Mata Juan sedari tadi terus tersorot pada ponsel Mira yang terus menerus menampakan nama Laksa yang terus menelponnya.
"Kenapa?" Juan langsung mengalihkan atensinya pada Mira.
"Kamu kenapa gak angkat telfon? Ada yang nelfon tuh." Tanya Juan sambil menyetir.
"Aku tau, tapi aku lagi males angkatnya." Mira melahap burgernya dengan malas.
"Tapi coba angkat dulu, siapa tau penting." Juan masih berusaha menyuruhnya agar perempuan di sebelahnya itu mau mengangkat panggilan dari kekasih sesungguhnya.
"Dia pasti cuma mau ngomong kalo aku harus inget inget dia, padahal kan sebelum sebelumnya aku gak pernah ketemu dia dan gak pernah menjalin hubungan sama dia. Aku males kalau harus terus terusan dibujuk buat inget ingetin hubungan aku sama dia, padahal kan aku gak pernah punya hubungan apapun sama dia."
"Pacar aku itu kamu bukan dia!" Jelas Mira agak tegas.
Juan hanya bisa bungkam, ia juga tidak bisa menolong banyak. Jika Mira saja tak mau mengingat nya Juan bisa apa.
"Tapi sebenernya aku sama kamu itu udah lama putus Mir," Mira langsung tersedak, Juan langsung memberhentikan mobilnya dan membuka tutup botol mineral dan menyodorkan sebotol air mineral pada Mira.
"Pelan pelan dong makan nya," Juan menepuk nepuk punggung Mira pelan.
"Abisnya kamu ngomong kayak gitu ke aku maksudnya apa? Ngeprank aku gitu?"
"Aku gak ngeprank kamu kok, aku serius soal itu. Kita udah lama putus, dan sekarang kamu pacar Laksa bukan pacar aku."
"Juan kamu gak bohong kan?"
"Buat apa aku bohong?" Tanya Juan sambil fokus menatap jalanan depan.
"Nggak nggak, kita gak pernah putus."
Juan diam.
"Kamu kalau mau putusin aku jangan pake acara bohong kayak gini segala Juan."
Juan menghela.
"Apasih aku gak bohong, aku cuma mau jelasin semuanya. Karena aku mau kita fokus ke jalan hubungan masing masing. Gak seharusnya kita kayak gini lagi Mir,"
Jawab Juan dengan agak nyaring, Mira hanya mematung. Jujur selama tiga bulan ini tiba tiba ada perasaan dulu yang kembali muncul di benak Juan. Dan Juan ingin sekali menghindari hal itu, namun ia tak tahu harus melakukan apa.
Dirinya tak mau menyakiti Sisil, bahkan ia juga tak mau jika nanti Mira akan tersakiti lagi. Juan sudah lelah jika harus terus jadi orang jahat dan merusak hubungan antara Mira dan Laksa.
Karma itu membuat dirinya benar benar sadar akan semua dosanya.
Di waktu yang bersamaan dengan diamnya Juan dan Mira, layar handphone Juan Tiba tiba menyala dan menampilkan foto seorang perempuan yang tak Mira kenali.
"Dia siapa?"
"Dia pacar aku,"
Mira diam tak merespon Juan lagi, ia hanya bersandar pada kursi mobil.
"Turun, kita udah sampe." Mira melirik Juan dengan tatapan dingin.
Tanpa mengucapkan apapun Mira langsung pergi keluar dari mobil, keduanya kini sedang berkunjung ke sebuah cafe.
Mira berjalan terlebih dulu meninggalkan Juan yang masih berada di dalam mobil. Entah kenapa hatinya merasa benar benar sakit saat Juan mengatakan hal itu.