Laksa berhenti di warung pinggir jalan di sekitar lampu merah. Pemilik warung yang sudah mulai akrab dengan Laksa pun menyambut kedatangan Laksa dengan ramah.
"Loh a, si neng nya ga ikut nonton konser gratis lagi?" Laksa tertawa lalu duduk di kursi kayu.
"Pacar Aca lagi ada tugas tambahan ambu,"
Wanita itu menyandarkan sapu lidinya,
"Yaudah bentar atuh ya, Ambu bikinin kopi dulu buat Aca." Laksa mengangguk senang, lalu duduk dikursi pinggiran jalan.
Sore ini senja terlihat begitu indah, sayangnya Laksa tidak bisa menikmati keindahan ini bersama Mira.
Laksa sangat menyukai ini, angin sepoi Sepoi yang membelai rambutnya, iringan biola yang dengan santun masuk kedalam telinga Laksa. Tak lupa juga senja yang selalu terlihat indah di balik indahnya jembatan pasupati yang perlahan di hiasi lampu warna warni yang mulai menyala secara perlahan membuat semuanya semakin terlihat indah di indera penglihatan Laksa.
"Mir, tumben ya hari ini bagus banget langitnya. Padahal hati gue sekarang lagi ga baik baik aja," Laksa berbicara dengan spontan. Meskipun hanya mendapat respon hembusan angin, Laksa tak henti hentinya tersenyum.
Semua pemandangan indah yang dilihatnya secara tidak langsung mengobati lukanya secara perlahan.
Jika Laksa memutuskan untuk menonton konser gratis itu mengartikan hati Laksa sedang tidak baik baik saja, Namun Mira tak pernah peka akan hal itu. Mira selalu menganggap itu adalah hal biasa yang Laksa sukai.
Seberapa banyak bangunan di kota Bandung yang menjulang tinggi tepat di depan Laksa, Laksa hanya fokus pada satu bangunan cafe kecil.
Plot twist, ternyata Mira dan Juan juga berada tak jauh dari posisi Laksa. Mereka bersebrangan, namun Mira tak menyadari keberadaan Laksa disini.
"Aca nih kopinya udah Ambu bikinin." Laksa menerima kopi tersebut dengan senyuman girang.
Laksa menghirup aroma kopi itu.
"Diminum atuh Ca, kamu mah kebiasaan. Masa mau di hirup aromanya aja? Ambu ke dapur dulu ya," Ambu dan Laksa sama sama tertawa kecil sebelum Ambu memutuskan pergi ke dapur lagi, sesering itu memang Laksa berkunjung di warungnya. Sampai si pemilik warung yang sudah akrab dipanggil dengan sebutan Ambu pun tahu apa saja yang Laksa sukai.
Baru saja ia meminum berapa tegukan, perhatiannya langsung teralihkan pada ponselnya yang berdering.
Laksa sedikit heran saat melihat El yang menelponnya.
"OMMM ACAAAA!!!!!"
Laksa mengusap telinganya, "Kebiasaan deh, sakit nih telinga gue. Jangan teriak teriak bisa kan? Udah Kayak Kakak Lo aja."
El mendengus sebal saat mendapat Omelan dari Laksa.
"Kenapa lagi ai kamu?" Tanya Laksa.
"Kak miya beyum demput El, om! Om demput El yayaya?"
"Loh, emang kamu dimana? Masih disekolah?"
"El abyis bimbey om!! El tatut taw temen temen El udwah pada di demput!"
"Bang Jamal juga ga jemput kamu?" Laksa menyimpan cangkir kopinya di meja.
"Ndakk ih, matanya El teyepon om juda! El Ndak ada yang demput! Cepwetan ihh om!"
"Yaudah, tunggu disitu om jemput."
"Loh Jidat sisi kenapa?" Mira mengusap kening Jessie yang tampak memar.
"Dia ketiban jemuran lagi," Juan datang sambil membawa kue ulang tahun Jessie.
Mira tertawa.
"Sampe sekarang masih suka ketiban jemuran?" Juan juga tertawa.
"Gatawu tuh, jemulan mama nakal baneut! Jadi jeyek dweh mwuka sisi." Cadelnya yang membuat Mira mencubit pipi Jessie gemas.
"Udah, gausah ngambek ngambek gitu. Tiup lilin nya nih si." Juan menyalakan api kecil untuk menyalan lilin.
"Jangan lupa berdoa, sisi mau minta apa sama tuhan?" Lembut Mira yang membuat Juan tertegun.
"Sisi cuma mau aneu miya, cama bang Juan kayak dulwu lagi. Sisi kwangen baneuut."
Mira dan Juan langsung saling menatap, bagaimana bisa Jessie meminta itu? Keadaannya kan sudah benar benar berbeda.
Mira tak tahu, ia harus mengaminkan atau tidak."Ga ada harapan lain? Atau kemauan kamu yang lain gitu?"
Jessie menampakan mata berbinarnya.
"Emang doanya sisi salah ya?"
Juan kembali menatap Mira, lalu menghela nafasnya pelan.
"Doa kamu ga salah, tapi—"
"KAKAAAAAA!!!"
Ketiganya menoleh kearah sumber suara.
"Loh El? Kok kamu ada disini? Kamu kesini sama siapa?" El menoleh ke belakang dan Mira menemukan Laksa yang baru saja masuk kedalam cafe.
"Loh Laksa? Kok Lo ada sama El?"
"El mayah ya sama Kaka! Bukwannya demput El malah pacalan cama dia!" El mendengus kesal ke arah Juan dan Jessie.
"Cwepet Puyang!" El menarik tangan Mira.
"IHH ANEU KWAN LAGWI LAYAIN ULAN TAUN NYAH SISI!" Jessie sama sama menarik tangan Mira.
"INI KAKA GUWE! Ga boyeh pindem pindem! Emangnyah Kaka guwe balang kledit apah!" El melotot kearah Jessie.
"El, jangan galak galak gitu. Serem kamu melotot melotot gitu."
"Audeh, El malah ya cama kak miya! Cwepetan Puyang! Atau El malah nih!"
"Eh kok pulang? Kasian sisi masa lagi ulang taun malah di tinggalin? Jangan marah marah gitulah, nanti cepet tua."
"Bialin ajah, El Ndak peduyi!"
"Loh El kok gitu sih? Ga baik tau kayak gitu, minta maaf sana sama om Juan, sama sisi juga minta maaf."
"Ndak mawuu! Kaka jugwa sakitwin om Aca, itu jugwa Ndak baik tawu!"
Mira langsung menatap Laksa yang sama sama kaget dengan ucapan El.
LOH KOK ADEKNYA LEBIH PEKA?—Laksa
#juankenamental