"Lo serius cuma ngajak Teon doang? Gue ga di ajak gitu ih?" Geram Yasa pada Laksa yang sedang membereskan pakaiannya untuk besok.
"Ya kalo mau ikut lu pake ongkos sendiri lah anjir, bang Teon aja pake ongkos sendiri." Jawab Laksa sambil melipat pakaiannya dan memasukan pakaian itu ke dalam koper.
"Halah bohong, bang Teon bilang kalo dia dibayarin lu anjir." Itu Hendy yang menimpali.
Laksa menghela nafasnya.
"Emang gue anak Sultan apa pake bayarin ongkos dia? Buat ongkos gue aja pas pas an, ini juga rebutan sama biaya operasi gue."
"Uang gue cukup ga si?"
Laksa sedikit mengintip ke arah kaleng celengan Yasa.
"Palingan di Belanda Lo jadi pengemis—aw anjir." Laksa mengusap kepalanya yang dilempar kaleng oleh Yasa.
"Kurang ajar Lo kalo ngomong," Sebal Yasa yang membuat Hendy tertawa.
"Lo mau ikut ke Belanda Yas? Gue tambahin nih pake duit gue," Yasa tersenyum sumringah ke arah Hendy.
"Mana?"
"Nih gue tambahin lima ribu," Laksa terbahak saay melihat Hendy memberikan uang lima ribu selembar pada Yasa.
"Lu kira ini beli gorengan apa? Yakali lu cuma nambahin lima ribu doang?" Sengit Yasa yang dibalas Bahakan oleh Hendy.
"Yang penting di tambahin kan?" Yasa hanya mendengus saat Hendy terus menertawainya.
"Uang Lo segitu cukup kali Yas, kalo mau ikut ya ikut aja. Emang Lo mau ikut ke Belanda mau ngapain si? Ngotot banget kayaknya."
"Mau cari cewe bule uhuy, biar anak gue blasteran ceritanya." Devan yang baru saja masuk kedalam kamar Laksa langsung tertawa.
"Skincare an dulu pake semen, biar di lirik sama cewek bule." Timpal Devan yang membuat Hendy semakin terbahak.
"Goblok Lo bang, gue mah ga perlu skincare pake semen semen segala, gue mah yakin pasti gue pang kasepna di Belanda mah."
"Dih, pede banget Lo?" Timpal Teon yang sedari tadi terdiam membantu Laksa mengemas baju.
"Kenyataan, bukan sekedar pede doang. Tanya aja bang Qian,"
Qian yang sibuk main game pun membuka headphone nya saat Wira menepuk bahunya.
"Apasih Wir?"
"Kata Lo Yasa cakep ga?" Qian melirik Yasa yang mengibas ngibaskan rambutnya.
"Mirip kudanil," jawab Qian lalu memakai headphone nya lagi.
Semuanya langsung terbahak, terkecuali Yasa yang sudah misuh misuh sambil menghitung uang dalam celengannya.
"Gue bakal buktiin anjir, liat aja tau tau anak gue blasteran aja." Sewot Yasa yang membuat Hendy tertawa.
"Songong gitu anak Lo," Hendy menyenggol lengan Devan.
"Dih, mana ada gue punya anak mirip kudanil." Yasa menatap sewot kearah Devan yang dengan santainya memakan keripik pisang.
"Ape lu liat liat?" Tanya Devan sambil menatap Yasa sinis.
Yasa hanya mendengus, sedangkan Teon menarik telinga Yasa gemas.
"Pundung siah aing mah," geram Yasa dengan kesal.
"Tinggal Pundung," Laksa tertawa saat Wira menjawab seperti itu.
"Savage gitu mulut Lo," ucap Laksa yang membuat Wira mengibas rambutnya.
"Harus dong,"
"Nyebelin ya lu pada," Lagi lagi Yasa mendengus.
"Beresin baju Lo cepet, gue tambahin dah ongkos Lo." Yasa langsung menatap Teon berbinar.
"Serius Lo?"
"Tapi nanti di Belanda kita ngemis bareng,"
Semuanya lagi lagi tertawa.
"Eh Lo sama si Mira jadi LDR dong?" Qian duduk disebelah Laksa yang sibuk mengemas baju.
"Gue putus sama dia,"
"APA?" jawab semuanya serentak.
Laksa langsung menatap semuanya bingung.
"Kenapa kalian pada kaget gitu?"
Teon masih menatap Laksa tak menyangka.
"Mira yang putusin?"
"Gue lah yang putusin dia,"
"Ini beneran Lo Laksa?" Qian menatap Laksa serius.
"Lah iya lah, emangnya kenapa sih? Kalian tuh ya dulu pada ngerekomendasiin gue buat mutusin Mira, sekarang giliran gue udah putusin Mira kok pada kaget gitu?"
"Ya aneh aja, kenapa Lo bisa bisanya putusin dia? Lo ga sayang lagi sama dia?" Tanya Teon.
"Ya rasa gue masih buat dia lah, cuma kan gue harus pergi ke Belanda jadi ya gue putusin aja."
"Kenapa ga LDR aja sih? Lo gak takut Mira direbut orang?" Tanya Wira yang diangguki Devan.
"Gue percaya kok kalo dia setia sama gue,"
"Terus kalo pas nanti Lo balik dari Belanda Mira udah punya yang lain gimana?" Tanya Hendy.
"Ya berarti gue gak tepat buat dia, tapi gue berharap Mira masih nunggu gue sampe balik dari Belanda."
"Karena perasaan gue masih buat dia,"
"Apa dia tau kalo Lo mau operasi?" Tanya Devan ya g membuat Laksa menoleh dengan tatapan sendu.
Lalu Laksa menggeleng kecil.
"Gue ga mau bikin dia khawatir, Van."