Belanda 04 April 2019
Mata Laksa menyapu seluruh arah, baru pertama kali dirinya pergi keluar negeri seperti ini.
Laksa menyimpan ponselnya saat pesan yang ia kirim dari setengah jam yang lalu tak kunjung dibaca juga oleh Jamal dan Jasson.
Beberapa hari lalu, Laksa sempat menerima kabar jika Mira sudah siuman. Namun Laksa tak tahu apakah Mira siuman dengan keadaan baik baik saja atau malah sebaliknya.
Laksa menghela nafasnya gusar, lalu ia meraih satu bungkus makanan yang sempat ia beli tadi.
Baru saja akan melahap, ponselnya tiba tiba berdering. Bukan, balasan dari Jasson ataupun Jamal tapi ini telepon dari Yasa.
Laksa menyimpan makanan itu tepat di pangkuannya. Lalu segera meraih ponsel dan mengangkat panggilan dari Yasa.
"Kenapa nelpon nelpon? Ganggu orang lagi makan aja." Protes Laksa yang membuat Teon berdecak di sebrang sana.
"Jam berapa ini hah?"
"Loh loh kok elo yang angkat teleponnya? Yasa nya mana?"
"Ini jam berapa LAKSA?" Tutur Teon agak tegas saat memanggil namanya.
Laksa memasang wajah malasnya.
"Halah, baru juga jam setengah sembilan malem."
"Nah itu tau! Kok Lo belum balik? Mentang mentang gak di anter malah kelayapan! Gue kan udah bilang kalo udah dari rumah sakit tuh langsung balik bukan malah kelayapan! Kalo Lo ilang gimana hah?"
"Yaelah Lo cerewet amat! Cerewetnya elo tuh ya ngelebihin cerewetnya Mira tau gak. Mira aja yang pacar gue gak cerewet kayak Lo tuh. Lagian ya, Lo ngira gue bocah ingusan apa gimana sih? Gue gak bakal ilang lah dodol."
"Yaudah sih, karena Mira gak cerewet makannya gue sebagai temen cerewet biar Lo merasa di perhatiin! Cepet balik!"
"Gue mau makan dulu anjir, yakali gue baru nyampe di tempat makan langsung balik lagi." Cerocos Laksa agak kesal.
"Makan nya di rumah! Biar gue bisa perhatiin pola makan Lo, kata dokter l—"
"Kata dokter makanan lo harus dijaga, gak boleh makan sembarangan. Nanti sakit lagi, nanti gue lagi yang ribet." Laksa dengan malas mengucapkan kata kata legend yang sering Teon lontarkan padanya.
"Sampe apal gitu otak Lo sama omongan gue, bagus deh jadi gue gak perlu cape cape ngomong." Teon nyengir di belakang Laksa.
"Gue juga capek dengernya anjir!"
"Yaudah cepet balik!"
"Iya iya ini mau bayar makanannya dulu anjir, yakali gue kaga bayar."
"Bawain makanan buat kita bertiga juga, jangan beli makanan buat diri sendiri doang."
Laksa mendengus saat Teon pada ujungnya mengeluarkan niat terselubungnya."Gue gatau harus bersyukur apa begimana dah, Lo perhatian sama gue tapi duit gue Lo bertiga porotin Mulu."
Teon tertawa.
"Itung itung sedekah anjir, pelit amat Lo." Ledek Teon yang membuat Laksa misuh misuh.
"Sedekah sih sedekah, tapi Lo malah keterusan anjir."
"Eh eh bang Lo telponan sama siapa? Laksa bukan itu??" Samar samar Laksa mendengar suara Hendy yang datang menghampiri Teon.
"Iya iya ini gue Laksa, kenapa emangnya?"
"Lo udah tau belom kalo Mira —empttt anying panashh."
Laksa menjauhkan ponsel dari telinganya saat suara Hendy yang tiba tiba menghilang.
"Yon?"
"Hah apaan?"
"Hendy kok ngilang? Tadi anaknya lagi ngobrol kan sama gue."
"Anaknya pergi ke toilet tadi gak sengaja ngejilat balsem, udah Lo cepetan balik." Dengan tergesa Teon langsung mematikan sambungan teleponnya.
Laksa menatap ponsel.
"Aneh,"
Kangen ucas akutu ༎ຶ‿༎ຶ