"Juan jangan gila!!!" Teriak Mira sekeras mungkin, disaat yang bersamaan tiba tiba memori dalam pikirannya kembali seperti semula, ingatannya langsung kembali pada kejadian waktu Mira mengalami hal yang sama waktu itu.
Mira mengingat semua konfliknya dengan Juan, bahkan dia ingat soal konflik kenapa mereka memutuskan hubungan mereka berdua.
"KALO KAMU GAK GILA! AKU GAK AKAN GILA MIRA!!!" Teriaknya frustasi sambil mencengkram rahang Mira, dan mulai mengambil ancang ancang untuk melumat bibir merah itu.
Saat hendak mengecup bibir Mira, Tubuh Juan tiba tiba diterjang hingga terpelanting lumayan jauh.
"BANG JEY!" Teriak Mira meskipun kepalanya agak pening, Mira sadar betul jika yang menendang Juan tadi adalah Jey.
"Kamu kesana dulu!" Key menarik lengan Mira agar menjauh, sedangkan Key menghampiri Juan dan menghajarnya.
"BERANI BERANINYA LU MAU RUSAK MIRA?" Tinjuan mendarat dengan mulus di wajah Juan, Juan menatap Johnny dengan tatapan sayu dan hidung yang penuh dengan tetesan darah.
"LO GAK TAU URUSANNYA! JADI LO GAK BERHAK IKUT CAMPUR SAMA URUSAN GUE SAMA DIA!"
Jey menarik kerah baju Juan kasar.
"Gue emang gak tau apa urusan dan apa masalah Lo sama Mira! Tapi perlakuan Lo ke Mira itu bikin gue murka! Dasar cowo brengsek!" Jey menghempas tubuh Juan hingga terjatuh terbaring di tanah.
Juan hanya menyunggingkan senyumannya, meski seluruh wajahnya sudah terasa remuk di tinju oleh Jey.
"Yang Lo tolongin itu lebih brengsek anjing!"
Jey tidak memperdulikan itu, "Pergi Lo, sebelum gue berubah pikiran!" Jey meninggalkan Juan yang masih terbaring di tanah.
Ia lebih memilih untuk menghampiri Mira, yang sedang terduduk lemas didekat mobilnya.
Jey berjongkok, menyetarakan tingginya dengan gadis itu.
"Lo gak apa apa kan Mir? Tadi Juan belum sempet apa apain Lo kan?"
Mira yang tadinya fokus memijat pelipisnya kini menoleh pada Jey sambil menggeleng kecil.
"Mira gak kenapa Napa kok bang, makasih ya." Lemasnya sambil menatap Jey.
Jey tersenyum sekilas, "Yaudah gue anter balik ya?" Mira mengangguk, merasa tawarannya disetujui oleh Mira, Jey langsung menuntun gadis itu untuk masuk kedalam mobilnya.
"Apa yang sakit?" Tanya Jey sambil masih sibuk memasangkan sabuk pengaman pada tubuh Mira.
"Mira cuma lemes doang bang," Ucapnya pelan.
"Kenapa Lo masih urusan sama manusia brengsek itu sih?" Tanya Jey terheran heran, Jey tidak mengetahui insiden soal Mira yang amnesia, karena Jey baru saja pulang dari luar kota.
"Mira amnesia bang,"
"Hah?" Jey menengok dengan cepat sambil menatap Mira tambah heran.
"Iya, karena kecelakaan waktu jatuh di toilet itu Mira amnesia. Tapi sekarang Mira udah inget semuanya," Lirih Mira sambil menatap jalanan, Jey hanya fokus mengemudikan mobilnya.
"Mira udah inget siap Juan, udah inget juga sama Laksa."
"Oh gue tau, Lo pasti nyangka Juan itu masih jadi pacar Lo?" Mira mengangguk saat Jey bertanya itu padanya.
"Hampir aja dia rusak Lo, pantes aja tadi gue pengen banget lewat situ!" Jey masih terlihat kesal saat melihat perlakuan brengsek Juan tadi.
"Makasih ya bang, tapi kalau dia gak lakuin itu tadi mungkin gue gak bakal inget semuanya. Jadi menurut gue itu ada sisi baiknya meskipun ya gue hampir celaka."
Jey hanya mengangguk.
"Tapi bang," Mira menoleh sepenuhnya ke arah Jey.
Jey menaikan alisnya.
"Jangan pernah bilang masalah ini ke bang Jamal ya, gue gak mau bikin keributan lagi. Cukup gue sama Abang aja yang tau soal masalah ini."
"Oke, gue bakal bantu Lo buat nutup masalah ini dari Jamal bahkan ke orang orang juga. Tapi Lo gak boleh lagi berurusan sama manusia itu, gue takut Lo tambah celaka tanpa sepengetahuan gue ataupun yang lain."
Mira tersenyum teduh, ternyata meski penampilan Jey seperti berandalan. Laki laki jangkung teman abangnya itu tak brengsek seperti orang orang luaran sana.
"Nah tuh orangnya nelpon," Mira langsung melirik pada ponselnya yang menampakan panggilan dari Jamal.
"Masih dimana?"
Saat Mira mengangkat panggilan, pertanyaan itu yang pertama Jamal lontarkan. Namun nada bicara Jamal terdengar agak datar dari biasanya. Mira sempat berkontak mata dengan Jey sekilas.
"Lagi jalan balik, lagian gue dianterin sama bang Je—" ucapan Mira terpotong karena Jamal tiba tiba memutus ucapannya.
"Kalo gak ada Jey, hidup Lo nanti bakal gimana hah?"
Mira dan Jey langsung bertatapan dengan perasaan tersentak saat Jamal mengucapkan hal itu.
"Gue udah tau, cepet balik!"
Jamal mematikan sambungan teleponnya sesudah berbicara dengan nada kesal itu. Jey sama kagetnya dengan Mira.
"Kok dia bisa tau sih Mir?"
"Abang Lo cenayang kah?" Lanjut Jey.
Jey mikir keras