19

39 8 0
                                        

"Lo ga mau nonton si Jey hah?"

"Nonton lah anjir, ya kali gue kaga nonton." Jamal mengambil jaket Jeansnya yang tergantung di pintu kamarnya.

"Yaudah cepetan dong kesini, bentar lagi mau mulai." Samar samar suara Yudha menimpali.

"Iya gue juga ini mau kesitu, tapi masalahnya mama gue masih ada di ruang tamu, nanti gue pasti dimarahin kalo bilang mau nonton balap."

"Kan nonton doang, gabakal dimarahin kali."

"Kamus emak gue tuh, apa apa yang berhubungan sama balapan bakal tetep dilarang."

Dimas berdecak.

"Yaudah, Lo loncat aja dari jendela kamar."

"Buset, Lo ngerekomendasiin gue mati apa gimana anjir? Kamar gue kan tinggi."

"Ya abisnya Lo lama banget— eh atauga lewat pintu belakang aja. Bisa bisanya gue baru kepikiran," Saran Dimas antusias.

Jamal memetikan jarinya menandakan setuju.

"Tumben Lo pinter nyet,"



















































***























"Jamal ga bakal nonton si Jey? Jam segini belum kesini." Cetus Haikal sambil memakan camilannya.

"Halah dia mah paling nunggu emaknya tidur dulu," sahut Mahendra yang ada disebelah Haikal.

"Dia katanya udah otw," Dimas datang dan duduk disebelah Theo.

"Lo tau dari mana?" Tanya Theo sambil menghisap rokoknya.

"Gue tadi nelpon dia," Theo hanya ber oh, lalu membuang puntung rokoknya.

"Kal, minta rokok Lo coba." Theo menengadahkan tangan pada Haikal.

"Dih dih, miskin banget punya ketua. Masa rokok aja minta?" Haikal menggenggam bungkus rokok yang tadi ada di meja.

"Pelit banget Lo, lagian gue minta cuma sebatang doang," Theo membenarkan lip ring nya.

"Rokok gue tinggal dua batang lagi, minta bang Jey aja Napa bang?"

"Dih, gue ga punya rokok." Sergah Jey.

"Ngeles,"

"Dih sumpah, gue ga bohong. Stok rokok gue di sita sama mamih gue cuma gara gara mamih gue denger gue batuk batuk."

"Anak mamih kok ikut balapan," Ledek Yudha yang mendapatkan timpukan dari Jey.

"Mamih gue yang berlebihan, anaknya mah tetep lakik!" Jey mengelap kaca helmnya sebelum ia gunakan untuk balapan.

"Cepetan dong kal, Si Jey ga punya rokok."

"Punya bang Dimas aja ih, gue ga ada duit lagi buat beli rokok."

"Gue ga suka rokoknya Dimas, gue sukanya rokok punya Lo." Haikal menghela nafas.

"Kasih satu aja Napa Kal," Mahendra yang sedari tadi sibuk pun kini angkat suara.

Haikal melempar bungkus rokoknya kearah Theo, "Yaudah noh ambil aja, tapi kalo bang Jey menang balapan gantiin rokok gue sebungkus."

Jey melotot.

"Theo cuma nyebat satu batang, tapi Lo minta gantinya ga ngebrain banget."

"Sabodo,"

"Si Jamal Kukang apa gimana sih? Lama banget perasaan." Yudha membuang permen karetnya yang sudah terasa hambar.

"Tuh, orangnya Dateng." Mahen menunjuk kearah Jamal.

"Belom mulai?" Jamal datang dengan helm yang masih terpasang di kepalanya.

"Lawannya aja belom Dateng," Dimas  melirik kearah arlojinya.

"Kok bisa? Ini kan udah mau jam satu malem anjir. Emang lawannya bang Jey siapa?" Cerocos Jamal sambil merebut minuman milik Haikal.

"Genk nya Juan kan?"


"Dari tadi makanan gue Mulu yang di sosor. Kalian ga tau aja kalo makanan gue udah kadaluarsa semua—ANJIR JOROK!" Haikal mengusap wajahnya yang terkena semburan minuman dari mulut Jamal, Jamal langsung menimpuk Kepala Haikal pelan.

