"Apa gue coba telpon orangnya aja ya? Bukannya dia sekarang gada jadwal ke rumah sakit kan?" Laksa merogoh ponsel dan mulai menekan nomor ponsel Eline.
Tuttttt—
"Halo Lak? Kenapa nelpon?"
"Ini gue di depan rumah Lo, udah berkali kali gue pencet bel rumah Lo kenapa Lo ga keluar keluar? Lo kan ada dirumah."
Eline agak melotot.
"Lah, ngapain Dateng ke rumah aku?"
"Ngembaliin jaket lah! Cepet buka pintunya!"
Eline hanya berdehem kecil, "Sorry aku lagi gak ada di rumah," Kini giliran Laksa yang melotot.
"Loh kan hari ini Lo gak ada jadwal ke rumah sakit kan?" Tanya Laksa agak heran.
"Aku emang gak ada jadwal, tapi tadi tiba tiba ada yang telpon aku katanya aku harus gantiin Giselle, jadi ya mau gak mau gue harus ke rumah sakit."
"Terus ini jaketnya gimana? Gue bawa balik lagi aja? Rumah Lo kan di kunci Lin." Jelas Laksa sambil menatap jaket Eline yang ada di tangannya.
"Simpen aja di luar,"
"Nanti ilang anjir, gue gak mau ya ganti rugi!" Sewot Laksa.
"Yaudah, kalo gitu bawa balik lagi aja. Lagian kalau mau datang ke rumah tuh bilang bilang, takutnya aku ada tugas mendadak kan jadinya malah kayak gini."
"Yaelah hujan!" Dengus Laksa saat baru saja ia hendak menuju mobilnya, hujan deras tiba tiba mengguyurnya.
"Yaudah kamu jangan dulu pulang kalau gitu, kamu diem di rumah aku aja dulu. Nanti kalau hujannya reda baru kamu pergi pulang,"
"Cara masuknya? Kan rumah Lo di kunci."
"Gue baru inget kalo gue sering naro kunci cadangannya, kuncinya coba Lo liat di bawah rak sepatu, ada ngga?"
Laksa langsung berjongkok dan meraba raba bagian bawah rak sepatu, dan ia tersenyum sumringah saat menemukan barang yang ia cari.
"Ada gak kuncinya?" Tanya Eline pada Laksa yang masih terdengar bergeming.
"Ada,"
"Yaudah kamu neduh dulu aja di rumah, lagian di rumah gak ada siapa siapa." Saran Eline.
"Kalau ada kunci cadangan kenapa gue harus bawa balik lagi jaket lu? Untung hujan dan Lo inget kalo Lo nyimpen kunci cadangan jadi nanti gue gak harus bulak balik ke rumah lo."
"Sorry, aku baru inget."
"Btw Lo balik jam berapa? Masih lama balik nya?"
Eline menatap jam dinding yang ada di ruangan kerjanya.
"Mungkin sekitar jam setengah sembilan aku baru bisa pulang, kalau hujan reda kamu langsung pulang aja gausah nunggu aku. Simpen lagi aja kuncinya di tempat yang tadi."
"Yaudah gue masuk rumah ya? Boleh ya?"
"Yaudah masuk aja sana, aku tutup telponnya ya masih banyak kerjaan nih." Jelas Eline.
"Semangat kerjanya, jangan murung murung terus."
Sambungan langsung terputus setelah Laksa mengucapkan hal itu. Eline tersenyum senang, saat laki laki itu menyemangati dirinya. Eline juga senang karena Laksa bisa sepeka itu padanya, akhir akhir ini Eline memang terlihat lebih murung dan itu diakibatkan oleh dirinya yang terus teringat ingat oleh masa lalunya.