Jangan lupa Vote sebelum atau sesudah membaca untuk menghargai karya penulis!
Happy Reading 💜
•••
CEKLEK
"Mbak..."
Jihan terbelalak saat melihat Asla di depannya dengan keadaan berantakan.
"Mbak Asla kenapa? Kenapa bisa kayak gini?" Jihan menuntun Asla untuk masuk.
"Muka Mbak kenapa? Kok bisa lebam-lebam gini? Mbak jatuh?" Jihan melontarkan pertanyaan lagi setelah keduanya duduk di sofa ruang tamu.
Asla menggeleng, "Saya dipukulin suami saya, Mbak..."
Mendengar itu Jihan menutup mulutnya karena tidak percaya dengan pendengarannya sendiri.
"Saya udah nggak kuat Mbak, fisik sama mental saya terluka." Asla kini memberanikan diri untuk menatap Jihan. Jihan dapat melihat jelas bagaimana hancurnya wajah Asla sekarang.
Pipi kirinya yang merah keunguan seperti habis di tampar habis-habisan, sudut bibirnya yang sedikit mengeluarkan darah, dan pelipisnya yang juga mengeluarkan darah, mungkin akibat terbentur dinding atau sesuatu. Jangan lupakan juga kedua tangannya yang memar seperti telah dicekal dengan begitu kuat dan rambut panjang nya yang kini berantakan membuat Jihan merasa iba pada tetangga nya itu.
"Saya korban KDRT, Mbak..." Jihan meringis dalam hati. Ternyata benar dugaannya. Tapi, bagaimana bisa? Setahu Jihan keluarga meraka baik-baik saja bahkan terlampau harmonis saat melihatnya pertama kali. Terlebih bukankah mereka baru menikah?
"Semua tubuh saya rasanya sakit banget, saya udah berusaha nahan selama 5 bulan ini. Tapi, sekarang saya udah terlampau sakit." Asla mulai menangis setelah penuturan itu terlontar.
Alis Jihan bertaut sekaligus terkejut, "Lho, usia pernikahan Mbak Asla udah 5 bulan? Saya kira Mbak baru menikah,"
Asla menggeleng pelan, "Usia pernikahan saya udah 5 bulan. Dan satu minggu setelah pernikahan kami, suami saya mulai melakukan ini, sa__saya____" Asla tak kuasa untuk melanjutkan ucapannya, perempuan itu begitu sedih dengan apa yang menimpanya.
Jihan yang tak tega melihatnya pun merengkuh Asla dalam pelukannya, berusaha untuk menenangkan perempuan itu.
"Udah, Mbak, nggak perlu diterusin. Sekarang Mbak di sini dulu aja, tenangin diri dulu, atau Mbak mau nginep aja di sini?" tawar Jihan pada Asla.
Setelah pelukan mereka terurai, Asla menggelengkan kepalanya.
"Nggak perlu Mbak, saya ke sini cuma mau menghindari suami saya sebentar. Biarin suami saya nenangin dirinya dulu," cicit Asla dengan suara bergetar.
Jihan mengangguk kemudian berdeham pelan, "Maaf Mbak, tapi apa boleh saya tahu, apa suami Mbak punya semacam gangguan kejiwaan?___maaf, saya sama sekali nggak bermaksud, tapi___"
Asla menggeleng pelan membuat Jihan berhenti berucap,
"Saya nggak tahu Mbak. Tapi, setiap saya bilang gitu sama suami saya, dia marah dan malah bilang saya gila karena udah nuduh dia punya gangguan jiwa, dan berakhir saya dipukulin...." Jihan menutup matanya sejenak dan mengusap punggung Asla yang kembali bergetar karena menangis.•••
"Tadi, ada tamu?" tanya Dima setelah melihat Jihan menutup pintu kamar. Karena tadi saat Dima menuju dapur, ia tak sengaja mendengar istrinya tengah berbincang dengan seseorang. Dima hanya melihat sekilas, namum tak berani untuk mengganggu pembicaraan mereka karena ia melihat istrinya dan perempuan yang Dima tahu tetangga mereka tengah membicarakan hal penting.
KAMU SEDANG MEMBACA
INARA : BAD WIFE [SELESAI]
Literatura Kobieca[FOLLOW SEBELUM BACA] Pernikahan muda yang mereka jalani sama sekali tidak mengubah apapun, termasuk sikap dan perilaku Inara yang masih urakan dan bebal. Akankah pernikahan itu bertahan lama atau menyerah di tengah jalan? "Lho, kok malah tidur. Ng...