Jangan lupa Vote sebelum atau sesudah membaca untuk menghargai karya penulis!
Happy Reading 💜
•••
"Ina, kenapa? Ada masalah di kampus?" Dima akhirnya mengeluarkan suara setelah beberapa menit ia tahan karena melihat wajah istrinya yang terus di tekuk sembari meremas pakaian sampai kusut.Jihan menoleh pada Dima lalu menggeleng pelan, Dima tidak seharusnya tahu mengenai masalah yang Jihan perbuat. Jihan akan menyelesaikannya sendiri.
Jihan menyandarkan kepalanya pada kepala kursi mobil, menarik napas dan menghembuskannya agar ia bisa merasa relax. Namun, ucapan gadis tadi terus saja bersarang di kepalanya sampai-sampai Jihan tidak fokus saat mengikuti kelas tadi.
"Kalau ada masalah cerita aja sama saya, nggak baik kalau terus di pendam sendiri" ucap Dima.
Benar. Seharusnya memang seperti itu. Namun, Jihan terlalu malu untuk menceritakan nya. Pasti Dima tidak akan menyukainya setelah mendengar bahwa Jihan berbuat kekerasan pada Mariska yang notabene nya adalah seorang wanita juga.
Namun, Jihan juga butuh teman bercerita. Saras? Tara? Huftt, kedua temannya itu kini sibuk dengan urusan masing-masing, mana ada waktu untuk mendengarkan masalahnya. Jadi, haruskah Jihan berterus terang saja kepada Dima? Toh mereka juga sudah menjadi sepasang suami istri, bukankah salah satu kegunaan seorang suami adalah untuk mendengar keluh kesah istrinya yang tengah mendapat masalah? Lagi pula saat ini Jihan pun butuh saran bijak dari Dima yang merupakan suaminya.
Jihan berdeham, "Dim..." panggilnya kemudian.
"Iya?"
Jihan menimbang-nimbang keputusannya, "kita___langsung pulang?" alhasil malah itu yang keluar dari mulutnya.
Dima menoleh sejenak kemudian mengangguk, "Kamu saya antar pulang ke rumah. Sedangkan, saya kembali lagi ke sekolah habis anterin kamu. Kenapa?"
Jihan menggigit bibir bawahnya sembari menggeleng pelan, setelahnya suasana dalam mobil hening karena tidak ada lagi percakapan di antara mereka.
Merasa ada hal yang janggal, Dima lantas menggenggam tangan Jihan yang tengah meremas dress panjang nya sampai kusut, membuat Jihan sedikit tersentak dan menatap Dima heran.
Masih dengan pandangan lurus ke depan, Dima mengusap punggung tangan Jihan dengan ibu jarinya. Dima menoleh pada Jihan, "Kamu baik-baik aja? Ada masalah ya di kampus? Kamu boleh cerita sama saya, saya nggak keberatan sama sekali"
Mendengar ucapan Dima barusan membuat Jihan menundukkan kepalanya, terlihat jelas dari raut wajah Jihan jika gadis itu tengah memiliki beban pikiran yang pasti cukup berat, terlihat dari gadis itu yang terlihat tidak bersemangat sejak tadi.
"Dim..."
"Iya, Ina. Kamu mau cerita?"
Jihan mengangkat kepalanya, "Tapi gue yakin, abis lo denger cerita gue, lo pasti nggak suka sama gue" Jihan kembali menunduk membuat Dima yang masih menyetir mengerutkan keningnya, merasa heran juga penasaran apa yang sebenarnya terjadi pada Jihan sehingga istrinya itu berkata demikian.
"Kita bicarakan ini setelah sampai rumah ya?" sahut Dima pada akhirnya, ia tak ingin membiarkan Jihan dalam masalah sendirian.
Jihan menoleh pada Dima, "Emangnya gapapa? Lo kan harus ngajar di sekolah"
Dima melirik jam tangan di pergelangan tangan kanannya, "Masih ada waktu,"
Tak lama kemudian mobil Dima masuk ke pelataran rumah, tanpa banyak berucap mereka berdua masuk ke dalam rumah setelah Jihan membuka kunci pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
INARA : BAD WIFE [SELESAI]
ChickLit[FOLLOW SEBELUM BACA] Pernikahan muda yang mereka jalani sama sekali tidak mengubah apapun, termasuk sikap dan perilaku Inara yang masih urakan dan bebal. Akankah pernikahan itu bertahan lama atau menyerah di tengah jalan? "Lho, kok malah tidur. Ng...