BRAKKK
Sisil tersentak saat Juan tiba tiba menggebrak meja, bahkan tak hanya Sisil yang kaget. Mereka berdua menjadi pusat perhatian orang orang di sekitarnya.
"Juan kamu apa apaan sih?" Tanya Sisil agak berbisik pada Juan, karena ia merasa malu menjadi pusat perhatian.
"KAMU YANG APA APAAN SISIL!"
Sisil memejamkan matanya saat Juan lagi lagi membentaknya.
"Please deh, kamu bisa kan gak teriak teriak? Apa kamu gak malu diliatin orang orang kayak gitu?"
"Kenapa harus malu? Harusnya kamu yang malu Sisil!"
"Kamu kenapa sih? Kalau aku salah jelasin semuanya ke aku kalau aku salahnya di mana, jangan kayak gini, kamu jangan malu maluin aku!"
Plakkk
Saking geramnya, Juan sampai kelepasan menampar Sisil di depan banyak orang. Mata Sisil mulai berkaca kaca dan penuh genangan air mata.
"Juan—"
"Kenapa kamu brengsek hah?" Juan masih sulit untuk mempercayai semua kenyataan yang baru ia ketahui beberapa menit lalu.
"Aku salah apa Juan? Kenapa kamu tiba tiba gampar aku?" Air mata Sisil menetes dengan sendirinya, air mata itu membuat Juan juga meneteskan air mata.
Juan tidak kasihan pada Sisil yang baru saja terkena tamparannya, Juan menangis dengan alasan dia kecewa pada kekasihnya itu.
"Firasat aku bener kalau kamu pelakunya!" Juan memperlihatkan bungkus obat yang ia temukan tadi.
Sisil agak kaget saat bungkus obat itu bisa ada di tangan Juan.
"Kenapa kaget ya?"
Sisil diam tak menjawab.
"KENAPA DIEM? SADAR KALAU SEKARANG SEMUA KEBOHONGAN KAMU UDAH KEBONGKAR?"
Juan menggeleng dengan tatapan tak percaya.
"Aku gak habis pikir sama kamu, Sil." Juan hendak pergi meninggalkan Sisil, namun Sisil segera menahannya.
"Aku bisa jelasin itu Juan!!!"
"Apa lagi yang harus kamu jelasin? Aku udah gak butuh lagi penjelasan dari kamu! Apa yang aku lihat udah memperjelas semuanya."
"Tapi apa yang kamu liat i—"
"Mau ngebohong apa lagi sih Sil? Kamu mau ngejelasin ini itu juga aku udah gak akan percaya sama kamu!"
"Aku kecewa sama kamu, padahal aku udah sayang banget sama kamu tapi kenapa kamu malah bikin aku kecewa?"
"Kamu kira disini cuma aku yang jadi antagonis? Kamu bisa ngaca gak? Emang semua kelakuan kamu itu gak bikin aku kecewa?"
Juan bungkam.
"Aku itu tau kamu, aku tau apa yang kamu rasain, aku tau apa yang lagi kamu pikirin. Aku selalu tau apa yang bersangkutan sama kamu Juan!"
"Aku lakuin itu karena aku tau, kalau kamu mulai ada rasa sama Mira! Aku bisa liat dari tatapan tulus kamu ke dia! Aku lakuin ini karena aku gak mau kehilangan kamu!".
"Kamu emang bilang kalau kamu cuma sekedar nolong dia karena amnesia, okey aku gak Masalah. Tapi apa aku harus diem aja kalau kamu mulai ada rasa lagi sama Mira? Aku berhak marah karena kamu sekarang masih milik aku!"
"Kamu selalu bilang kamu sayang aku, tapi kenyataannya hati kamu selalu bilang kalau kamu sekarang lebih sayang Mira dibanding aku." Sisil menangis sejadi jadinya.
"Apa yang kamu ucapin di mulut, beda sama apa yang kamu rasain di hati Juan."
"Kamu selalu bilang aku jahat? Okey aku akui aku jahat, tapi apa kamu juga gak ngatain diri kamu sendiri jahat juga?"
"Aku jahat karena kamu juga jahat sama perasaan aku, kamu gak pernah pikirin perasaan aku kayak gimana kalau liat kamu terus terusan bareng Mira."
"Bahkan yang bakal ngelakuin ini tuh gak bakal aku doang, semua cewek pasti gak seneng kalau pacarnya malah ada rasa lagi sama mantannya!"
"Kalau kamu lebih sayang sama Mira, kejar dia. Aku sadar kok kalo aku gak pantes buat kamu."
"Aku mau kita putus,"
Juan langsung menatap Sisil.
"Kenapa? Dari pada di tunda tunda kenapa gak to the point aja? Toh rasa itu udah muncul harusnya kamu to the point kalo kamu juga pengen putus sama aku."
"Aku gak akan marah, dan aku gak akan ngelakuin hal sejahat ini kalau kamu to the point dari awal."
"Sikap kamu yang kayak gini secara gak langsung nyakitin dan mainin perasaan aku Juan,"
"Bisa dibilang, kamu lebih jahat dari aku Juan."
