"Yon boleh atuh ih!" Laksa menarik narik lengan Teon agak memelas sekaligus kesal saat Teon terlihat tidak begitu peduli padanya.
"Gue bilang gak boleh ya ga boleh anjir, lu tuh ya Mau sembuh gak sih?"
"Kenapa sih? Lagian kita kelayapan juga cuma bentar doang, masa iya gak boleh?"
"Liat, ini tuh anginnya dingin banget. Gak bagus buat kesehatan Lo yang lagi lemah gini!" Teon masih keukeuh pada pendiriannya.
"Kenapa Lo ribet banget sih? Mira juga gak seribet Lo tuh kalo dia urusin gue pas lagi sakit!"
"Gue kayak gini karena gue sayang sama Lo Laksa! Lebih baik ribet tapi sayang dari pada segala di izinin tap-"
Laksa dan Teon saling tatap.
"Jadi maksud Lo Mira gak sayang gue? Karena dia selalu abai sama apa yang mau gue lakuin, dan gak seperhatian Lo?"
Teon gelagapan.
"Bukan gitu maksud gue!" Teon greget sendiri.
"Maksud gue, gue gak mau gagal jadi temen yang baik buat Lo! Gue mau Lo sembuh biar bisa ketemu Mira lagi di Indonesia, please kalo Lo mau sembuh turutin semua apa yang gue bilang."
"Please Yon, mumpung gue ada uangnya!!!" Pinta Laksa agak memohon pada Teon yang berjalan di mendahuluinya.
Teon menghela nafas pasrah.
"Yaudah gak lama ya! Lo kan gak boleh kecapean d-" Laksa tersenyum sumringah saat Teon mengizinkan Laksa untuk tidak pulang ke rumah.
"Oke!"
Teon menahan tangan Laksa yang hendak pergi meninggalkannya.
"Kenapa lagi sih?"
"Tapi gue ikut! Soalnya kalo gue gak ikut Lo pasti lama kelayapannya!"
Laksa memasang wajah malasnya.
"Yaudah, cepetan!" Laksa langsung menarik lengan Teon dan membawanya masuk ke dalam mall.
"Sebenernya Lo mau beli apaan sih?" Teon menatap Laksa aneh, sekaligus heran.
"Mau beli cincin buat Mira, kemarin gue liat ada cincin yang bagus banget. Pasti Mira suka," Saat sudah tiba di depan toko perhiasan yang di tuju Laksa, laki laki itu langsung masuk kedalam sendirian.
Teon masih diam mematung di depan pintu toko, menatap Laksa yang sangat sumringah untuk memilah cincin untuk kekasihnya itu.
Ada perasaan campur aduk di benaknya, perasaan kecewa karena mungkin Laksa akan segera melamar wanita yang Teon cintai selama ini, dan rasa kecewa karena cepat atau lambat Laksa akan mengetahui fakta sebenarnya jika Mira amnesia dan lupa akan hubungan mereka.
Teon langsung menekan nomor ponsel Jamal, dan pergi menjauh dari daerah toko perhiasan itu.
"Jam-" Teon terduduk di kursi yang berada tak jauh dari toko perhiasan tadi. Ia menelepon Jamal dengan mata yang tak lepas dari Laksa yang tengah memilih cincin di dalam toko sana.
"Apaan? Tumben banget nelfon?" Sahut Jamal dari balik sambungan telepon seluler.
"Mira ada?"
"BAN MAMAL CEPET DWONG EL KAN MAWU EE!!!"
Saat Teon bertanya respon yang terdengar hanyalah suara El yang teriak teriak di sebrang sana.
"Sabar dong El, om Teon lagi telefon Abang nih!" Jamal langsung membantu bocah laki laki itu untuk membukakan celananya.
"EL UDA NDAK TUAT TAWU!!" El langsung berlari ke kamar mandi saat celannya sudah berhasil dilepas oleh Jamal.
"Sorry sorry, tadi adek gue ribet banget cuy. Lo nanya apaan tadi?" Tanya Jamal sambil duduk di sofa rumahnya.
"Mira ada di rumah?" Tanya Teon sambil mengigit bibir bawahnya pelan.
"Tadi gue cek ke kamarnya gak ada sih, kayaknya dia pergi." Jelas Jamal.
"Lo tau dia pergi kemana?"
"Kaga, kenapa emang?"
"Dia pergi sama Juan?" Tanya Teon lagi.
"Tadi gue tanya ke El sih katanya pergi sama dia, tapi gue kaga tau dia pergi kemana." Teon menghela nafasnya agak panjang.
"Kenapa emangnya?"
"Apa Mira bener bener amnesia dan gak inget sama sekali sama hubungan dia sama Laksa?" Pertanyaan itu entah sudah berapa kali Teon lontarkan pada Jamal, tapi Teon tetap berharap jika jawaban Jamal kini berubah dari sebelum sebelumnya.
"Lo kan udah sering nanya itu? Gue kan udah bilang kalo Mira bener bener amnesia dan gak inget sama hubungan Laksa,"
"Kenapa Lo gak coba jelasin sama dia?"
"Gue udah sering kali bilang sama dia kalo pacar dia itu Laksa bukan Juan, tapi gak ada hasil sama sekali Yon! Di paksain juga gak baik buat Mira nya," tutur Jamal.
"Lo tau, sekarang gue lagi anter Laksa beli cincin buat Mira. Gue gak tau lagi harus gimana nyembunyiin fakta itu dari dia, Laksa juga udah mulai aneh banget pas gue larang dia buat telefon Mira. Gue juga udah gak bisa larang dia ini itu lagi, dia curiga sama gue. Apalagi dia liat riwayat chat gue sama Lo soal tolong blokir kontak Laksa di handphone Mira."
"Ya kalau udah gitu gue juga agak tau harus gimana Yon, kayaknya emang seharusnya Laksa tau semua ini. Mungkin itu emang jalan yang baik, lebih baik dia tau kenyataan dari pada dia gak tau dan malah berharap makin tinggi sama Mira. Itu juga gak baik,"
"Soal Laksa bakal terima kenyataan atau nggak, gue gatau pasti. Tapi gue juga yakin kalau Laksa nantinya pasti mulai bisa terima keadaan kalo seandainya dia tau soal keadaan Mira sekarang."
"Gue yakin meskipun dia tau kalo Mira amnesia dan gak inget sama hubungan mereka, gue yakin kalo dia gak bakal tinggalin Mira. Karena gue tau Laksa itu gimana orangnya,"
"Mungkin kalau Laksa yang coba ingetin itu semua, bisa aja Mira jadi inget."
"Yon- Lo lagi nelfon sama siapa sih? Gue liat liat Lo serius amat?" Teon langsung mematikan sambungan teleponnya sepihak tanpa persetujuan dari Jamal.
"Oh tadi Yasa nelfon kalo air wastafel mampet lagi-udah beres beli cincinnya?" Tanya Teon agak kaku.
Laksa tersenyum lebar.
"Udah," jawab Laksa semangat sambil membuka kotak cincin yang tadi ia beli dan menunjukkan nya ke arah Teon.
"Bagus kan?"