58

26 7 0
                                    

"Harusnya kamu dengerin mama Lin," Parau Laksa yang membuat Eline melepas pelukannya dan menatap mata Laksa.

"Kalau aku itu emang gak pantes buat kamu," Eline menangis saat Laksa mengucapkan kalimat itu.

Hatinya terasa antara sesak dan perih, membuatnya menangis sejadi jadinya.

"Maaf karena aku gak tepatin janji aku, Lin. Kamu boleh tampar aku kok Lin!" Laksa meraih tangan Eline dan menyuruhnya untuk menampar pipinya.

"Maaf karena aku udah jadi laki laki brengsek,"

Eline hanya menangis, dirinya masih tak percaya jika Laksa sekarang mengingat hubungannya yang sempat terkubur hampir sembilan tahun lamanya.

"Ini bukan salah kamu Laksa!" Eline mencoba meyakinkan Laksa.

"Itu semua kecelakaan, kamu gak brengsek Laksa."

"Tapi kenyataannya aku khianati janji aku sendiri, aku sakitin hati kamu Eline."

"Yang sakitin hati aku itu ya aku sendiri Laksa—" Sergah Eline, "Berhenti salahin diri sendiri Laksa, disini itu yang salah aku bukan kamu!"

"Ini semua salah aku, harusnya aku gak menghindar." Eline menangis, Laksa memeluk gadis itu dan mengusap ubun ubunnya lembut bahkan sesekali mengecupnya.

"Kenapa kamu malah ngehindar sih Lin? Kalau aku tau soal hubungan kita aku gak mungkin punya rasa sama Mira."

"Apa kamu ngehindar gara gara udah gak punya rasa lagi sama aku waktu itu?"

Eline menggeleng dengan tatapan yang terlihat sendu.

"Aku ngehindar karena aku takut kecewa, Laksa."

"Aku takut kalau aku gak berhasil buat kamu inget sama hubungan kita berdua, makannya aku lebih baik menghindar meskipun rasa yang hampir sembilan tahun lamanya itu masih ada buat kamu."

"Hati aku sampe sekarang masih ada buat kamu, Laksa—" Eline menjeda ucapannya.

"Tapi sekarang hati kamu bukan buat aku lagi, Laksara. Aku sadar dan aku gak akan marah soal itu, aku gak akan ngatain kamu brengsek buat hal itu, karena aku sadar kalau semua ini salah aku Laksa. Ini semua resiko yang harus aku dapet karena dulu aku mutusin buat menghindar untuk gak kembaliin semua ingatan kamu."

"Aku gak pernah jatuh cinta sama laki laki lain karena salah satu diantara kita belum ada yang nyatain putus buat hubungan kita." Laksa menyeka air mata yang membasahi pipi Eline.

"Dan mungkin hari ini adalah hari dimana kita harus berhenti jalanin hubungan kita. Aku mau kita putus Laksa,"

"Tapi, rasa yang dulu juga tiba tiba ada lagi Lin Dan sekarang kamu mutusin hubungan kita?"

"Gak sepantasnya kita ngelanjutin hubungan kita, keadaan kita gak sama kayak dulu lagi Laksa."

"Ada hati yang seharusnya kamu jaga, ada hati yang lagi nungguin kamu pulang dan kembali pulang ke rumah."

"Hati yang harus kamu jaga sekarang itu hati Mira, bukan hati aku Laksa."

"Sekarang aku bukan rumah kamu lagi, dan kamu bukan rumahku lagi."

"Inget ya Lak, ini semua bukan karma buruk karena kamu udah jadi orang brengsek. Tapi hal ini kasih pelajaran buat kamu untuk kedepannya."

"Jangan sampe kamu ngerasain hal yang sama kayak aku, kamu harus berjuang kembaliin ingetannya Mira. Karena kalau kamu menghindar kamu bakal dapet resiko yang sama kayak aku."

"Tapi aku masih ngerasa bersalah sama kamu Lin," Laksa menggenggam kedua pergelangan tangan Eline dengan hangat.

"Kamu gak salah Lak,"

"Kalaupun kamu merasa bersalah, cara terbaik buat nebus semua rasa bersalah kamu ke aku itu dengan cara kejar Mira dan jaga cinta kamu buat dia."

"Meskipun rasa yang dulu tiba tiba hadir di benak kamu, tapi jangan pernah sekali kali kamu noleh ke aku lagi."

"Karena aku cuma masa lalu, gak seharusnya buat kamu kejar."


"Hubungan kita cuma sampe disini Lak, yang harus kamu kejar itu Mira bukan aku." Eline merogoh tasnya dan mengambil sebuah kotak cincin milik Laksa yang sempat dibuang oleh pemiliknya.


Laksa menatap kotak cincin yang dibuka Eline.

"Inget, kamu ke Belanda itu buat berobat biar kamu bisa sembuh dari penyakit kamu dan bisa hidup bahagia lagi sama Mira. Bukan buat wisata masa lalu bareng aku,"














Senar Laksara | LucasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang