"Si Laksa kira kira udah tidur apa belom ya? Gak aada niatan nelfon kita gara gara kita belum pulang gitu ya?" Hendy mengawang ngawang sambil menekan pintu lift.
Teon melirik pada arlojinya.
"Jam segini dia pasti udah tidur," Jawab Teon sambil masuk berjalan kedalam lift karena pada saat yang bersamaan lift di hadapan mereka terbuka.
"Gue kurang yakin sih kalo misalnya Laksa gak akan marah sama kita soal kita yang sembunyiin faktanya Mira." Jelas Yasa lalu menekan tombol lift agar menuju lantai empat.
"Ya, kalaupun dia marah jelasin aja semua alesan kita kan? Kita kan niatnya baik." Timpal Hendy.
"Tapi Laksa keras kepala anjir, Lo kayak yang gatau aja. Gue dari awal mikir kalo misalnya Laksa tau soal ini dan dia tau kalo kita nyembunyiin soal ini dari dia, gue yakin dia bakal marah besar sama kita." Itu Yasa yang berbicara.
"Iyasih, dia emang keras kepala tapi dia lumayan gampang di sogok biar gak marah." Jawab Hendy.
"Menurut gue, buat hal ini gak bakal segampang itu deh Hen." Ucapan Yasa membuat Teon menghela nafasnya.
"Gue gak tau bakal gimana nanti kedepannya, entah hancur atau bertahan gue gak tau." Sambung Teon.
"Yas, kartu pin nya mana?" Hendy merogoh saku celananya mencoba mencari kartu pin pintu rumah mereka.
"Lah, tadi kan sama Lo. Lo kan tadi ambil handphone kan?"
"Gue tadi emang balik dulu kesini, tapi gue gak ngerasa pegang kartu pin nya." Jawab Hendy yang membuat Yasa dan Hendy secara bersamaan menatap Teon.
"Pegang," Teon memberikan kantung belanjaan kebutuhan sehari hari mereka yang bisa dibilang cukup banyak pada Hendy.
"Di gue juga kaga ada anjir!" Sergah Teon panik saat setiap saku pakaiannya di cek dan malah tidak menemukan kartu pin itu.
"Terus kita masuk gimana?" Hendy bingung.
"Coba lo telfon Laksa, Yas." Perintah Teon pada Yasa.
"Si Laksa kan kalo dah molor suka kebo, mana bisa dia bangun cuma pake dering telepon?" Tutur Hendy.
"Iya juga sih, jadi telfon jangan?" Yasa menatap Teon dan Hendy silih berganti.
"Gak usah di telfon, orang gue belum tidur." Pintu terbuka dan terlihatlah Laksa dengan wajah dinginnya.
"Belum tidur Lo?" Tanya Hendy sambil nyelonong masuk kedalam rumah dan tak lupa langsung membawa semua belanjaannya ke dalam saat Laksa membukakan pintu untuk mereka bertiga.
"Kenapa Lo? Muka Lo kok asem gitu?" Tanya Yasa sambil membawa kantung belanja besar yang ada di hadapan Teon kedalam rumah.
Namun saat Laksa ditanya seperti itu, laki laki itu terlihat tidak ada niatan untuk merespon pertanyaan kedua temannya.
"Nih makanan pesenan Lo," Teon menyodorkan totebag yang berisikan makanan yang Laksa pesan.
Laksa mengambilnya, namun beberapa detik kemudian dia malah membanting totebag pemberian Teon.
"Lo kenapa sih Lak?" Tanya Teon agak kaget saat Laksa membanting makanan yang sudah Lelah lelah ia cari dan ia beli.
"Harusnya gue yang tanya Lo semua kenapa!" Ucapan Laksa agak sedikit tajam tak lupa matanya yang tak kalah tajam.
"Lo ngelindur? Cuci muka gih—" Celotehan Hendy tak digubris oleh Laksa. Melihat tidak di respon Hendy lebih memilih merapikan semua belanjaannya makanan pokoknya tadi.
"Kenapa Lo semua gak pernah kasih tau gue kalo Mira amnesia dan lupa sama hubungan gue?"
Semuanya diam, tak ada yang menjawab Yasa yang tadinya hendak menyuapkan makanan yang baru saja ia beli pun malah tidak jadi.