokter panggil kamu!!"
Eline melihat pada perempuan berambut pirang sebahu yang berdiri di awang pintu ruangan.
"Ada apa emangnya? Bukannya ini jam istirahat?"
Perempuan berambut pirang sebahu itu mengedikan bahunya. "Aku juga gak tau, coba kamu samperin dulu dokter Alderts nya. Sorry nih aku buru buru," ucap Anne sambil menutup pintu ruangan kembali.
Eline mengangguk lalu beranjak dari posisinya dan segera keluar, tanpa disadari oleh dirinya sendiri foto dirinya dengan Laksa sembilan tahun yang lalu itu masih berada di genggamannya.
Bhukk
"Ah sorry sorry—" Eline gelagapan saat ia menyadari jika seseorang yang menabraknya tadi adalah Teon.
Teon yang hendak mengambil lembar foto itu pun langsung terdiam saat mengenali wajah orang yang berada dalam foto tersebut.
Teon meraihnya, lalu menatap lembar foto dan wajah Eline secara bergantian.
"Kok Lo bisa foto bareng sama Laksa?" Heran Teon yang membuat Eline merebut foto tersebut dari tangan Teon dengan agak memaksa.
"Ini bukan Laksa, ini temen aku yang kebetulan mirip dia." Eline agak gugup.
Teon menautkan kedua alis.
"Kalo itu bukan Laksa kenapa Lo gugup?"
Eline gemetaran dan tak tahu harus menjawab apa, belum sempat memberi jawaban pada Teon, Eline malah berlalu meninggalkan Teon dengan tatapannya yang masih tertuju padanya. Tapi Teon tetap menyusul Eline dan menahan gadis itu.
"Apa yang Lo sembunyiin dari gue sama Laksa?" Eline melepaskan cekalan tangan Teon agak kasar.
"Gue dipanggil dokter Alderts, gue buru buru!" Eline masih mencoba menghindari Teon yang terus menatapnya penuh tanya.
Teon melepaskan Eline, dia tak menahan nahannya lagi. Namun ia langsung mengetikan pesan pada gadis itu.
Teon
Jelasin semuanya sama gue
Gue tunggu di taman depanEline yang membaca pesan dari Teon pun hanya menghela nafasnya agak berat. Apakah ini waktu yang tepat untuk orang oang tahu rahasianya selama ini?
Eline langsung menyadarkan dirinya yang hampir saja terbawa arus lamunannya, ia langsung memegang knop pintu dan membuka ruangan dokter Alderts.
"Kenapa dokter memanggil ku?"
"Ini soal Laksa,"
****
"Yes!!!" Teon sangat antusias saat lemparan kaleng sodanya masuk kedalam tempat sampah tanpa meleset sedikit pun.
Teon melirik jam tangan arlojinya, "Si Eline mana sih?" Teon bermonolog sambil celingak celinguk melihat sekitarnya yang tak menunjukkan keberadaan Eline.
"Jadi apa yang mau Lo tau?" Teon sukses menoleh ke arah belakang saat suara yang sudah sangat familiar itu tiba tiba terdengar dari arah belakang.
Eline duduk disebelah Teon.