"Gila Lo ngasih gue minuman kadaluarsa?" Jamal mengusap bibirnya yang belepotan.

"Ya kaga lah anjir, gue masih waras kali. Baju gue jadi basah gini, tai banget lu." Cetus Haikal yang membuat Jamal meminum minumannya kembali.

"Ngomong ngomong soal si Juan, gue denger gosip katanya dia pacaran sama Caitlyn ya?" Ucapan Jey refleks membuat Jamal menyembur Haikal dengan minuman yang ada di mulutnya lagi.

"SEMBUR AJA TEROS!!" Teriak Haikal yang membuat tawa Dimas dan Mark pecah. Bahkan Yudha pun ikut tertawa.

Colab nih ngakaknya  ༎ຶ‿༎ຶ

"Pundung nih gue, dinistain Mulu dari tadi." Gerutu Haikal sambil menepuk nepuk bajunya yang semakin basah.

"Yaudah Pundung aja sana, balik aja Lo. Lagian kita ga butuh Lo," Theo langsung tertawa saat Haikal melempar botol plastik kearahnya dengan wajah kesal.

"Sorry dong Kal, nih elap aja." Jamal melemparkan lap ke wajah Haikal.

"Goblok Lo, dikira muka gue kompor mehong apa disuruh pake lap ginian." Jamal lagi lagi menoleh kearah Haikal yang banyak bacot.

"Gue ga punya tisu anjir,"

"Nih nih tisu, kasian gue liat Lo." Dimas memberikan tisu.

"Eh Jey, Lo serius anjir?" Sergah Jamal pada Jey.

"Apaan?"

"Juan beneran pacaran sama Caitlyn?"

"Ya gue denger denger sih gitu," Beberapa detik setelah Jey mengucapkan kalimat itu, Jamal langsung menendang meja kau yang berada dihadapannya.

"Anjir lu Mal, Lo kenapa?"

"Brengsek banget tu anak, dia udah ada
Di sini belum?" Jamal melihat lihat kearah kumpulan genk sebelah.

"Tuh, baru datang barengan sama lawannya bang Jey." Sahut Mahen yang membuat Jamal langsung berdiri dan menyerang Juan yang baru saja turun dari motor.

"BANGSAT!"

Seluruh perhatian langsung terpusat pada Jamal yang menyerang Juan tanpa aba aba. Juan menyeka darah di hidungnya kasar.

"Lo stress ya? Tiba tiba pukul gue?" Juan menengadah ke arah Jamal.

Jamal tersenyum miring sambil menarik kerah jaket Juan kasar.

"LO YANG STRES BAJINGAN!"

Juan menepis cengkraman kasar Jamal, ia berdiri menyetarakan tingginya dengan Jamal.

"Lo punya masalah apa sama gue?"

"LO SELINGKUHIN ADEK GUE HAH? DASAR BAJINGAN GA TAU DIRI!" Jamal mendorong tubuh Juan hingga terpental dan jatuh kembali.

"Mal, santai sedikit. Gausah main kasar gitu," Jamal menepis cekalan tangan Jey.

"Gue punya hak buat kasarin dia, dia udah selingkuhan adek gue Jey!—Bangun Lo bangsat!" Jamal menarik lagi kerah Jaket Juan kasar.

"Heh Lo ga ada hak buat ngatain gue bajingan. Lagian ya adek Lo yang terus ngejar ngejar gue, Gue sama adek Lo kan ga punya hubungan apa apa. Jadi gue bebas dong mau pacaran sama siapa aja?"

Jamal meninju pipi Juan, sedangkan Juan hanya menyeringai.

"Gue bakal bocorin semua kebusukan Lo!"

"Ga segampang itu tolol! Kalo Lo mau bocorin semua itu tanding dulu sama gue! Kalo Lo menang Lo boleh bocorin semuanya ke adek Lo yang bego itu, kalo Lo kalah— ya Lo tau sendiri konsekuensinya."

Jamal menatap Juan sengit, Lalu Jamal merebut helm dari tangan Jey.


















"Siapa takut? Lo pikir gue takut sama ajakan konyol Lo?"

Senar Laksara | LucasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang