"Apa kita udah boleh masuk dan jenguk Mira dokter?" Tanya Juan agak cemas.
Dokter tersebut memasukan kacamata kedalam saki jasnya.
"Untuk saat ini keadaannya benar benar buruk dan kemungkinan Mira tidak bisa bertemu dengan orang orang dulu. Keadaannya masih belum stabil, dia harus diberi pengobatan khusus, agar keadaanya cepat stabil."
"Kira kira dia kenapa bisa kayak gitu dokter?" Jasson menatap Mira dari balik jendela ruangan.
"Kemungkinan dia keracunan makanan, saat saya cek ada makanan yang mengandung bahan kimia berbahaya yang tak sengaja di konsumsi oleh Mira."
"Tapi Mira bisa selamat kan dokter?"
Dokter itu mengangguk pada Jamal.
"Saya akan berusaha keras untuk mengatasi ini, kalian bantu saya berdoa ya. Supaya saya bisa berhasil mengatasi Mira."
"Saya permisi dulu," Dokter itu berjalan menjauh dari ruangan Mira.
Jamal menatap Juan penuh dendam.
"KENAPA ADEK GUE BISA KAYAK GINI HAH?" Jamal mencengkram kerah kemeja Juan dengan kasar.
"INI PASTI GARA GARA LO KAN!! APA YANG LO LAKUIN KE DIA!!!"
"Bang bang sabar, kita di rumah sakit gak baik kalo kita berisik kayak gini!" Sergah Jasson sambil mencoba melerai Jamal.
"Tapi dia itu bangsat harusnya gue gak biarin Lo ketemu lagi sama adek gue anj—" Jamal yang hendak meninju Juan pun tak jadi dan melepaskan cengkraman pada kerah kemeja Juan.
"Gue tau, tapi kita harus denger dulu penjelasan dia. Kita gak bisa main hakim sendiri kayak gini, apa Lo gak kasian apa sama El bang? Dia pasti nangis kalo Lo makin ribut sama Juan!!" Tutur Jasson yang membuat Jamal duduk, dan menghentikan aksinya.
"Jadi Lo bela si bangsat ini hah!"
"Gue gak bela siapapun, gue cuma mau bertindak yang bener aja." Jelas Jasson yang tak dipedulikan oleh Jamal.
"Jadi Mira kenapa bisa kayak gitu? Apa yang Lo lakuin ke dia?" Tanya Jasson dengan penuh selidik terhadap Juan.
"Jujur gue gak tau kenapa Mira bisa kayak gitu, yang pasti kita tadi sempet berantem kecil gara gara Mira gak mau makan, dan gue ga tau pas Mira minum minumannya tiba tiba dia muntah darah."
"PASTI LO KAN YANG RACUNIN DIA?" Sambar Jamal yang membuat El semakin tersentak dan memeluk lutut Jasson.
"Bang, Lo bisa gak sih tenang dikit aja?"
"Apa Lo bilang? Gue harus tenang? Maksudnya gue harus diem aja gitu hah adek gue di racun kayak gini? GUE GAK TERIMA JASSON!"
"Gue tau, tapi please deh Lo harus sadar tempat. Disini itu banyak orang sakit, Lo bisa kan gak berisik?"
"Lo di pelet apa sama dia sampe sampe Lo bela bajingan kayak dia terus? Nyesel gue ngebiarin Mira buat Deket sama cowok anjing Kayak lu!" Jamal melenggang pergi saking kesalnya pada Juan dan Jasson yang malah terus menerus membela laki laki yang menurutnya brengsek itu.
"Gue gak ngeracun Mira sumpah! Gue gak kayak dulu, g—"
"Gue tau kok, kita selidikin aja siapa pelakunya." Jeda Jasson.
"Bawa gue ke cafe itu,"
****
"Boleh saya liat rekaman cctv nya?" Tanya Jasson pada pelayan di cafe itu.
"Mari ikuti saya ke ruangannya." Jasson dan Juan mengekori pelayan tersebut yang masuk kedalam sebuah ruangan yang banyak dengan layar rekaman cctv.
"Kapan kejadiannya terjadi kak?" Tanya petugas sambil menatap Jasson dan Juan bergantian.
"Sekitar jam delapan malam tadi," petugas itu langsung melacak semua rekaman cctv.
"Mas yang duduk di meja nomor sepuluh kan?" Tanya petugas itu yang dibalas anggukan oleh Juan.
"Iya, coba puter rekamannya mas." Perintah Juan yang membuat pelayan tersebut memutar rekaman cctv.
Jasson dan Juan sama sama fokus melihat apa yang terjadi disana, terlihat jelas Juan pergi ke toilet dan Mira yang pergi keluar menghampiri anak kecil. Dan seorang perempuan yang berpakaian serba tertutup, dengan wajahnya yang ditutupi oleh masker yang duduk tepat di meja tiga belas tiba tiba datang dan berjalan ke arah meja Mira dan Juan.
Perempuan itu mengambil sesuatu di dalam tasnya, dan tak lama ia memasukan satu bungkus bubuk obat, entah obat apa Jasson dan Juan tak tahu yang pasti terlihat jelas jika perempuan yang duduk di meja tiga belas adalah pelakunya.
"Mas boleh di perbesar gak layarnya?" Pelayan mengangguk dan memperbesar layar tersebut.
"Dia pake masker, mukanya gak keliatan." Jasson mengacak rambutnya frustasi.
"Tapi apa Lo kenal sama gaya orang itu?" Lanjut Jasson yang membuat Juan menggeleng.
"Gue gak kenal sama gaya orang yang kerekam di sini, tapi gak tau kenapa gue punya firasat kalo orang yang sekarang ada dipikiran gue adalah pelakunya."
"Lo nuduh siapa?"
"Gue ngerasa mungkin yang lakuin semua ini ada sangkut pautnya sama Sisil—"
"Sisil pacar Lo maksudnya?"