"Loh Mal ngapain lu kesini?" Tanya Qian yang baru saja membuka pintu, karena sedari tadi pintu rumah mereka diketuk.
"Mira ada Dateng kesini gak?" Tanya Jamal agak gelisah.
"Loh Mira gak ada Dateng kesini, sini masuk dulu." Jamal masuk kedalam rumah mereka dan duduk di sofa.
"Serius Mira gak ada Dateng kesini?" Tanya Jamal lagi.
"Gue serius, Mira gak ada Dateng kesini." Jelas Qian.
"Mira kenapa emangnya?" Itu Devan yang menimpali.
"Dia gak ada dirumah seharian ini, gue udah coba cari kemana mana gak Nemu Nemu."
"Udah coba di telpon bang?" Tanya Yasa.
"Udah, handphone nya aktif tapi dia gak ngangkat panggilannya." Jamal semakin merasa cemas.
"Mungkin dia Dateng ke makamnya Laksa," Semuanya langsung menoleh pada Wira.
"Lo udah cek kesana?" Tanya Hendy ikut menimpali ucapan Wira.
"Gue udah coba cari kesana, tapi gak ada. Makannya gue datang kesini takutnya ada disini."
"Tapi Mira beneran gak ada disini,"
"Gue harus cari kemana lagi? Gue gak mau dia kenapa Napa."
****
Semilir angin malam menghembus rambut Mira dengan lembutnya, hembusan angin itu sama persis seperti Laksa yang selalu mengusap rambut panjangnya.
Seharian ini Mira diam di depan warung Ambu, mendengarkan lagu lagi yang dinyanyikan di lampu merah sana.
Matanya sudah sembab, karena ia tak henti hentinya menangis. Entah sudah berapa banyak panggilan dari Jamal dan Jasson yang sengaja tak ia angkat.
Mira benar benar sedang gak ingin berkomunikasi dengan siapapun, rasanya ia hanya ingin sendirian. Menangis sendirian, meratapi kerinduannya pada Laksa yang tak akan kembali lagi padanya.
"Laksa, kenapa Lo malah pilih buat tinggalin gue sama yang lain?"
Tutur Mira dengan tatapan kosong yang tertuju pada jalanan yang banyak di lewati oleh kendaraan yang belalu lalang.
"Kurang sayang apa kita semua sama Lo sampe Lo tinggalin kita semua kayak gini?"
Lagi lagi Mira bermonolog dengan suara lirih.
"Lo tau? Ada satu orang yang paling sakit di tinggalin sama Lo Lak."
Mira tertawa.
"Iya, jujur gue kecewa banget sama Lo Lak." Mira menatap cincin beruliskan nama Laksara yang melingkar di jari manisnya.
"Buat apa Lo pulang kalau tujuan pulang Lo bukan buat ketemu sama gue?"
"Tau gini, gue lebih baik relain lo tetep di Belanda dan lebih rela LDR dari pada kita pisah makin jauh kayak gini."
"Lo bilang Lo kangen bikin kenangan di Bandung, Lo bilang Lo kangen nonton konser gratis di lampu merah bareng gue, dan sekarang giliran lampu merah udah nungguin kita berdua—"
"—lo malah pergi gitu aja, ninggalin luka di hati gue."
Mira tertawa kecil.
"Gue emang bodoh, bisa bisanya gue masih berharap Lo buat kembali Lak."
Disela sela tawa kecilnya, Mira meneteskan air matanya.
"Gak ada salahnya kan berharap?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Senar Laksara | Lucas
Hayran KurguLaksa, Stopan lampu merah udah nungguin kita.