56| Melankolis

529 40 4
                                    

Jangan lupa Vote sebelum atau sesudah membaca untuk menghargai karya penulis!

Yang part kemaren kurang menguras emosi, semoga sekarang pada emosi dah kaleaan 😉

Sengaja aku update nya satu jam lebih awal 😘

Happy Reading 💜

•••

Jihan merasa hatinya tercubit melihat Dima yang selalu menghindarinya. Tidakkah lelaki itu sadar jika tingkahnya begitu kekanak-kanakkan?

Ini sudah terhitung 2 hari mereka berperang dingin seperti ini. Tidak bisakah Dima mengajaknya mengobrol dengan kepala dingin untuk membereskan masalah ini dan tidak menghindarinya?

Bahkan baru saja saat Jihan mendudukan dirinya di sofa samping lelaki itu, Dima langsung beranjak sembari berlagak seolah lelaki itu ada pekerjaan yang belum terselesaikan. Hari ini kebetulan hari minggu membuat Dima berada di rumah dan tak ada jadwal apapun.

Jihan menatap kepergian Dima yang kini menaiki tangga untuk menuju ke ruang kerja nya.

Bukan hanya itu saja Dima menghindarinya, lelaki itu bahkan selalu masuk kamar saat Jihan sudah terlelap sehingga tak ada waktu sama sekali untuk berbicara.

Usia kandungannya sudah menginjak 9 bulan, jangan pikir Jihan baik-baik saja dengan semua ini. Haruskah mereka bertengkar di saat Jihan yang sebentar lagi hendak melahirkan?

Jihan menghapus bulir bening yang lagi-lagi turun membasahi pipinya. Gadis itu mengusap perutnya seolah meyakinkan anaknya jika ia baik-baik saja.

Haruskah Jihan mengalah dan meminta maaf lebih dulu? Jika ia pikir kembali memang seharusnya ia lah yang meminta maaf karena memang sudah jelas ini semua berawal dari sikapnya yang telah membuat Dima marah padanya.

Jihan jadi merasa bersalah, karena tindakan bodohnya Dima jadi menghindarinya seperti ini. Jihan tak biasa diabaikan seperti ini oleh Dima, ia tidak bisa.

Kenyataan bahwa Jihan tak biasa  dengan sikap Dima yang mendiaminya saat ini, membuat hatinya dilanda rasa gundah. Ia memang salah disini, tidak seharusnya ia bertindak kekanak-kanakkan hingga berbuat gegabah sampai melakukan sesuatu yang membuat lelaki itu marah.

Jihan harus meminta maaf karena ia sadar bahwa ini memang kesalahannya, wajar saja Dima marah dan kecewa dan berakhir mengabaikannya, jika Jihan jadi Dima mungkin ia pun akan melakukan hal serupa.

"Bunda salah ya? Apa Bunda harus minta maaf duluan sama Dadda?" Jihan bertanya pada anaknya seolah perutnya yang bulat itu bisa berbicara untuk menanggapi pertanyaannya, ia menatap perutnya dan tak lupa mengusapnya.

Gadis itu menghapus jejak air matanya, dan mengangguk pelan "Ya udah, sekarang Bunda samperin Dadda ya? Mau minta maaf. Lagian Bunda juga nggak tahan di cuekkin terus," Jihan memandang sayu perutnya seolah ia pun sedih dengan apa yang ia hadapi kini.

•••

Sedangkan Dima, lelaki itu hanya duduk di kursi kerjanya sembari menatap ponsel yang menampilkan perut buncit Jihan beserta foto USG yang gadis itu potret kemudian dikirimkan padanya beberapa waktu lalu.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
INARA : BAD WIFE [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang