"MINGGIR!!"
Dengan teriakan histeris Mira mencoba membuka jalannya yang terhalangi oleh orang orang disana.
Saat melihat Laksa terbaring lemah dibalik jendela tangisan Mira semakin pecah.
"LAKSA!!!!"
Mira jatuh sejatuh jatuhnya dalam pelukan Laksa, apa maksud Tuhan dari semua hal ini? Mira memeluk Laksa yang tengah sekarat dengan sangat erat. Menangis histeris di depan laki laki yang terbaring lemah itu.
Bajunya sama seperti apa yang dipakainya tadi baju putih dengan corak merah darah. Dugaaanya benar jika itu memang benar benar darah, wajah pucat dan luka di sekujur tubuhnya membuat hati Mira semakin terasa nyeri.
Jadi jika Laksa sedari tadi terbaring di rumah sakit, jadi yang tadi mengajaknya pergi keluar rumah, menyanyikan sebuah lagu dan mengecup pergelangan tangannya itu adalah ruh dari Laksa?
"Laksa bangun!" Parau Mira sambil mengecup tangan Laksa yang dipenuhi dengan selang infus.
"Om—"
"Laksa gue disini!" Ucap Mira serak sambil mengusap pipi Laksa lembut.
"Laksa katanya Lo kangen, kalo kangen bangun Lak bangun, gue kangen banget sama Lo." Mira menangis sejadi jadinya, semuanya hanya bisa menatap Mira yang menangis histeris.
"Mir —udah Mir!"
"DIEM LU SEMUA!" Bentak Mira pada Jasson yang mencoba menenangkan dirinya, Jamal mengajak Qian, Wira, Jasson dan Devan untuk pergi keluar. Di ruangan hanya tersisa Laksa, Mira dan El.
Mira masih tak menyangka jika tuhan akan memberikan kenyataan pahit seperti ini. Apakah ini yang dinamakan dengan karma? Sesakit ini hati Laksa waktu Mira menyia nyiakan cintanya dulu?
"Laksa ayo bangun!!!" Mata Laksa perlahan terbuka dan menatap Mira yang tengah menangis sambil memeluknya.
"M—mir?"
Mira langsung menatap Laksa, menggenggam lengan Laksa saat Laksa benar benar siuman.
"Lo janji sama gue Lo bakal sembuh, Lo janji sama gue kalau Lo bakal selamat dari operasi tapi kenapa Lo malah kayak gini sih Lak?" Parau Mira yang membuat Laksa meneteskan air matanya.
"Ma—af," tangan Laksa yang dipenuhi selang infus itu mencoba menyeka pipi Mira yang basah karena air mata.
"Janji Lo kan kalau ke Indonesia itu mau rayain hari anniversary kita sambil nonton konsernya kak Fiersa, Lo gak pernah janji buat bikin gue nangis kayak gini Lak!"
Laksa semakin menangis saat Mira memeluknya sangat erat.
"Ma—af," Suara serak Laksa membuat Mira semakin terpukul.
Mira tak menyahut, dia masih sibuk menangis histeris di pelukan Laksa.
"Udah dong jangan nangis terus—" Lirihnya yang membuat Mira melepas pelukannya.
"Gimana gue gak nangis kalau keadaan Lo kayak gini Laksa!"
Laksa melirik kearah El yang sama sama menangisi dirinya.
"Lo kenapa nangis lagi?" Laksa mengusap ubun ubun El lembut.
"Om Janan pelgi, El macih mau baleng baleng cama om!!"
"Siapa yang bakal pergi sih? Om gak bakal pernah tinggalin El ataupun kak Mira." Ucapnya parau, lalu Laksa meraih kotak cincin yang tergeletak di nakas.
Laksa meraih jari jemari Mira, membuka kotak cincin itu dan memasangkan cincin beruliskan nama Laksara di jari manis Mira.
Laksa tersenyum, saat melihat Mira memakai cincin yang selama ini ia simpan.