Jangan lupa Vote sebelum atau sesudah membaca untuk menghargai karya penulis!
Happy Reading 💜
•••
Dima menoleh kala mendengar suara rusuh di belakangnya, tak lupa seseorang yang berada di sampingnya pun ikut menoleh.
"Abang sama Abi mau sholat dulu ke masjid, Malik tunggu dulu di sini sama Bunda ya?"
Haidar, anak lelaki yang kini berusia 7 tahun itu sedikit membungkukkan badannya untuk bisa mengsejajarkan tubuhnya dengan sang adik, Malik.
"KUUUUT!" Malik mengulurkan kedua tangannya meminta sang kakak agar memangkunya.
Padahal bocah berusia satu tahun setengah itu baru beberapa menit yang lalu bangun tidur, namun dengan lincahnya dapat mengejar Dima yang hendak pergi keluar untuk ke masjid.
Bahkan Jihan harus tergopoh-gopoh karena menyusul Malik yang berlari dan nyaris membuat Jihan kalap karena melihatnya hampir jatuh.
"Malik sama Bunda dulu yuk? Kalau mau ikut Abi sama Abang harus ganti baju dulu, Malik 'kan belum mandi," Jihan berusaha membujuk Malik agar bocah berusia satu tahun lebih itu menuruti kata-kata nya.
Namun bukannya menurut, Malik malah semakin mendekat pada Dima.
Dima yang melihat itu lantas tersenyum dan mengsejajarkan dengan putra keduanya, "Nanti kalau Malik udah besar boleh ikut Abi sama Abang ke masjid, sekarang Malik sama Bunda dulu di rumah ya?" tutur Dima dengan begitu lembut pada putranya, sedangkan Jihan di sebelah Malik hanya Diam menatap ketiga lelaki yang tengah mengobrol itu.
Namun, apa boleh buat bocah kecil itu malah semakin merengek seolah paham dirinya akan ditinggal oleh sang ayah dan sang kakak.
"Abi, ayo! Nanti ketinggalan sholatnya," ucap Haidar pada Dima yang keduanya kini sudah rapi mengenakan baju koko.
Jihan nyaris lupa jika waktu terus berjalan dan malah membuat kedua lelaki berbeda usia itu terjebak dalam situasi ini.
Maka dari itu Jihan dengan gesit lantas menggendong Malik dan menyuruh kedua lelaki itu untuk segera pergi. Dima cukup kasian melihat putra keduanya yang menangis ingin ikut, namun apa boleh buat waktu sholat subuh akan segera berkumandang.
•••
Jihan mengangkat kepala saat mendengar suara bel dan ketukan di pintu utama. Tangannya dengan cepat kembali merapikan semua mainan yang sempat Malik berantakan.
Setelah selesai, Jihan merapikan sedikit jilbabnya sebelum berjalan mendekati pintu.
CEKLEK
Refleks setelah melihat sosok di hadapannya Jihan melebarkan senyumnya, "Waaah~ Hai, Fariz. Apa kabar?" Jihan melebarkan pintu rumah dan mempersilahkan teman masa kuliahnya itu untuk masuk.
"Bentar ya aku buatin dulu minum," ucap Jihan setelah lelaki itu duduk di sofa ruang tamu.
Jihan melenggang pergi menuju dapur, membiarkan sang teman sendirian di ruang tamu.
Fariz mengedarkan pandangnya ke sekitar, interior ruangan nya begitu menakjubkan membuat Fariz tanpa sadar berdecak kagum.
Bukan tanpa alasan dirinya datang dan bertamu ke rumah Jihan__teman masa kuliahnya sekaligus gadis yang membuatnya berdebar semasa kuliah dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
INARA : BAD WIFE [SELESAI]
ChickLit[FOLLOW SEBELUM BACA] Pernikahan muda yang mereka jalani sama sekali tidak mengubah apapun, termasuk sikap dan perilaku Inara yang masih urakan dan bebal. Akankah pernikahan itu bertahan lama atau menyerah di tengah jalan? "Lho, kok malah tidur. Ng...