"Gue udah tau semuanya, thanks karena Lo masih peduli sama kondisi kesehatan gue." Laksa berterima kasih pada Jamal dengan wajahnya yang terlihat tanpa ekspresi.
Hal itu membuat Jamal agak tidak enak hati pada Laksa, meskipun niatnya hanya untuk membantu meningkatkan kondisi kesehatan Laksa.
"Sorry, tapi gue gak bermaksud buat bikin Lo tambah sakit hati, gue cuma gak mau kondisi kesehatan Lo nge down."
"Gue tau dan gue paham,"
Selepas itu Laksa dan Jamal sama sama bergeming, semuanya jadi terasa datar dan dingin tak seheboh biasanya.
"Apa Lo mau coba ngomong sama Mira?" Jamal menatap wajah datar Laksa dari layar laptopnya dengan penuh harap, berharap jika temannya itu tidak patah semangat.
"Buat apa?" Jamal agak ketar ketir.
"Ya buat omongin soal hubungan kalian, sebenernya kita disini juga udah berusaha ingetin Mira cuma sayangnya Mi—"
"Gak usah lah, kalaupun gue ngomong sama dia langsung juga dia gak bakal inget sama gue, kalian aja yang Deket sama Mira udah gagal apalagi gue yang gak ketemu langsung?"
"Kenapa gak di coba dulu aja? Siapa tau kan hasilnya gak kayak apa yang Lo omongin Lak." Bujuk Jamal.
"Gue cuma gak mau kecewa,"
Jamal menarik nafas lalu membuangnya dengan gusar.
"Lo bilang Lo gak mau kecewa kan? Justru kalau Lo gak coba beraniin diri buat ngomong sama Mira, lo bakal makin kecewa."
"Tapi gue gak mau gue makin sakit hati gara gara Mira nanti bakal tanya siapa gue, semuanya udah jelas dan gue gak mau memperjelas kesakitan itu."
"HAYOH WOH KAK, BWANG MAMAL LAGWI TEYEPON OM ACA WOH!!" Jamal langsung menoleh ke arah pintu, begitupun dengan Laksa yang pandangannya langsung tertuju pada Mira dan El.
"Om Aca itu siapa sih?" Tanya Mira agak bingung, karena sering kali El menceritakan soal Laksa padanya.
"Om Aca itu pacal kak miya!!!" Seru El semangat sambil menarik Mira agar masuk kedalam kamar Jamal.
"Good luck, gue yakin Tuhan pasti berpihak sama Lo Lak." Jamal pergi keluar dari kamarnya, kini yang duduk di kursi belajarnya adalah Mira dan El.
Mira dan Laksa sama sama canggung saat saling berkontak mata sekilas lewat panggilan video.
"Loh om kok diyem ajah sih??" Tanya El agak heboh, bocah kecil itu masih berusaha mencoba mencairkan suasana canggung diantara keduanya.
"El dia siapa?" Mata berbinar El beralih menatap Mira.
"Diya om Aca!! Diya yang selalu El celitain. Dia pacal kak miya!!!"
Mira langsung melirik Laksa sekilas, ia merasa tidak begitu yakin dengan ucapan El yang terdengar agak konyol.
"Tapi kan pacar kak Mira itu, om Juan." Saat Mira berbicara seperti itu raut wajah El langsung terlihat bete.
"Tapi pacal kak miya itu om Aca! Bukwan om cialan itu!"
"Loh kok kamu ngatain om Juan gitu sih? Gak baik tau," Omel Mira.
"Om djuan ywang Ndak batik buwat kak miya!! Diya itu cialan!!" El masih mencoba meyakinkan Mira.
"Kamu bilang dia di Belanda kan?" Tanya Mira pada El, El yang ditanya seperti itu mengangguk.
"Mana mungkin kita pacaran, orang kita berdua jauh dan Kak Mira gak ngerasa pernah ketemu dia."
El menghela nafas lelah.
"Kak miya celing kok ketemu om Aca, hampil tiap mayem kita beltiga celalu jayan jayan bayeng. Om Aca baik baneut loh kak, celing beyiin El esklim!!" Jelas El dengan tatapan binarnya yang membuat hati kecil Laksa tersenyum.