Jangan lupa Vote sebelum atau sesudah membaca untuk menghargai karya penulis!
Happy Reading 💜
•••
Jihan menatap aneh pada Dima yang berbaring di sampingnya setelah keluar dari kamar mandi, tumben sekali, biasanya Dima selalu berkutat dengan laptop atau bukunya sebelum lelaki itu tidur. Namun, malam ini berbeda dan hal itu sontak mendapatkan tanda tanya besar di kepala Jihan.
Dima berbaring memunggungi Jihan sehingga ia tidak bisa melihat wajah lelaki itu.
Jihan tidak ambil pusing dan kembali menonton televisi yang berada di kamar mereka, hingga beberapa menit kemudian Dima terus bergerak gelisah membuat Jihan sedikit risih karena pergerakan yang dilakukan oleh Dima.
Belum juga Jihan melayangkan ucapannya, Dima sudah terlebih dulu berucap "Jihan, bisa tolong kecilkan AC nya? Saya kedinginan"
"Ck! Pake aja selimut! Gue kegerahan sekarang"
Tak ada sahutan lagi dari Dima, sampai di mana Dima menarik selimut dengan gerakan lambat dan lesu, barulah Jihan menyadari ada yang salah dengan lelaki itu.
"Dim, lo kenapa sih? Lemes banget dari tadi gue liatin" Jihan akhirnya membuka suara.
"Saya gak apa-apa cuma kedinginan aja" balasnya pelan dan lemas.
Jihan membantu menyelimuti tubuh Dima, "Serius lo gapapa?" tanya Jihan memastikan karena melihat tubuh Dima yang menggigil.
"Saya gapapa" sahut Dima pelan bahkan hampir seperti sebuah bisikan.
"Bohong banget, coba sini gue cek" Jihan beringsut mendekat dan menempelkan telapak tangannya di dahi Dima. Betapa terkejutnya Jihan saat merasakan suhu tubuh lelaki itu yang begitu panas.
"Dim, lo demam! Kenapa gak bilang sih!?" decak Jihan lalu beranjak turun entah hendak pergi kemana.
Dima tak kuasa untuk menjawab ucapan istrinya, ia hanya diam meringkuk sembari mengeratkan selimutnya.
Jihan datang dengan sebuah kompresan di tangannya,
"Benerin dulu coba posisi tidur lo, mau gue kompres nih" Dima membuka matanya setelah tadi ia memejamkan matanya berusaha untuk tidur, namun rasa sakit yang dideritanya membuat ia sulit untuk tertidur.
Menurut. Dima mulai membenarkan posisinya menjadi terlentang, Jihan meletakkan handuk kecil yang dipegangnya tadi diatas dahi Dima, semoga saja dengan begini demamnya cepat turun.
"Ina___dingin____"
Jihan menepuk pelan dahinya, ia lupa mematikan AC nya.
Biarlah untuk saat ini Jihan mengalah demi lelaki itu, ia harus sedikit menurunkan egonya untuk kesehatan lelaki yang berstatus sebagai suaminya ini.
"Badan lo panas tapi lo ngerasa kedinginan" gumam Jihan masih berdiri di samping ranjang lelaki itu.
"Udah minum obat belum?"
"Belum" Dima menjawab masih dengan mata terpejam.
"Yeeee~ pantesan aja. Buruan deh makan dulu"
"Gak nafsu"
Jihan tak menjawab dan malah pergi dari sana, Dima membuka sedikit matanya dan sudah tidak mendapati keberadaan istrinya. Hatinya sedikit tercubit melihat itu, Dima hanya ingin gadis itu berada di sampingnya. Berusaha tak ambil pusing dan malah memperburuk keadaannya, Dima kembali menutup matanya untuk segera terlelap. Namun, baru saja 10 menit Dima terpejam Jihan datang dengan membawa semangkuk bubur.
KAMU SEDANG MEMBACA
INARA : BAD WIFE [SELESAI]
ChickLit[FOLLOW SEBELUM BACA] Pernikahan muda yang mereka jalani sama sekali tidak mengubah apapun, termasuk sikap dan perilaku Inara yang masih urakan dan bebal. Akankah pernikahan itu bertahan lama atau menyerah di tengah jalan? "Lho, kok malah tidur. Ng...