Jangan lupa Vote sebelum atau sesudah membaca untuk menghargai karya penulis!
hai, aku update lagiii. tetep enjoy guyss...
Happy Reading 💜
•••
Jihan menatap pintu yang baru saja tertutup. Akhirnya ketiga lelaki bengis itu sudah pergi dan tidak akan kembali lagi.
Setelahnya Jihan menoleh pada Dima, "Mas, kamu punya uang sebanyak itu dari mana?" tanyanya penuh dengan tanda tanya.
"Aku pikir kamu bakal jadiin rumah ini sebagai jaminan, aku hampir stres tahu nggak?" omel gadis itu.
"Sekarang lupain masalah ini ya? Jangan banyak pikiran," Dima malah dengan enteng mengalihkan percakapan mereka.
"Kamu punya uang sebanyak itu dari mana?" tanyanya lagi, kini gadis itu menatap Dima penuh selidik.
"Ada, kamu nggak perlu tahu." sahut Dima sembari melepas kancing di pergelangan tangannya.
"Aku perlu tahu dong! Kamu punya uang sebanyak itu dari mana?" desak Jihan tak sabaran.
Barulah kini Dima menatap manik Jihan, "Saya dapat uang sebanyak itu, karena hasil jerih payah sendiri. Saya kumpulkan uang itu untuk berjaga-jaga,"
"Terus kamu simpen uangnya di mana? Kok aku nggak tahu?"
"Di ruang kerja saya, di dalam brankas."
"Kamu sengaja ya sembunyiin uangnya dari aku!?"
"Enggak."
"Terus?"
"Saya suka lupa aja buat kasih tahu kamu, maaf..."
"Terus, sekarang uangnya masih ada?"
Dima terdiam, nampak berpikir.
Kemudian lelaki itu menggeleng pelan, "Kayaknya udah nggak ada,"
Sontak dahi Jihan mengernyit, "KOK NGGAK ADA?! MAKSUD KAMU UANG ITU UDAH ABIS?"
Dengan santai Dima menganggukkan kepalanya, nampak seperti bukan masalah besar baginya.
"Aduuh, makin pusing deh nih kepala~" Jihan mengaduh sembari memegang kepalanya. Dima dengan sigap merangkul bahu gadis itu.
"Udaah, jangan dipikirin..."
"Jangan dipikirin gimana?! Itu uang kamu abis semua gara-gara bayar utang mama aku!" Jihan menatap Dima tajam.
"Ya, nggak apa-apa. Ada Allah yang selalu kasih kita rezeki dan saya yang masih bekerja. Jangan khawatir, nanti kita kumpulin uangnya sama-sama buat masa depan anak-anak kita nanti ya?" mendengar kata anak-anak dari bibir lelaki itu membuat Jihan dapat merasakan getaran aneh.
Jihan kembali menunduk sembari mengurut pelipisnya, "Tau ah! Pusing banget aku hari ini." dengusnya sebal.
"Mau istirahat? Ya udah yuk, saya anter ke kamar,"
"Kamu mau balik lagi ke sekolah, mas?" mata mereka bersitatap.
Dima mengangguk.
Jihan lantas menghela napasnya, lalu mengangguk pasrah.
Lalu, Dima menuntun Jihan sampai kamar mereka dan merebahkan gadis itu ke atas ranjang.
Tiba-tiba gadis itu melamun, Dima yang melihatnya sontak langsung menyadarkannya.
"Hei, kenapa?"
Jihan mengerjap pelan.
"Aku masih kepikiran aja, kenapa mama bisa lakuin itu ke aku." Jihan kembali murung.
KAMU SEDANG MEMBACA
INARA : BAD WIFE [SELESAI]
Literatura Feminina[FOLLOW SEBELUM BACA] Pernikahan muda yang mereka jalani sama sekali tidak mengubah apapun, termasuk sikap dan perilaku Inara yang masih urakan dan bebal. Akankah pernikahan itu bertahan lama atau menyerah di tengah jalan? "Lho, kok malah tidur. Ng...