Pertanyaan Ayesha tadi masih terngiang ngiang di kepala Laksa. Setelah Ayesha menanyakan hal itu, Laksa tiba tiba berubah menjadi sensitif dan sedikit menghindari Ayesha.
Entah apa itu alasannya Laksa sendiri juga tak tahu.
"Ternyata dia juga nyadarin hal itu?" Gumam Laksa sembari menatap dan memainkan kuku jarinya.
Iringan musik yang menggema di cafe itupun mendadak terasa hilang dari pendengaran Laksa secara perlahan. Laksa benar benar fokus dengan lamunannya.
"Apa jangan jangan—"
Laksa langsung menggeleng untuk menyatakan tidak pada dirinya sendiri.
"Masa sih si Ayesha suka sama gue? Ngga ngga itu Aneh banget anjir." Laksa tertawa pada dirinya sendiri.
Lalu tawanya terhenti saat sang penyanyi cafe itu tiba tiba menyanyikan lagu yang membuat hati Laksa terenyuh dalam alunan lagunya.
Lebih tepatnya hati dan pikirannya langsung menuju pada kenangan dua tahun lalu. Laksa masih mengingat momen tersebut, momen dimana Laksa bertemu dengan Mira dan mulai jatuh hati padanya.
Semua itu terulang kembali, di tempat yang sama, dengan lagu yang sama, perasaan yang sama. Namun ini terulang dalam keadaan yang tak seharusnya benar benar terjadi.
Senyuman Laksa perlahan memudar saat ia teringat apa tujuan dirinya datang ke cafe ini, Tak lama dari itu, Laksa melihat Mira yang baru saja turun dari taksi dan berjalan ke arahnya.
"Udah lama?"
Laksa mengangguk seraya tersenyum samar.
Mira melihat ke arah sekitar, "Gak pesen makan?" Tanya Mira yang lagi lagi mendapat balasan gelengan kecil dan senyuman samar.
"Gue pesen minum aja, soalnya gue ga bakal lama lama disini. Lo juga udah gue pesenin minum kok,"
Mira mengangguk sebagai pernyataan Iya, lalu ia duduk di hadapan Laksa.
"Apa Lo ngajak gue ketemu gara gara mau ngomongin soal hubungan kita buat kedepannya?" Tanya Mira agak hati hati.
"Iya, gue mau ngomongin soal itu. Gue ngerasa udah yakin sama jawaban gue, dan Lo juga pasti udah punya jawaban kan?" Mira diam sesaat, ia tak mengangguk atau pun menggeleng.
"Lo mutusin buat lanjut kan?"
Laksa menghela nafas.
"Engga,"
Mimik wajah Mira langsung berubah.
"Kayaknya hubungan kita stop sampe disini aja Mir,"
Mira melemas saat mendengar itu, ia menatap Laksa dengan tatapan tak percaya. Sedangkan Laksa hanya menatap Mira dengan tatapan biasa saja.
"Lo bercanda, Lo putusin gu—"
"Gue serius,"
Wajah Laksa yang terlihat tanpa adanya senyuman pun membuat Mira semakin merasa yakin jika Laksa memang benar benar serius.
Tapi disuatu sisi ia tak merasa yakin.
"Tapi Laksa jawaban gue—"
"Gue udah tau kok jawaban Lo, gausah di perjelas lagi dan gausah bikin gue tambah sakit lagi. Sekarang semuanya udah jelas, kita hidup masing masing aja."
Ucapan Mira lagi lagi disambar oleh Laksa, hatinya menjerit bagaimana bisa Laksa memutuskannya? Padahal Mira memiliki jawaban yang berbeda dengan Laksa.
Dan mungkin sebenarnya hati Laksa juga masih memiliki jawaban yang sama kan dengan Mira?
"Makasih ya Mir buat hari harinya, semoga Lo bahagia sama Juan. Gue pergi dul—"
Mira menahan tangan Laksa yang hendak beranjak dari kursi. "Laksa!"
"Apa?"
"Gue yakin, kalo jawaban hati Lo ga gitu." Laksa terdiam, menatap kosong ke arah lain.
"Gue yakin hati Lo milih jalan yang beda, hati Lo milih kita balikan kan?" Laksa masih hening.
"Gue mau lanjut sama Lo, tapi kenapa lo malah putusin gue? Gue tau jawaban hati Lo ga kayak gitu Laksa. Gue percaya sama Lo, kalo Lo itu masih sayang gue. Lo jangan bohongin diri Lo sendiri."
Mira semakin terlihat memelas saat tak melihat respon apa apa dari Laksa.
"Laksa jujur please." Ucapnya sembari meraih pergelangan tangan Laksa.
Laksa perlahan melepas genggaman itu,
"Gue ga bohongin perasaan gue sendiri, semua keputusan ini murni dari hati gue." Mira terlihat semakin kecewa, Air matanya mulai menggenang.
"Justru disini yang bohongin perasaan itu Lo sendiri Mir, kalau misalnya Lo lebih sayang Juan ya gue ga apa apa. Lo gausah maksain diri buat sayang sama gue. Gue terima semua fakta itu kok Mir, gue ga mau Lo terkekang lagi."
"Sorry ya Mir kalo selama ini gue selalu paksa hati Lo buat berpihak sama gue, gue minta maaf. Sekarang gue bakal lepasin hati Lo,"
"Laksa, Lo beneran putusin gue?"
"Iya, emangnya kenapa? Salah? Atau Lo ngira ini bercanda?"
"Lo putusin gue gara gara Ayesha kan?"
"Ini ga ada hubungannya sama Ayesha, ini semua murni keputusan hati gue." Ucap Laksa datar.
"Jangan pernah salahin dia," lanjut Laksa dengan tatapan dingin.
"Laksa Lo pasti bohong kan?" Mira memeluk Laksa.
"Lo pasti masih sayang sama gue kan?"
Laksa tersentak, namun ia berusaha bersikap datar. Mata Laksa berair saat terdengar isakan kecil dari Mira.
"Laksa jangan diem terus!! Gue yakin Lo pasti masih sayang gue, jawab iya Laksa. Ayo kita ulang semuanya dari awal lagi—"
Laksa menyeka air matanya kasar, ia ingin mengelus rambut yang terurai itu namun rasanya sangat susah sekali.
"Iya Mir, gue masih sayang Lo. Enggak sekarang aja tapi Sampai kapanpun gue bakal terus sayang sama Lo."
Laksa hanya bisa menggerutu dalam hatinya, sambil sesekali menyeka air matanya yang nyaris menetes dibalik pelukan hangat Mira.
"Makasih Mir, makasih karena hati Lo udah mau tulus sama gue."
Laksa tersenyum saat Mira benar benar erat memeluknya.
"Tapi maaf, kita pisah sebentar dulu ga apa apa ya?"
"Laksa apa jawaban Lo sekarang berubah?" Mira melepas pelukannya, menatap Laksa dengan mata nanar.
"Jawaban gue ga bakal pernah berubah Mir. Makasih ya, semoga—"
"—Lo bahagia sama Juan."
