Laksa masuk kedalam rumah Eline, matanya menatap setiap bingkai foto yang terpasang di setiap dinding rumah itu.
Laksa duduk di sofa tunggal yang berada di ruang tamu, matanya masih tak lepas dari foto foto Eline saat kecil sampai dewasa.
Dirinya selalu merasakan Dejavu saat ia bertemu Eline dan melihat wajah Eline. Ia merasa jika dirinya sering bertemu Eline namun ia tak tahu kapan, karena wajah Eline selalu terasa familiar di pandangannya.
Laksa kadang berpikir mungkin waktu di kehidupan sebelumnya ia mengenal Eline dan sering bertemu dengannya, jadi pantas saja jika selalu merasa familiar dengan wajah gadis blasteran itu. Namun Laksa juga sering menganggap jika pikirannya itu agak tak masuk akal.
"Duh toilet dimana ya?" Laksa celingak celinguk mencoba mencari toilet.
Laksa berjalan kearah dapur, namun tidak ada toilet disana. Lalu ia memutar balik arahnya dan ia menemukan toilet di depan sebuah kamar, dan mungkin itu kamar Eline.
Namun saat ia akan masuk kedalam toilet ada sebuah lembar foto yang tergeletak di bawah pintu kamar Eline.
Penasaran, Laksa meraih foto tersebut. Ia agak kaget dengan orang oranh yang ada di dalam foto tersebut.
"Loh orang ini kok kayak gue?"
Laksa masih tak percaya dan meneliti wajah laki laki yang berdiri di samping Eline dalam foto itu.
"Ini gak mungkin gue kan?" Laksa masih menggeleng kepalanya kecil, masih tak percaya jika yang di foto itu adalah dirinya.
Namun laki laki dalam foto itu sangat sama persis dengan wajah Laksa. Laksa lalu menatap pintu kamar Eline.
Perlahan tangannya meraih knop pintu dan mulai membuka pintu kamar Eline secara perlahan.
Kamar bernuansa abu abu metalik itu benar benar menarik perhatian Laksa. Ternyata disini ada banyak foto yang terpanjang.
Jika di ruang tamu tadi adalah foto foto Eline bersama keluarganya, disini banyak terpajang foto Eline bersama laki laki yang wajahnya mirip dengan wajah Laksa.
"Kenapa disini banyak foto gue?" Laksa masih bertanya tanya, hatinya benar benar yakin jika laki laki di foto itu memang dirinya.
Tapi Laksa tak pernah merasakan semua momen didalam foto itu.
"Gue sama Eline punya hubungan apa?" Laksa masih bertanya tanya, ia berjalan menuju meja belajar Eline dan mendapatkan pigura kecil yang memajang foto dirinya bersama Eline yang tengah memegang kue anniversary.
Laksa meraih pigura tersebut, mencoba meneliti pigura itu, dan ia mendapat sebuah tulisan kecil di belakang pigura itu.
29 Juni 2016, hari anniversary terakhir sebelum kecelakaan itu terjadi.
Laksa menautkan alisnya, sebenarnya ini ada apa. Apa yang terjadi? Mengapa dirinya merasa menjadi manusia paling bodoh disini? Merasa menjadi manusia yang tidak mengetahui apapun soal ini.
"Gue pacaran sama Eline?" Tanya Laksa masih tak percaya.
"Dan gue kecelakaan?" Pandangan Laksa langsung terasa kabur, telinganya tiba tiba mendengar teriakan teriakan yang sangat nyaring membuat kepalanya terasa pusing.
"Laksaaa bangun!!!!!"
"Eline nolak gue Bim, dia gak suka gue!" Laksa menendang kerikil yang ada didepannya.
Bimo menatap Laksa tak percaya.
"Hah masa sih dia nolak Lo? Gue gak percaya, liat aja malem dia pasti nelpon Lo! Si Eline nolak Lo karena dia masih Tremor!"
"Harus banget kamu kuliah di Belanda Lin?"
"Happy anniversary buat hubungan kita yang ketiga tahun, Lin."
"Jaga hati kamu ya kalau di Belanda nanti, jangan sampe kepincut sama cowo Belanda!! Inget kalo gue ini cowo paling ganteng di dunia!"
"Laksa Lo harus janji ya kalo Lo gak bakal tinggalin gue?"
"Ke Lembang yu?"
"Lo juga gak boleh tinggalin gue ya Lin?"
"LAKSA SINI FOTO DISINI BAGUS BANGET LO TEMPATNYA!!"
"Aku gak bisa bayangin kalau nanti kita harus LDR, Lin."
"LAKSA AYO BANGUN, APA LO GAK MAU ANTERIN GUE KE BANDARA?"
"Kenapa mama kamu sebenci itu sama aku Lin?"
"TAPI MAMA LEBIH SETUJU KAMU SAMA ARYA, BUKAN SAMA COWOK BERANDALAM KAYAK DIA ELINE!!"
"Sebandel itu aku di mata mama kamu?"
"TAPI LAKSA ITU COWOK YANG BAIK MA! MAMA GAUSAH DENGERIN OMONGANNYA ARYA DIA ITU CUMA JELEK JELEKIN LAKSA AJA!"
"Kamu yakin kan ke Belanda cuma mau kuliah?"
"LO SIAPA?"
"ELINE KAMU HARUS INGET KALAU LAKSA ITU BUKAN COWO YANG BAIK BUAT KAMU!"
"Aku bakal jaga hati kamu buat kamu terus kok Lak,"
Pikiran pikiran itu terus melintas di pikirannya Sampai dia benar benar ingat apa yang telah
terjadi.Ting... tong....
Dengan pikiran yang masih kalang kabut, dengan pikirannya yang masih tertuju pada semua masa lalu kini Laksa berjalan kearah pintu utama.
Sepertinya Eline sudah pulang.
Eline membuka pintunya, matanya dan mata Eline saling berkontak mata dalam waktu lama.
Mata Eline terlihat sedikit berair saat menatap dirinya.
"Laksa—" parau Eline, dirinya tak menyahut ia hanya terus menerus menatap Eline dengan mata nanar.
"Kamu kenapa Lak?" Tanya Eline agak khawatir karena dirinya tiba tiba meneteskan air matanya.
Laksa tak menjawab ia malah langsung merengkuh Eline untuk membawa gadis itu kedalam dekapannya.
Tanpa sepengetahuan Laksa, Eline ikut meneteskan air matanya, terakhir ia merasakan pelukan ini waktu sembilan tahun yang lalu.
"Laksa—" suara parau Eline membuat Laksa semakin erat memeluknya. Pelukan eratnya semakin membuat hati Eline terasa tersayat.
Pelukannya hangat namun terasa perih, perlahan Laksa menyadari jika Eline juga ikut menangis dalam diam. Hanya suara isakan yang terdengar setelah Eline memanggil namanya dengan suara parau.
"Apa semua ini karma buat gue Lin?"