"Sana masuk," titah Laksa.
"Ini beneran buat gue?" Ayesha melihat kearah kotak pemeberian Laksa tadi.
"Iya,"
"Tapi kan Lo beli ini buat Mira, kenapa malah di kasih ke gue?"
"Mira udah ga butuh lagi, jadi dari pada nganggur mending buat Lo aja." Laksa kembali memakai Helm.
"Lo ga mau mampir dulu?"
"Ga deh, gue langsung balik aja. Bye," Laksa menggas motornya.
Ayesha menatap Laksa dengan senyuman yang semakin mengembang. Lalu ia menatap kotak tersebut dengan mata berbinar.
Entah apa itu isinya, Ayesha tak peduli. Ia sangat karena yang memberikan hadiah tersebut adalah Laksa.
Ayesha berlari masuk kedalam rumah, dengan perasaan yang semakin bahagia.
"Dih, kenapa Lo?" Jey menghadang Ayesha yang hendak masuk kamar dengan senyuman yang mengembang di bibirnya.
"Apasi bang?" Senyuman Ayesha sirna dalam beberapa detik.
"Lo kenapa? Cengar cengir kayak orang stress Lo." Jey melipat tangannya didada, ia bersandar pada pintu kamar Ayesha.
"Gue? Cengar cengir? Ngga ah." Elak Ayesha sambil berjalan masuk kedalam kamar.
Jey mengikuti Ayesha dari belakang. "Kenapa Lo bisa di anter sama Laksa?"
"Kepo banget Lo,"
Jey menatap Ayesha penuh selidik, ia melihat penampilan Ayesha yang nampak berbeda. Tak biasanya Ayesha memakai dress.
"Lo abis kencan sama Laksa Pake baju begituan?" Ayesha menatap gaunnya yang berwarna merah marun itu.
"Ya ngga lah, gila aja gue kencan sama Laksa. Gue abis dari ulang tahunnya Mira. Gue pergi berangkat bareng dia."
"Terus kenapa dia malah anterin Lo? Harusnya dia kan sama Mira."
"Lo lupa ya kalo cintanya Laksa itu ga berbalas?"
"Laksa keliatan bete gara gara ada Juan lagi?" Ayesha mengangguk.
"Udah deh pergi sana, gue capek mau tidur." Ayesha mendorong tubuh Jey keluar kamarnya lalu menutup pintu kamar dan menguncinya.
Ayesha duduk di depan meja belajarnya, lalu membuka kotak pemberian Laksa tadi.
"Gelang ini?" Senyuman Ayesha semakin mengembang saat melihat gelang pemberian Laksa.
"Ini kan gelang yang gue mau," Ayesha mengenakan gelang tersebut. Lalu ia meraih ponselnya.
Laksa
Thanks buat hadianya
****
"Lo pake dress tapi sepatunya sepatu gitu? Ga ada sepatu lain apa?" Laksa memperhatikan penampilan Ayesha mulai dari rambut ikalnya, dress merah marunnya dan sepatu sandal laki laki yang dikenakannya.
Ayesha sama sama menatap sepatu sandalnya.
"Lah emang kenapa? Jelek ya gue?"
"Ya ngga sih, tapi kenapa ga pake sepatu yang imut imut aja gitu biar lebih cocok."
"Halah, males gue pake sepatu begituan. Yang ada kaki gue ntar lecet pake sepatu gitu. Gue juga sebenernya kurang suka pake dress tapi ya gimana? Biarin ajalah cuek aja, lagian cuma ngasih kado ke Mira doang."
"Terus kenapa Lo ga berangkat sendiri aja sih? Malesin banget tau ga." Cibir Laksa sambil memberikan helm pada Ayesha.
"Bang Jey gabisa anterin gue, lagian Lo juga sama sama mau kesana kan? sekali kali tolong temen lah anjir." Ayesha menurunkan kaca hitam helm Laksa.
"Yaudah cepet naek, inget ya ini nggak gratis. Bayar ceban Lo sama gue,"
"Utang Lo aja banyak sama gue, udah cepetan jalan keburu telat nih."
"Kita telat banget ga sih? Kok belom ada orang? Apa udah pada pulang gitu ya?" Ayesha turun dari motor Laksa.
"Palingan belum pada Dateng," Laksa menatap Ayesha yang pergi dengan helm di kepalanya.
"Heh tolol!"
Ayesha mengkerungkan wajahnya, "Apaan?"
"Buka dulu helm Lo tolol, kebiasaan banget." Ayesha meraba kepalanya lalu nyengir.
"Nih, tapi di dalem kayaknya ada orang. Mau sekarang aja?"
"Ya iya, hayu cepet masuk." Laksa menarik tangan Yesha berjalan masuk kedalam rumah Mira.
Namun baru saja mereka berjalan sampai gerbang, langkah Laksa terhenti saat melihat Mira yang duduk di sofa bersama Juan.
Bukan bukan itu bagian yang membuat Laksa sakit hati, Laksa sudah kebal akan semua hal itu. Tapi yang membuat hati Laksa sakit adalah Juan memberikan hadiah yang sama pada Mira.
Padahal Laksa sudah menabung lama untuk membeli hadiah ini, tapi mengapa malah Juan yang terlebih dahulu memberikannya pada Mira?
Yesha yang sedari tadi menatap Laksa bengong pun menjentikkan jari nya.
"Malah bengong, Lo kenapa sih?" Laksa tak menjawab, ia malah memberikan kotak itu pada Ayesha secara tiba tiba dan ia langsung pergi ke arah motornya kembali.
"Gue mau pulang, kalo Lo mau tetep Disini yaudah. Gue balik duluan ya," Laksa memakai helmnya dengan raut wajah kesal.
"Loh loh kok gitu? Terus ini hadiahnya Lo ga kasih ke Mira apa?"
"Mira udah gabutuh hadiah itu, buang aja kalo bisa."
"Dih kok di buang, sayang tau."
Laksa meroling matanya.
"Yaudah dari pada di buang mending buat Lo aja, gue balik duluan. Titip salam ke Mira, bilang aja gue lagi sibuk ngerjain tugas skripsi." Laksa menyalakan motornya namun Ayesha malah mencekalnya.
"Yaudah gue juga ikut balik sama Lo,"
Ayesha mungkin sedikit sedih melihat Laksa yang terlihat kecewa pada Mira. Tapi ia juga bisa apa? Tak ada yang bisa dirinya lakukan selain menghibur Laksa.
Karena pada dasarnya, hati Laksa memang untuk Lumira bukan untuknya. Laksa memang bertepuk sebelah tangan, dan Ayesha pun sama. Seseorang yang Ayesha ceritakan pada Laksa itu sebenarnya Laksa sendiri bukan orang lain.
"Gue tau Lo sedih, tapi disisi lain gue ngerasa bahagia karena Lo kasih gelang ini Sa."
"Meskipun tadinya Lo beli gelang ini buat Mira, bukan buat gue. Tapi gue tetep ngerasa bahagia." Ayesha memeluk gelangnya.
Tak lama bang Jey datang mendobrak pintu kamarnya dengan nafas terengah engah.
"Lo kenapa bang? Ada ulet di dapur?"
Jey menggeleng, ia mengatur nafasnya.
"Terus kenapa Lo panik gitu?"
"Laksa kecelakaan,"