"Eh Eh mau kemana lu Mir?" Tahan Jasson sambil mencekal erat pergelangan tangan Mira.
Merasa ditahan, Mira menolehkan kepalanya ke arah Jasson. "Mau keluar bentar," Jawabnya yang lagi lagi membuat Jasson mencekal lengannya.
"Kemana? Gue anter ya?" Jasson meraih helmnya yang baru saja ia simpan di meja tadi, karena Jasson juga baru pulang dari luar.
"Ah gak usah, lagian gue gak keluar jauh jauh ini. Lu juga pasti capek kan abis pulang dari rumah Mahen." Pertanyaan Mira memang ada benarnya bagi Jason, Rumah Mahen lumayan jauh dan cukup membuat dirinya agak lelah juga.
"Yaudah deh, tapi hati hati ya lu. Awas aja kalau balik kenapa Napa, kalo ada apa apa langsung telpon gue!" Cerocos Jasson.
"Iya iya cerewet banget lu,"
Jasson menahan lagi tangan Mira saat Mira hendak keluar rumah.
"Apa lagi sih?" Mira yang sudah kesal dengan Jasson yang terus menahan tangannya menampakan wajah ogah ogahan.
"Pastiin Lo udah izin sama bang Jamal kan?" Mira menghela nafasnya, membuka ponsel dan memperlihatkan roomchat dirinya dengan Jamal pada Jasson.
"Udah wawancaranya?"
Jasson terkekeh, "Ya gue takutnya Lo belom izin, nanti kalo ada apa apa gue gak mau ribet sendiri anjrit!"
"Hih dikira gue bocah kali ya-" Mira hanya merespon seperti dengan dengusan kecil di akhir kalimatnya.
"Jam delapan harus udah balik ya! Gak boleh pulang larut malem!" Mira yang tadinya tak peduli matanya langsung tersorot pada Jasson dengan tatapan tak terima.
"Siapa Lo ngatur ngatur gue?" Ucap Mira lalu langsung pergi berlalu tanpa mendengar jawaban Jasson.
Mira sengaja ingin pergi jalan jalan keluar rumah, Laksa bilang banyak tempat di Bandung yang selalu menjadi kenangan bagi dirinya dan mira dulu. Walau dulu cinta mereka berdua tak saling berbalas sepenuhnya.
Niatnya sekarang, Mira ingin mengunjungi tepat tempat yang Laksa ceritakan waktu malam kemarin kemarin Mira berpikir siapa tau dengan Mira mengunjungi tempat tempat itu ingatannya bisa kembali sebelum Laksa melaksanakan operasi.
Dugh-
"Akh-" Mira agak sedikit meringis saat tubuhnya di tabrak lumayan agak keras oleh seseorang laki laki yang sepertinya dalam keadaan mabuk dan setengah sadar.
Mira kembali berjalan, tak ada niatan untuk memberi balasan atau respon pada laki laki yang terlihat setengah sadar dan berjalan lunglai ke arah yang berlawanan dengan Mira.
Namun saat Mira sedang asik berjalan sambil menikmati suasana sejuknya angin malam, tangan Mira malah tiba tiba di tarik dan dibawa ke sebuah tempat, yang Mira sendiri tak tahu tempat apa itu.
"Eh-lepasin!!!" Mira mencoba memberontak namun seseorang itu terus menerus menariknya membawa dirinya. Mira pun tak tahu ia akan dibawa kemana.
Orang yang menariknya itu adalah laki laki setengah sadar yang menabrak Mira tadi.
"LEPASIN GAK!"
laki laki yang sedang mabuk itu membuka masker dan topi yang menutupi wajahnya.
"J-juan?"
Juan tersenyum saat mendengar Mira memanggil namanya, mata sayunya menatap Mira dengan lekat.
"Kenapa?"
"Gak usah Deket Deket," Mira agak menjauhkan wajah Juan dari wajahnya. Bau alkohol benar benar menyeruak, membuat Mira agak sedikit mual.
"Kenapa gausah Deket Deket! Kamu kan pacar aku! Jadi aku bebas mau lakuin apa aja sama kamu!" Juan mencengkram rahang Mira agak keras.
Mira mencoba melepaskan cengkraman Juan di rahangnya.
"Juan sadar!"
"Gue gak bakal pernah sadar lagi!" Sahut Juan cepat sambil mengekang Mira dengan kedua tangannya agar Mira tak bisa lari.
"Karena dengan gue sadar, dan gue mencoba jadi orang baik. Semuanya malah tambah hancur,"
"Dan Lo hancurin hubungan gue sama Sisil seenaknya!" Kalimat terakhir Juan agak sedikit meninggi dari kalimat kalimat sebelumnya.
"Juan plis Lo apa apaan sih?" Mira masih mencoba memberontak pada Juan yang malah semakin mendekatkan wajahnya.
"Lo yang apa apaan mir! Gak seharusnya Lo hancurin hubungan gue kayak gitu!"
"Siapa yang hancurin hubungan Lo sih? Gue kan gak tau kalau Lo sekarang bukan pacar gue lagi!"
"Gue tau Lo amnesia, tapi amnesia Lo bikin semua hubungan gue hancur bangsat!"
"Kalo Lo gak mau hubungan Lo hancur harusnya Lo bertindak dari awal dan Lo ngehindar dari gue bukannya malah nolong gue!"
"Soal hubungan Lo hancur atau apa kan itu urusan Lo, dan gara gara Lo. Dari awal kan gue gak tau apa apa, kalo Lo nya ngehindar juga kan gue gak mungkin Deket Deket Lo terus!!!"
Plakkk
Mira menatap Juan dengan matanya yang penuh dengan air mata, rasa perih bekas tamparan itu masih menjalar.
"Lo bilang hubungan gue hancur karena gue sendiri?"
Mira hanya menatap mata sayu Juan.
"Enak banget Lo ngomong kayak gitu?" Nada bicara Juan terdengar agak sedikit mencekik untuk Mira.
"Hubungan gue ya hancur karena Lo-"
Juan menunjuk nunjuk wajah Mira kasar.
"Otomatis gue juga harus hancurin masa depan Lo sama Laksa!" Nyali Mira agak menciut saat Juan mengacungkan pisau kecil yang sangat tajam.
"Juan please Lo jangan macem macem!"
Mira mencoba menghindar namun jaraknya sudah benar benar berada di ujung, ia tak bisa lari kemana mana lagi.
"Gue gak akan macem macem kalau Lo nya gak macem macem Mir!" Juan mendekatkan pisau itu ke wajah Mira.
Secepatnya Mira menepisnya.
Juan melihat ke arah pisau yang jatuh dan tergeletak di bawah.
"Oh lo gak mau gue main bunuh bunuhan?" Juan mengeluarkan smirknya yang terkesan agak seram.
"Its okey, maybe sex is the best way."
"JUAN JANGAN GILA!"